UPAYA PENINGKATAN MINAT MEMBACA DAN
PRESTASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS
MELALUI MODEL READING GUIDE
PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 16 PEKALONGAN
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
Disusun Untuk
Lomba Karya
Ilmiah
Inovatif
Pembelajaran Guru TK, SD dan SMP
Provinsi Jawa
Tengah
Tahun 2011
Oleh :
MUHAMMAD YUSRON,
S. Pd
NIP. 19770216
200501 1 004
SMP NEGERI 16 PEKALONGAN
Jl. Ampera Km. 1 Kel. Duwet Pekalongan Selatan
Kota Pekalongan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Keterpaduan materi mata
pelajaran IPS
sesuai kurikulum 2004
terdiri dari Geografi, Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi. Materi ini berkaitan dengan
kehidupan sosial manusia sehari-hari sehingga selalu mengalami perubahan yang
sangat cepat. Informasi perubahan itu diharapkan
dapat diketahui oleh siswa melalui berbagai media yang salah satunya melalui
kegiatan membaca.
Sebuah ungkapan mengatakan “You are what you read”,
ini berarti bahwa sosok manusia dibangun dari informasi-informasi yang
diserapnya. Apapun jenis informasi yang terdiri dari rangkaian data-data dan
fakta-fakta yang masuk ke dalam jiwa manusia, maka hasilnya tidak menyimpang
dari perilaku manusia yang bersangkutan. Hal itu pula menunjukkan bahwa membaca
harus dijadikan sebagai suatu budaya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut
mampu menumbuhkan budaya tersebut, karena pengetahuan yang diterima siswa tidak
semuanya dapat diperoleh dari guru tetapi pengetahuan dapat mudah dan cepat
dipahami apabila siswa membaca sendiri materi pembelajaran yang akan diajarkan.
Ini didasari oleh adanya konsep yang menyatakan bahwa kemampuan dan pengetahuan
seseorang dapat diperoleh dengan tiga cara, yakni mendengar, melihat dan
melakukan.
Namun kenyataan yang terjadi dikalangan siswa khususnya di
SMP Negeri 16 Pekalongan tidaklah demikian, membaca dianggap sebagai kegiatan
yang membosankan. Lebih memprihatinkan lagi buku-buku pelajaran yang
dipinjamkan oleh sekolah kepada siswa untuk menjadi panduan belajar pun tidak
pernah dibaca, ini diketahui karena setiap mengawali pembelajaran guru selalu bertanya
“apakah materi yang akan kita pelajari hari ini sudah kalian baca di rumah?”,
dengan kompaknya mereka menjawab “belum”. Jawaban ini tentunya tidak diinginkan
oleh guru, karena guru berharap siswanya sudah mempelajari atau membaca materi
yang akan diajarkan sehingga lebih memudahkan guru berinteraksi dengan siswa
dalam proses pembelajaran.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi semua guru mata
pelajaran khususnya IPS, karena banyaknya materi yang harus dipelajari oleh
siswa. Hal ini tentunya berdampak pada prestasi hasil belajar siswa, alasan inilah
yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
Reading Guide.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran
Reading Guide dapat meningkatkan minat membaca dan prestasi hasil belajar siswa
kelas VIII A pada mata pelajaran IPS?”
C.
Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan,
maka secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat
membaca dan prestasi hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan
dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Reading Guide. Secara
rinci tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
:
1)
Mendesain model rencana pembelajaran dan model lembar
kerja siswa untuk meningkatkan minat membaca dan prestasi hasil belajar siswa
kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS.
2)
Mendeskripsikan tingkat minat membaca dan prestasi hasil
belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS.
3)
Mendeskripsikan respon siswa kelas VIII A SMP Negeri 16
Pekalongan dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Reading Guide.
4)
Seluruh siswa menguasai pelajaran secara tuntas.
D.
Manfaat
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna
bagi perorangan maupun institusi atau lembaga :
1)
Bagi
Guru : dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini guru akan
mengetahui segala kekurangan yang ada dalam dirinya sehingga dapat dipergunakan
sebagai bahan koreksi dan perbaikan untuk proses pembelajaran berikutnya dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat.
