Kamis, 24 Januari 2013

BUAH HATI AMANAH DAN SUMBER INSPIRASIKU

Benar memang hidup berkeluarga tanpa kehadiran buah hati terasa hambar dan kosong. Kehidupan di dunia tiada kekal semua akan mati tapi dengan adanya si buah hati sebagai penerus kita setidaknya bisa menentramkan hati. Anak sebagai amanah yang Tuhan titipkan kepada kita merupakan harta yang tiada duanya di dunia, walau kadang sikap dan perilaku mereka menyakiti hati orang tua. Disinilah perlunya kepandaian orang tua untuk mendidik mereka, bukan hanya memenuhi kebutuhan yang berupa materi tapi juga rohani yang baik.
Ternyata anak kadang bisa menjadi lebih dewasa dibandingkan dengan orang tua, mereka bisa berpikir lebih bijak walaupun dengan sikap penuh manja yang seakan-akan minta terus diperhatikan. Pernah suatu saat mereka bertanya mengenai hal-hal yang mungkin kita tidak bisa menjawabnya. Ini pengalaman, ketika anak bertanya "siapa yang memberi hujan? atau "siapa mahluk yang disayang Tuhan?. Pertanyaan-pertanyaan semacam inilah yang sebenarnya menunjukkan mereka lebih bijak dibandingkan kita, karena mereka bisa menyadarkan kemana arah hidup yang akan kita bawa.
Untuk itulah diperlukan kenyakinan yang sedalam-dalamnya, bahwa Tuhan memberikan kita amanah si buah hati bukan hanya berfungsi sebagai penerus saja tetapi memiliki pesan yang tersembunyi dan bisa menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan ini.

Senin, 21 Januari 2013

PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS


UPAYA PENINGKATAN MINAT MEMBACA DAN
PRESTASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS
MELALUI MODEL READING GUIDE
PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 16 PEKALONGAN
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011


                                                                                                              
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

                                                               




                                                               








Disusun Untuk
Lomba Karya Ilmiah
Inovatif Pembelajaran Guru TK, SD dan SMP
Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011



Oleh :
MUHAMMAD YUSRON, S. Pd
NIP. 19770216 200501 1 004





                                                                                                       
SMP NEGERI 16 PEKALONGAN
Jl. Ampera Km. 1 Kel. Duwet Pekalongan Selatan
Kota Pekalongan

BAB I 
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Keterpaduan materi mata pelajaran IPS sesuai kurikulum 2004 terdiri dari Geografi, Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi. Materi ini berkaitan dengan kehidupan sosial manusia sehari-hari sehingga selalu mengalami perubahan yang sangat cepat. Informasi perubahan itu  diharapkan dapat diketahui oleh siswa melalui berbagai media yang salah satunya melalui kegiatan membaca.
Sebuah ungkapan mengatakan “You are what you read”, ini berarti bahwa sosok manusia dibangun dari informasi-informasi yang diserapnya. Apapun jenis informasi yang terdiri dari rangkaian data-data dan fakta-fakta yang masuk ke dalam jiwa manusia, maka hasilnya tidak menyimpang dari perilaku manusia yang bersangkutan. Hal itu pula menunjukkan bahwa membaca harus dijadikan sebagai suatu budaya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut mampu menumbuhkan budaya tersebut, karena pengetahuan yang diterima siswa tidak semuanya dapat diperoleh dari guru tetapi pengetahuan dapat mudah dan cepat dipahami apabila siswa membaca sendiri materi pembelajaran yang akan diajarkan. Ini didasari oleh adanya konsep yang menyatakan bahwa kemampuan dan pengetahuan seseorang dapat diperoleh dengan tiga cara, yakni mendengar, melihat dan melakukan.
Namun kenyataan yang terjadi dikalangan siswa khususnya di SMP Negeri 16 Pekalongan tidaklah demikian, membaca dianggap sebagai kegiatan yang membosankan. Lebih memprihatinkan lagi buku-buku pelajaran yang dipinjamkan oleh sekolah kepada siswa untuk menjadi panduan belajar pun tidak pernah dibaca, ini diketahui karena setiap mengawali pembelajaran guru selalu bertanya “apakah materi yang akan kita pelajari hari ini sudah kalian baca di rumah?”, dengan kompaknya mereka menjawab “belum”. Jawaban ini tentunya tidak diinginkan oleh guru, karena guru berharap siswanya sudah mempelajari atau membaca materi yang akan diajarkan sehingga lebih memudahkan guru berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran.   
Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi semua guru mata pelajaran khususnya IPS, karena banyaknya materi yang harus dipelajari oleh siswa. Hal ini tentunya berdampak pada prestasi hasil belajar siswa, alasan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Reading Guide.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran Reading Guide dapat meningkatkan minat membaca dan prestasi hasil belajar siswa kelas VIII A pada mata pelajaran IPS?”

C.   Tujuan 
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat membaca dan prestasi hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Reading Guide. Secara rinci tujuan  dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)    Mendesain model rencana pembelajaran dan model lembar kerja siswa untuk meningkatkan minat membaca dan prestasi hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS.
2)    Mendeskripsikan tingkat minat membaca dan prestasi hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS.
3)    Mendeskripsikan respon siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Reading Guide.
4)    Seluruh siswa menguasai pelajaran secara tuntas.


D.   Manfaat
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi perorangan maupun institusi atau lembaga :
1)    Bagi Guru :  dengan dilakukannya  penelitian tindakan kelas ini guru akan mengetahui segala kekurangan yang ada dalam dirinya sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan koreksi dan perbaikan untuk proses pembelajaran berikutnya dengan menggunakan strategi pembelajaran  yang tepat.
2)    Bagi Guru lain : dengan membaca laporan penelitian tindakan kelas ini akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang bagaimana meningkatkan kemampuan meneliti dan memperbaiki proses pembelajarannya.
3)    Bagi Siswa : hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran IPS, sehingga memperoleh peningkatan dalam minat membaca dan prestasi hasil belajarnya.
4)    Bagi Sekolah : hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berguna untuk perbaikan proses pembelajaran di sekolah itu sendiri khususnya dan sekolah lain pada umumnya.
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS

A.   Kerangka Teoritis
  1. Hakekat Proses Belajar dan Mengajar
Pupuh Fathurrohman (2010), menyimpulkan dari berbagai definisi bahwa pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Hal terpenting dalam belajar adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usahanya sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. 
Paradigma konstruktivistik beranggapan bahwa belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.
Tujuan belajar menurut paradigma konstruktivistik mendasarkan diri pada tiga fokus belajar, yaitu: (1) proses, (2) tranfer belajar, dan (3) bagaimana belajar. Fokus yang pertama proses, mendasarkan diri pada nilai sebagai dasar untuk mempersepsi apa yang terjadi apabila siswa diasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari oleh asumsi, bahwa dalam belajar, sesungguhnya siswa berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran hendaknya mengembalikan siswa ke fitrahnya sebagai manusia dibandingkan hanya menganggap mereka belajar hanya dari apa yang dipresentasikan oleh guru. Implikasi nilai tersebut melahirkan komitmen untuk beralih dari konsep pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan berpusat pada siswa. Dalam pendidikan berpusat pada siswa, tujuan belajar lebih berfokus pada upaya bagaimana membantu para siswa melakukan revolusi kognitif. Model pembelajaran perubahan konseptual merupakan alternatif strategi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut (I Wayan Santyasa, 2007).
Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks.  Perbuatan ini dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Atau dapat dikatakan bahwa mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia (Pupuh, 2010).
Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar (Nana Sudjana, 1991).
Salah satu asas pembelajaran yang harus dipahami adalah “membawa dunia siswa ke dunia guru dan menghantarkan dunia guru ke dunia siswa”. Tujuannya adalah untuk mengenali potensi siswa dan memberdayakan potensi tersebut sehingga melahirkan pencerahan bagi siswa itu sendiri. Alternatif upaya pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan penggubahan lingkungan dan sumber belajar. Termasuk lingkungan belajar adalah sekolah, keluarga, masyarakat, pramuka, dan media masa. Termasuk sumber belajar adalah guru, orang tua, teman dewasa, teman sebaya, bahan, alat, dan lingkungan itu sendiri. Sumber belajar ada yang dirancang untuk pembelajaran (by design) dan ada pula yang bukan dirancang khusus untuk pembelajaran, tetapi dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran (by utilization). (I Wayan Santyasa, 2007).
Menurut hasil forum Carnegie tentang pendidikan dan ekonomi (Arend et a.,2001), di abad informasi ini terdapat sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut, adalah memiliki pemahaman yang baik tentang kerja baik fisik maupun sosial, memiliki rasa dan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, memiliki kemampuan membantu pemahaman siswa, memiliki kemampuan mempercepat kreativitas sejati siswa, dan memiliki kemampuan kerja sama dengan orang lain. Para guru diharapkan menjadi masyarakat memiliki pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam.
Disamping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam. Apabila konsep pembelajaran tersebut dipahami oleh para guru, maka upaya mendesain pembelajaran bukan menjadi beban, tetapi menjadi pekerjaan yang menantang. Konsep pembelajaran tersebut meletakkan landasan yang meyakinkan bahwa peranan guru tidak lebih dari sebagai fasilitator, suatu posisi yang sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancang, model, pelatih, dan pembimbing. Disamping sebagai fasilitator, secara lebih spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners, sebagai manager dan sebagai mediator. Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis. Terkait dengan desain pembelajaran, peran guru adalah menciptakan dan memahami sintaks pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru – murid untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