2)
Bagi
Guru lain : dengan membaca laporan penelitian tindakan kelas ini akan
mendapatkan gambaran yang jelas tentang bagaimana meningkatkan kemampuan
meneliti dan memperbaiki proses pembelajarannya.
3)
Bagi
Siswa : hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran IPS, sehingga memperoleh
peningkatan dalam minat membaca dan prestasi hasil belajarnya.
4)
Bagi
Sekolah : hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berguna untuk
perbaikan proses pembelajaran di sekolah itu sendiri khususnya dan sekolah lain
pada umumnya.
BAB II
KERANGKA TEORITIS,
KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
A.
Kerangka Teoritis
- Hakekat Proses Belajar
dan Mengajar
Pupuh
Fathurrohman (2010), menyimpulkan dari berbagai definisi bahwa pada hakikatnya
belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan
aktivitas tertentu. Hal terpenting dalam belajar adalah proses bukan hasil yang
diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usahanya sendiri, adapun
orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar
agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.
Paradigma
konstruktivistik beranggapan bahwa belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk
membangun pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa
belajar dan hasil belajarnya.
Tujuan
belajar menurut paradigma konstruktivistik mendasarkan diri pada tiga fokus
belajar, yaitu: (1) proses, (2) tranfer belajar, dan (3) bagaimana belajar.
Fokus yang pertama proses, mendasarkan diri pada nilai sebagai dasar
untuk mempersepsi apa yang terjadi apabila siswa diasumsikan belajar. Nilai
tersebut didasari oleh asumsi, bahwa dalam belajar, sesungguhnya siswa
berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran hendaknya
mengembalikan siswa ke fitrahnya sebagai manusia dibandingkan hanya menganggap
mereka belajar hanya dari apa yang dipresentasikan oleh guru. Implikasi nilai
tersebut melahirkan komitmen untuk beralih dari konsep pendidikan berpusat pada
kurikulum menuju pendidikan berpusat pada siswa. Dalam pendidikan berpusat pada
siswa, tujuan belajar lebih berfokus pada upaya bagaimana membantu para siswa
melakukan revolusi kognitif. Model pembelajaran perubahan konseptual merupakan
alternatif strategi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut (I Wayan Santyasa, 2007).
Mengajar
menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan ini dapat diterjemahkan sebagai
penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan
mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Atau dapat dikatakan bahwa
mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang
saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang
diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial
tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar
mengajar yang tersedia (Pupuh, 2010).
Sama
halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik,
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada
anak didik dalam melakukan proses belajar (Nana Sudjana, 1991).
Salah
satu asas pembelajaran yang harus dipahami adalah “membawa dunia siswa ke
dunia guru dan menghantarkan dunia guru ke dunia siswa”. Tujuannya adalah
untuk mengenali potensi siswa dan memberdayakan potensi tersebut sehingga
melahirkan pencerahan bagi siswa itu sendiri. Alternatif upaya pemberdayaan
tersebut dapat dilakukan dengan penggubahan lingkungan dan sumber belajar. Termasuk
lingkungan belajar adalah sekolah, keluarga, masyarakat, pramuka, dan media
masa. Termasuk sumber belajar adalah guru, orang tua, teman dewasa, teman sebaya,
bahan, alat, dan lingkungan itu sendiri. Sumber belajar ada yang dirancang
untuk pembelajaran (by design) dan ada pula yang bukan dirancang khusus untuk pembelajaran,
tetapi dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran (by utilization). (I Wayan Santyasa,
2007).
Menurut
hasil forum Carnegie tentang pendidikan dan ekonomi (Arend et a.,2001), di abad
informasi ini terdapat sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam
pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut, adalah memiliki pemahaman yang baik
tentang kerja baik fisik maupun sosial, memiliki rasa dan kemampuan
mengumpulkan dan menganalisis data, memiliki kemampuan membantu pemahaman
siswa, memiliki kemampuan mempercepat kreativitas sejati siswa, dan memiliki
kemampuan kerja sama dengan orang lain. Para guru diharapkan menjadi masyarakat
memiliki pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam.
Disamping
penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau strategi
pembelajaran, karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam. Apabila konsep
pembelajaran tersebut dipahami oleh para guru, maka upaya mendesain
pembelajaran bukan menjadi beban, tetapi menjadi pekerjaan yang menantang. Konsep
pembelajaran tersebut meletakkan landasan yang meyakinkan bahwa peranan guru tidak
lebih dari sebagai fasilitator, suatu posisi yang sesuai dengan pandangan konstruktivistik.
Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancang,
model, pelatih, dan pembimbing. Disamping sebagai fasilitator, secara lebih
spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learners,
sebagai manager dan sebagai mediator. Sebagai expert learners, guru diharapkan
memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang
cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses
belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan,
berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah-masalah
yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan
memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Sebagai mediator,
guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan
pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu
para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan
gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada
siswa ikut berpikir kritis. Terkait dengan desain pembelajaran, peran guru
adalah menciptakan dan memahami sintaks pembelajaran.
Berdasarkan
uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa proses belajar mengajar
merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru – murid
untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
2.
Model
Pembelajaran
Gunter
et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a
step-by-stepprocedure that leads to specific learning outcomes. Joyce dan Weil (1980), mendefinisikan model pembelajaran
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung dreskriptif,
yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
An
instructionalstrategy is a method for delivering instruction that is intended
to help students achieve alearning objective (Burden & Byrd, 1999:85). Selain
memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran
memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah
operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang
berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support
system ,segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects, hasil belajar yang
diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan
hasil belajar di luar yang disasar (nurturanteffects) (I Wayan Santyasa, 2007).
3.
Model
Pembelajaran Reading Guide
Reading
Guide adalah suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk materi mata
pelajaran yang membutuhkan waktu banyak dan tidak mungkin semuanya dijelaskan
dalam kelas. Untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi tugas membaca dan
menjawab pertanyaan atau kisi-kisi untuk dikerjakan. Dalam pembelajaran ini
siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Adapun
langkah-langkah dalam strategi model pembelajaran Reading Guide adalah sebagai
berikut :
1)
Menentukan
topik materi.
2)
Memberikan
materi bacaan.
3)
Siswa
disuruh membaca materi bacaan yang telah disediakan.
4)
Memberikan
guide atau daftar pertanyaan yang harus diselesaikan sesuai dengan bacaan
materi yang diberikan.
5)
Siswa
mengisi guide atau daftar pertanyaan berdasarkan teks bacaan.
6)
Siswa
mempresentasikan hasil pengisisan atau hasil pekerjaannya.
7)
Klarifikasi
tugas yang sudah dikerjakan siswa atau materi pokok pembelajaran.
4.
Hakekat
Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya.
Karateristik mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial SMP/MTs antara lain sebagai berikut :
1)
Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang
humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001).
2)
Kompetensi
Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan
politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan
atau topik (tema) tertentu.
3)
Kompetensi
Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan
pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4)
Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan
kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan
pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya
perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,
keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
5)
Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan
memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
- Hakekat
Minat Membaca
1)
Minat Membaca
Membaca merupakan aktifitas yang menyenangkan sekaligus mencerahkan.
Membaca membantu kita lebih berwawasan, sukses dan hidup lebih baik. Tetapi
ternyata kegemaran membaca belum dimiliki mayoritas orang, sebab mereka belum
mengerti berjuta manfaat dari membaca.
Minat membaca memang belum didefinisikan secara tegas dan
jelas. Namun, Prof. A. Suhaenah Suparno dari IKIP Jakarta memberikan petunjuk
mengenai hal ini yaitu tinggi rendahnya minat membaca seseorang seharusnya
diukur berdasarkan frekuensi dan jumlah bacaan yang dibacanya. Perlu ditegaskan
bahwa bacaan itu bukan merupakan bacaan wajib. Misalnya bagi pelajar, bukan
buku pelajaran sekolah. Jadi seharusnya diukur dari frekuensi dan jumlah bacaan
yang dibaca dari jenis bacaan tambahan untuk berbagai keperluan misalnya
menambah pengetahuan umum.
Bunanta (2004) menyebutkan bahwa minat baca terutama
sangat ditentukan oleh:
·
Faktor
lingkungan keluarga dalam hal ini misalnya kebiasaan membaca keluarga
dilingkungan rumah.
·
Faktor
pendidikan dan kurikulum di sekolah yang kurang kondusif.