2.    Model Pembelajaran
Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-stepprocedure that leads to specific learning outcomes. Joyce dan  Weil (1980), mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung dreskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
An instructionalstrategy is a method for delivering instruction that is intended to help students achieve alearning objective (Burden & Byrd, 1999:85). Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system ,segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturanteffects) (I Wayan Santyasa, 2007).

3.    Model Pembelajaran Reading Guide
Reading Guide adalah suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk materi mata pelajaran yang membutuhkan waktu banyak dan tidak mungkin semuanya dijelaskan dalam kelas. Untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi tugas membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi-kisi untuk dikerjakan. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam strategi model pembelajaran Reading Guide adalah sebagai berikut :
1)    Menentukan topik materi.
2)    Memberikan materi bacaan.
3)    Siswa disuruh membaca materi bacaan yang telah disediakan.
4)    Memberikan guide atau daftar pertanyaan yang harus diselesaikan sesuai dengan bacaan materi yang diberikan.
5)    Siswa mengisi guide atau daftar pertanyaan berdasarkan teks bacaan.
6)    Siswa mempresentasikan hasil pengisisan atau hasil pekerjaannya.
7)    Klarifikasi tugas yang sudah dikerjakan siswa atau materi pokok pembelajaran.

4.    Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Karateristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs antara lain sebagai berikut :
1)    Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001).
2)    Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
3)    Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4)    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
5)    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

  1. Hakekat Minat Membaca
1)    Minat Membaca
Membaca merupakan aktifitas yang menyenangkan sekaligus mencerahkan. Membaca membantu kita lebih berwawasan, sukses dan hidup lebih baik. Tetapi ternyata kegemaran membaca belum dimiliki mayoritas orang, sebab mereka belum mengerti berjuta manfaat dari membaca.
Minat membaca memang belum didefinisikan secara tegas dan jelas. Namun, Prof. A. Suhaenah Suparno dari IKIP Jakarta memberikan petunjuk mengenai hal ini yaitu tinggi rendahnya minat membaca seseorang seharusnya diukur berdasarkan frekuensi dan jumlah bacaan yang dibacanya. Perlu ditegaskan bahwa bacaan itu bukan merupakan bacaan wajib. Misalnya bagi pelajar, bukan buku pelajaran sekolah. Jadi seharusnya diukur dari frekuensi dan jumlah bacaan yang dibaca dari jenis bacaan tambahan untuk berbagai keperluan misalnya menambah pengetahuan umum.
Bunanta (2004) menyebutkan bahwa minat baca terutama sangat ditentukan oleh:
·         Faktor lingkungan keluarga dalam hal ini misalnya kebiasaan membaca keluarga dilingkungan rumah.
·         Faktor pendidikan dan kurikulum di sekolah yang kurang kondusif.
·         Faktor infrastruktur dalam masyarakat yang kurang mendukung peningkatan minat baca masyarakat.
·         Serta faktor keberadaan dan keterjangkauan bahan bacaan
Pendidikan didalam keluarga merupakan pendorong minat baca yang utama. Minat membaca seharusnya ditanamkan oleh orangtua sejak anak masih kecil. Faktor selanjutnya yang juga sangat berpengaruh adalah pendidikan di sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Pendidikan di sekolah mendorong anak membaca karena tuntutan pelajaran. Sementara, lingkungan turut mendorong minat baca karena seorang anak melakukan kegiatan sesuai yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya.
“Secara teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability)” (Ki Supriyoko, 2004). Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, akibatnya menjadikan kemampuan membaca rendah. Itulah yang sedang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini.” Pernyataan dan fenomena tersebut sangat relevan direnungkan dalam rangka meningkatkan kecerdasan bangsa.

2)    Upaya Meningkatkan Minat Membaca
Secara nasional sejak tahun 1995 telah diciptakan kondisi yang mendukung pengembangan minat membaca. Upaya-upaya tersebut nampaknya belum membuahkan hasil. Kelemahan dalam membaca dan mendayagunakan informasi itu masih terus menjadi masalah. Hal itu kiranya tercermin dari tingkat pengembangan sumber daya manusia di Indonesia dewasa ini.
Upaya untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca ini harus terus dilakukan, khususnya dimulai dari anak-anak. Misalnya dilingkungan sekolah promosi membaca hendaknya dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Untuk meningkatkan minat baca di sekolah, ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adalah:
·         Pembenahan ruang perpustakaan.
·         Pembinaan koleksi perpustakaan yang terdiri dari buku pelajaran pokok, buku pelajaran pelengkap, buku bacaan, dan buku sumber.
·         Tenaga pengelola perpustakaan sekolah (pustakawan).
·         Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat baca.