·
Faktor
infrastruktur dalam masyarakat yang kurang mendukung peningkatan minat baca
masyarakat.
·
Serta
faktor keberadaan dan keterjangkauan bahan bacaan
Pendidikan
didalam keluarga merupakan pendorong minat baca yang utama. Minat membaca
seharusnya ditanamkan oleh orangtua sejak anak masih kecil. Faktor selanjutnya
yang juga sangat berpengaruh adalah pendidikan di sekolah dan lingkungan tempat
tinggal. Pendidikan di sekolah mendorong anak membaca karena tuntutan
pelajaran. Sementara, lingkungan turut mendorong minat baca karena seorang anak
melakukan kegiatan sesuai yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya.
“Secara
teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan
kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability)” (Ki Supriyoko, 2004). Rendahnya
minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, akibatnya
menjadikan kemampuan membaca rendah. Itulah yang sedang terjadi pada masyarakat
kita sekarang ini.” Pernyataan dan fenomena tersebut sangat relevan direnungkan
dalam rangka meningkatkan kecerdasan bangsa.
2)
Upaya Meningkatkan Minat Membaca
Secara
nasional sejak tahun 1995 telah diciptakan kondisi yang mendukung pengembangan
minat membaca. Upaya-upaya tersebut nampaknya belum membuahkan hasil. Kelemahan
dalam membaca dan mendayagunakan informasi itu masih terus menjadi masalah. Hal
itu kiranya tercermin dari tingkat pengembangan sumber daya manusia di
Indonesia dewasa ini.
Upaya
untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca ini harus terus dilakukan, khususnya
dimulai dari anak-anak. Misalnya dilingkungan sekolah promosi membaca hendaknya
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan mulai dari tingkat sekolah
dasar sampai ke perguruan tinggi. Untuk meningkatkan minat baca di sekolah, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adalah:
·
Pembenahan
ruang perpustakaan.
·
Pembinaan
koleksi perpustakaan yang terdiri dari buku pelajaran pokok, buku pelajaran
pelengkap, buku bacaan, dan buku sumber.
·
Tenaga
pengelola perpustakaan sekolah (pustakawan).
·
Kegiatan-kegiatan
untuk meningkatkan minat baca.
- Hakekat
Prestasi Hasil Belajar Siswa
Menurut
Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana,
baik tes tertulis, tes lesan maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution
berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang
belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil
belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk
mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian
merupakan suatu upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi
pendidikan yang ditujukanuntuk menjamin terciptanya ualitas proses pendidikan
serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan ( Cullen dalam Fathul Himam, 2004).
Hasil
belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan
tengah semester (sub sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam
penelitian tindakan kelas ini yang dimaksud prestasi hasil belajar siswa adalah
hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPS.
Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan pokok
bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat
soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang
berkaitan dengan konsep yang dibahas. Ulangan dilakukan minimal tiga kali dalam
setiap semester. Tujuannya untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran
serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta
didik.
B.
Kerangka Berpikir
1.
Hubungan minat membaca dengan prestasi hasil belajar
siswa
Semakin besar minat membaca, maka
hasil belajar siswa akan semakin lebih baik. Hal ini disebabkan karena
kebiasaan membaca dapat menambah wawasan informasi dan pengetahuan, dapat
menggali bakat dan potensi diri, memacu daya nalar (intelektual) serta berkonsentrasi
yang menjadikan pikiran dan emosi terkendali, sehingga mudah untuk berpikir
positif dalam menyikapi berbagai masalah.
2.
Hubungan model pembelajaran Reading Guide dengan minat membaca
dan hasil belajar siswa
Salah satu tahapan dalam model pembelajaran Reading Guide
adalah siswa
diberi tugas membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi-kisi untuk dikerjakan.
Penugasan membaca dalam proses pembelajaran inilah yang diharapkan dapat
menjadi suatu kebiasaan bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
hubungan pada kerangka berpikir, maka dapat ditarik hipotesis tindakan, yaitu
bahwa :
1)
Dengan digunakannya model pembelajaran Reading Guide
dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan.
2)
Dengan digunakannya model pembelajaran Reading Guide
dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 16
Pekalongan.
BAB
III
Metodologi
Penelitian
A.
Setting
Penelitian
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 16
Pekalongan untuk mata pelajaran IPS pokok bahasan Peristiwa Proklamasi dan
Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester kedua
tahun pelajaran 2010/2011, yaitu bulan Januari – April 2011.
3.
Siklus
Penelitian
PTK
ini dilaksanakan melalui 2 (dua) siklus untuk mengamati aktivitas membaca dan
melihat prestasi hasil belajar siswa melalui metode Reading Guide.
B.
Persiapan
PTK
Sebelum melaksanakan kegiatan PTK perlu disusun beberapa
input instrumental yang digunakan dalam perlakuan PTK, yaitu meliputi :
a)
Menyusun
RPP yang akan dijadikan PTK dengan Kompetensi Dasar Menjelaskan Peristiwa
Proklamasi dan Pembentukan NKRI.
b)
Menyusun Media Pembelajaran berupa materi bacaan.
c)
Menyusun
Lembar Kerja Kerja Siswa (LKS).
d)
Lembar
Pengamatan Kegiatan Pembelajaran siswa.
e)
Lembar
Pengamatan Proses Belajar Mengajar.
f)
Panduan
Wawancara Responden.
g)
Lembar
Observasi Kondisi Perpustakaan.
h)
Lembar
evaluasi.
C.
Subyek
Penelitian
Subyek
dalam penelitian PTK ini adalah seluruh siswa kelas VIII A SMP Negeri 16
Pekalongan yang berjumlah 34 siswa terdiri dari 19 putra dan 15 putri.
D.
Sumber
Data
1)
Siswa,
untuk mendapatkan data tentang aktivitas membaca dan prestasi hasil belajar
siswa dalam PBM.
2)
Guru,
untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran model Reading
Guide.
3)
Teman
sejawat dan Kolaborator, untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif.
4)
Pustakawan,
untuk mendapatkan data kondisi sarana prasarana, jumlah pengunjung dan
aktivitas siswa di perpustakaan.
E.
Tehnik
dan Alat Pengumpukan Data
1)
Tehnik
Pengumpulan Data
§ Tes, untuk mengetahui data
tentang prestasi hasil belajar siswa
§ Observasi, untuk
mengumpulkan data tentang aktivitas membaca siswa dan kondisi sarana prasaran
perpustakaan
§ Wawancara, untuk mengetahui
tingkat keberhasilan model belajar
§ Diskusi, untuk
merefleksikan hasil siklus PTK
2)
Alat
Pengumpul Data
§ Tes : menggunakan butir soal untuk mengukur
prestasi hasil belajar siswa
§ Observasi : menggunakan
lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam membaca.
§ Kuesioner dan angket :
untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang model
pembelajaran Reading Guide.
§ Diskusi : menggunakan
lembar hasil pengamatan
F.
Indikator
Kerja
Berdasarkan
pengalaman sebelumnya perihal ketuntasan belajar siswa, maka ditetapkan
indikator keberhasilan penelitian sebagai berikut :
1)
Sekurang-kurangnya
75% siswa memiliki aktivitas pembelajaran yang tinggi dengan kriteria sebagai
berikut :
Kriteria
|
Skor
|
Sangat Baik
|
4
|
Baik
|
3
|
Cukup
|
2
|
Kurang
|
1
|
2)
Sekurang-kurangnya
75% siswa telah melampaui standar ketuntasan minimal.
Guna menjaga
keabsahan data, maka pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi, yaitu
pengumpulan data bervariasi (multiple data collecting) dari berbagai sumber,
yaitu :
·
siswa
melalui rata-rata test atau penugasan dan observasi keaktifan membaca siswa
dalam PBM.
·
guru
melalui dokumentasi kehadiran siswa dan observasi.
·
kolaborator,
kepala sekolah dan petugas perpustakaan.
Instrumen
penelitian berupa angket, pedoman wawancara dan lembar pengamatan.
G.
Analisis
Data
Data yang telah
diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis diskriptif. Hasil belajar
dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus maupun
dengan indikator kinerja. Sedangkan Observasi maupun wawancara dengan analisis
diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang meliputi :
1)
Hasil
Belajar melalui rata-rata test atau penugasan dan dikategorikan dalam
klasifikasi rendah, sedang dan tinggi merujuk pada SKM.