  1. Hakekat Prestasi Hasil Belajar Siswa
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lesan maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan suatu upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukanuntuk menjamin terciptanya ualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan ( Cullen dalam Fathul Himam, 2004).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dimaksud prestasi hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPS. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan pokok bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang dibahas. Ulangan dilakukan minimal tiga kali dalam setiap semester. Tujuannya untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.



B.   Kerangka Berpikir
1.    Hubungan minat membaca dengan prestasi hasil belajar siswa
Semakin besar minat membaca, maka hasil belajar siswa akan semakin lebih baik. Hal ini disebabkan karena kebiasaan membaca dapat menambah wawasan informasi dan pengetahuan, dapat menggali bakat dan potensi diri, memacu daya nalar (intelektual) serta berkonsentrasi yang menjadikan pikiran dan emosi terkendali, sehingga mudah untuk berpikir positif dalam menyikapi berbagai masalah.
2.    Hubungan model pembelajaran Reading Guide dengan minat membaca dan hasil belajar siswa
Salah satu tahapan dalam model pembelajaran Reading Guide adalah siswa diberi tugas membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi-kisi untuk dikerjakan. Penugasan membaca dalam proses pembelajaran inilah yang diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

C.   Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hubungan pada kerangka berpikir, maka dapat ditarik hipotesis tindakan, yaitu bahwa :
1)    Dengan digunakannya model pembelajaran Reading Guide dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan.
2)      Dengan digunakannya model pembelajaran Reading Guide dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan.

BAB III
Metodologi Penelitian


A.   Setting Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan untuk mata pelajaran IPS pokok bahasan Peristiwa Proklamasi dan Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester kedua tahun pelajaran 2010/2011, yaitu bulan Januari – April 2011.
3.    Siklus Penelitian
PTK ini dilaksanakan melalui 2 (dua) siklus untuk mengamati aktivitas membaca dan melihat prestasi hasil belajar siswa melalui metode Reading Guide.

B.   Persiapan PTK
Sebelum melaksanakan kegiatan PTK perlu disusun beberapa input instrumental yang digunakan dalam perlakuan PTK, yaitu meliputi :
a)    Menyusun RPP yang akan dijadikan PTK dengan Kompetensi Dasar Menjelaskan Peristiwa Proklamasi dan Pembentukan NKRI.
b)    Menyusun Media Pembelajaran berupa materi bacaan.
c)    Menyusun Lembar Kerja Kerja Siswa (LKS).
d)    Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran siswa.
e)    Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar.
f)     Panduan Wawancara Responden.
g)    Lembar Observasi Kondisi Perpustakaan.
h)   Lembar evaluasi.


C.   Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian PTK ini adalah seluruh siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan yang berjumlah 34 siswa terdiri dari 19 putra dan 15 putri.

D.   Sumber Data
1)    Siswa, untuk mendapatkan data tentang aktivitas membaca dan prestasi hasil belajar siswa dalam PBM.
2)    Guru, untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran model Reading Guide.
3)    Teman sejawat dan Kolaborator, untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif.
4)    Pustakawan, untuk mendapatkan data kondisi sarana prasarana, jumlah pengunjung dan aktivitas siswa di perpustakaan.

E.   Tehnik dan Alat Pengumpukan Data
1)    Tehnik Pengumpulan Data
§  Tes, untuk mengetahui data tentang prestasi hasil belajar siswa
§   Observasi, untuk mengumpulkan data tentang aktivitas membaca siswa dan kondisi sarana prasaran perpustakaan
§   Wawancara, untuk mengetahui tingkat keberhasilan model belajar
§  Diskusi, untuk merefleksikan hasil siklus PTK
2)    Alat Pengumpul Data
§  Tes  : menggunakan butir soal untuk mengukur prestasi hasil belajar siswa
§  Observasi : menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam membaca.
§  Kuesioner dan angket : untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang model pembelajaran Reading Guide.
§  Diskusi : menggunakan lembar hasil pengamatan


F.    Indikator Kerja
Berdasarkan pengalaman sebelumnya perihal ketuntasan belajar siswa, maka ditetapkan indikator keberhasilan penelitian sebagai berikut :
1)    Sekurang-kurangnya 75% siswa memiliki aktivitas pembelajaran yang tinggi dengan kriteria sebagai berikut :
Kriteria
Skor
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang
1




2)    Sekurang-kurangnya 75% siswa telah melampaui standar ketuntasan minimal.
Guna menjaga keabsahan data, maka pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi, yaitu pengumpulan data bervariasi (multiple data collecting) dari berbagai sumber, yaitu :
·         siswa melalui rata-rata test atau penugasan dan observasi keaktifan membaca siswa dalam PBM.
·         guru melalui dokumentasi kehadiran siswa dan observasi.
·         kolaborator, kepala sekolah dan petugas perpustakaan.
Instrumen penelitian berupa angket, pedoman wawancara dan lembar pengamatan.

G.   Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis diskriptif. Hasil belajar dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu  membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja. Sedangkan Observasi maupun wawancara dengan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang meliputi :
1)    Hasil Belajar melalui rata-rata test atau penugasan dan dikategorikan dalam klasifikasi rendah, sedang dan tinggi merujuk pada SKM.
2)    Aktivitas siswa dalam membaca dan PBM, dikategorikan dalam klasifikasi Sangat baik, Baik, Cukup, Kurang.
3)    Implementasi Reading Guide

H.   Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu planing atau replanning (perencanaan atau perencanaan ulang), acting (tindakan), observing atau data collecting (pengamatan atau pengumpulan data), dan reflecting (perenungan).
a.    Siklus I
1)    Planning
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi; (i) identifikasi masalah, (ii) menyusun rencana pembelajaran disertai lembar kerja siswa dan alat evaluasinya, intervensi yang digunakan pada siklus pertama adalah model pembelajaran Reading Guide dengan memanfaatkan media atau buku yang tersedia.
2)    Acting
Melaksanakan rencana pembelajaran model Reading Guide, diskusi dan tanya jawab. Kegiatan pembelajaran diawali dan diakhiri dengan test untuk mengukur tingkat penguasaan materi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
3)    Observing
Observing dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah pelaksanaan pembelajaran. Observing dimaksudkan untuk mengumpulkan data, data yang dikumpulkan meliputi : (i) data tentang proses pembelajaran di kelas, (ii) data tentang keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama membaca materi, (iii) data kemajuan hasil belajar siswa, (iv) data tentang kinerja guru.
4)    Reflecting
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan teknik triangulasi, kegiatan reflecting ini antara lain :
§  Mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.
§  Mengetahui perkembangan minat membaca dan perubahan suasana pembelajaran.
§  Mengetahui perkembangan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.

b.    Siklus II
1)    Planning
Perencanaan dalam penelitian ini meliputi; (i) identifikasi masalah, (ii) menyusun rencana pembelajaran disertai lembar kerja siswa dan alat evaluasinya, intervensi yang digunakan pada siklus kedua adalah pembelajaran model Reading Guide dengan pembentukan kelompok dengan disertai presentasi serta diskusi.
2)    Acting
Melaksanakan rencana pembelajaran model Reading Guide dengan pembentukan kelompok, presentasi, Tanya jawab dan diskusi.
3)    Observing
Observing dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah pelaksanaan pembelajaran. Observing dimaksudkan untuk mengumpulkan data, data yang dikumpulkan meliputi : (i) data tentang proses pembelajaran di kelas, (ii) data tentang keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, (iii) data kemajuan kinerja ilmiah siswa, (iv) data tentang kinerja guru, berupa classroom observer form, dan learning logs guru, (v) data pengunjung dan aktivitas siswa di perpustakaan.
4)    Reflecting
Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan teknik triangulasi, kegiatan reflecting ini antara lain :
§  Mengetahui perkembangan hasil belajar siswa.
§  Mengetahui perubahan suasana pembelajaran.
§  Mengetahui perkembangan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.
§  Mengetahui perkembangan minat membaca siswa.

I.      Rencana Kerja
Adapun  rencana pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
Tabel (1)
Jadwal Rencana Kerja

No
Kegiatan
Pelaksanaan
1.
Penyusunan Proposal 
4 – 9 Januari 2011
2.
Penyerahan Proposal final ditandatangani oleh Kepala Sekolah
11 Januari 2011
3.
Pelaksanaan Penelitian


Siklus I          
18 – 23 Januari 2011

Siklus II
1 – 6 Februari 2011
4.
Tabulasi dan analisa data
15 – 20 Februari 2011
5.
Penyusunan Laporan       
25 Februari – 14 April 2011
6.
Seminar hasil PTK
20 April 2011
8.
Perbaikan laporan PTK
22 – 27 April 2011
7.
Penyerahan Laporan         
30 April 2011