2)
Aktivitas
siswa dalam membaca dan PBM, dikategorikan dalam klasifikasi Sangat baik, Baik,
Cukup, Kurang.
3)
Implementasi
Reading Guide
H.
Prosedur
Penelitian
Penelitian
dilakukan dalam 2 (dua) siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap,
yaitu planing atau replanning (perencanaan atau perencanaan ulang), acting
(tindakan), observing atau data collecting (pengamatan atau pengumpulan data),
dan reflecting (perenungan).
a.
Siklus
I
1)
Planning
Perencanaan
dalam penelitian ini meliputi; (i) identifikasi masalah, (ii) menyusun rencana
pembelajaran disertai lembar kerja siswa dan alat evaluasinya, intervensi yang
digunakan pada siklus pertama adalah model pembelajaran Reading Guide dengan
memanfaatkan media atau buku yang tersedia.
2)
Acting
Melaksanakan
rencana pembelajaran model Reading Guide, diskusi dan tanya jawab. Kegiatan
pembelajaran diawali dan diakhiri dengan test untuk mengukur tingkat penguasaan
materi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
3)
Observing
Observing
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah pelaksanaan
pembelajaran. Observing dimaksudkan untuk mengumpulkan data, data yang
dikumpulkan meliputi : (i) data tentang proses pembelajaran di kelas, (ii) data
tentang keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama membaca materi,
(iii) data kemajuan hasil belajar siswa, (iv) data tentang kinerja guru.
4)
Reflecting
Data
yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan teknik triangulasi,
kegiatan reflecting ini antara lain :
§ Mengetahui perkembangan
hasil belajar siswa.
§ Mengetahui perkembangan
minat membaca dan perubahan suasana pembelajaran.
§ Mengetahui perkembangan
kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.
b.
Siklus
II
1)
Planning
Perencanaan
dalam penelitian ini meliputi; (i) identifikasi masalah, (ii) menyusun rencana
pembelajaran disertai lembar kerja siswa dan alat evaluasinya, intervensi yang
digunakan pada siklus kedua adalah pembelajaran model Reading Guide dengan pembentukan
kelompok dengan disertai presentasi serta diskusi.
2)
Acting
Melaksanakan
rencana pembelajaran model Reading Guide dengan pembentukan kelompok, presentasi,
Tanya jawab dan diskusi.
3)
Observing
Observing
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah pelaksanaan
pembelajaran. Observing dimaksudkan untuk mengumpulkan data, data yang
dikumpulkan meliputi : (i) data tentang proses pembelajaran di kelas, (ii) data
tentang keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, (iii) data kemajuan
kinerja ilmiah siswa, (iv) data tentang kinerja guru, berupa classroom observer
form, dan learning logs guru, (v) data pengunjung dan aktivitas siswa di
perpustakaan.
4)
Reflecting
Data
yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan teknik triangulasi,
kegiatan reflecting ini antara lain :
§ Mengetahui perkembangan
hasil belajar siswa.
§ Mengetahui perubahan
suasana pembelajaran.
§ Mengetahui perkembangan
kinerja guru dalam mengelola pembelajaran.
§ Mengetahui perkembangan
minat membaca siswa.
I.
Rencana
Kerja
Adapun rencana pelaksanaannya adalah sebagai berikut
:
Tabel (1)
Jadwal Rencana Kerja
No
|
Kegiatan
|
Pelaksanaan
|
1.
|
Penyusunan Proposal
|
4 – 9 Januari 2011
|
2.
|
Penyerahan Proposal final
ditandatangani oleh Kepala Sekolah
|
11 Januari 2011
|
3.
|
Pelaksanaan Penelitian
|
|
|
Siklus I
|
18 – 23 Januari 2011
|
|
Siklus II
|
1 – 6 Februari 2011
|
4.
|
Tabulasi dan analisa data
|
15 – 20 Februari 2011
|
5.
|
Penyusunan Laporan
|
25 Februari – 14 April
2011
|
6.
|
Seminar hasil PTK
|
20 April 2011
|
8.
|
Perbaikan laporan PTK
|
22 – 27 April 2011
|
7.
|
Penyerahan Laporan
|
30 April 2011
|