HUBUNGAN
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI SEKOLAH
oleh :
Muh. Yusron
Guru SMP Negeri 16 Pekalongan
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah salah satu
institusi yang berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan dengan
perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi sistem pendidikan semakin meningkat
baik kualitas, kuantitas maupun relevansinya. Untuk itu, dalam pembangunan
nasional menekankan pentingnya pengembangan kualitas sumber daya manusia. Menurut pasal 3 Undang - Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Sektor pendidikan
memegang peranan penting karena dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu menghadapi
setiap perubahan yang terjadi.
Arus globalisasi menimbulkan tantangan
daya saing terhadap produk barang dan jasa. Sistem pendidikan yang bermutu akan
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada akhirnya kualitas produk
barang dan jasa menjadi meningkat sehingga diharapkan mampu menjadi tuan rumah
di negerinya sendiri dan dapat bersaing di pasar global.
Pembangunan
pendidikan yang bermutu pada jenjang sekolah menengah beberapa tahun terakhir
telah banyak mendapat perhatian dari pakar pendidikan. Perhatian itu berupa
upaya meningkatkan status sekolah maupun mengembangkan sekolah ideal. Sekolah
ideal merupakan sekolah yang bersuasana kondusif dan memungkinkan siswa untuk
dapat mengembangkan seluruh potensi dirinya sehingga banyak memperoleh
prestasi. Sekolah yang mempunyai banyak prestasi tentu dipimpin oleh kepala
sekolah yang mempunyai komitmen kuat untuk meningkatkan potensi sumber daya
yang ada di sekolahnya. Yang menjadi permasalahan kajian ini adalah bagaimana
kepemimpinan kepala sekolah menjadi faktor utama dalam meningkatkan prestasi
sekolah karena kepala sekolah mempunyai posisi dan peranan penting dalam
meningkatkan kualitas sekolah.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada tingkat
Asia maupun Dunia
menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia belum memuaskan. Jika ditelaah
lebih dalam sampai ke tingkat satuan pendidikan atau sekolah, maka yang
mempunyai andil dalam urusan tersebut salah satunya adalah pemimpinnya atau
kepala sekolah. Alasannya
adalah kepala sekolah merupakan manajer sekolah dan dituntut agar mampu dalam
memimpin sebuah sekolah. Dalam artian ia harus mampu menggerakkan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, serta membina seluruh komponen
sekolah sehingga tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai dengan baik.
Dalam peningkatan kualitas pendidikan,
sekolah bukan merupakan suatu sistem yang terlepas dari pihak–pihak diluar
sekolah, baik itu pemerintah maupun masyarakat sekitar. Hubungan pemerintah,
masyarakat ,dan sekolah tidak terpisahkan perannya dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama. Dalam hal ini, pihak
sekolah khususnya seorang pemimpin dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan,
kecakapan, sikap, dan produktivitas serta kebiasaan–kebiasaan kepemimpinan yang
efekitf dan memperkuat kemampuannya dalam menjalankan tugas sebagai kepala
sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah
sangat menentukan mutu, tanpa kepemimpinan yang baik proses peningkatan mutu
tidak dapat dilakukan dan diwujudkan (Edwar Sallis, 2006: 170). Keutamaan
pengaruh (influence) kepemimpinan kepala sekolah bukanlah semata-mata
berbentuk instruksi, melainkan lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger)
yang dapat memberi inspirasi terhadap para guru dan karyawan, sehingga
inisiatif dan kreatifitasnya berkembang secara optimal untuk meningkatkan
kinerjanya, (Tjutju Yuniarsih dan Suwatno, 2008:166). Kenyataan di lapangan
kepemimpinan kepala sekolah masih menunjukan kinerjanya yang belum optimal, hal
itu di indikasikan antara lain masih minimnya kepala sekolah untuk melakukan
kegiatan supervisi dan tingkat kepuasan guru terhadap kepemimpinan
kepala sekolah masih rendah.
Iklim kerja adalah sesuatu
yang dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada
motivasi dan prilaku guru di mana tempat mereka bekerja, Toulson dan Smith
(1994: 457) dalam Jurnal Manajemen (2009). Iklim kerja yang sejuk dan harmonis
akan memberikan gairah dan inspirasi dalam bekerja.
Kenyataan yang ada iklim
kerja sekolah Kota Pekalongan secara umum masih menunjukan gejala yang belum
optimal. Selain sarana-prasarana sekolah yang belum representatif, juga
manajemen sekolah yang secara umum kurang memuaskan stakeholder sekolah
dan hal ini berdampak pada prestasi sekolah.
Mengacu pada pemikiran diatas,
kepala sekolah harus bisa mengatur
manajemen sekolah dan pengelolaan sumber daya manusia sekolah menuju ke arah yang diharapkan yaitu
meningkatkan gairah kerja (kinerja), profesionalisme warga sekolah ( Guru,
Karyawan & Peserta Didik ) sehingga
tujuan pendidikan dan
prestasi sekolah dapat tercapai dengan baik.
B.
Permasalahan
Fenomena kurang optimalnya
kinerja Kepala Sekolah seperti di atas sangat menarik mengingat kepala sekolah
harus bisa mengatur manajemen sekolah
dan pengelolaan sumber daya manusia sekolah
menuju ke arah yang diharapkan yaitu meningkatkan gairah kerja
(kinerja), profesionalisme warga sekolah (Guru, Karyawan & Peserta Didik )
sehingga tujuan pendidikan dan prestasi sekolah dapat
tercapai dengan baik. Berdasarkan masalah-masalah di atas penulis
tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Iklim Kerja Sekolah Terhadap Prestasi Sekolah. Berdasarkan batasan masalah di
atas, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah
hubungan kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Sekolah terhadap Prestasi
Sekolah ?”
C.
Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis,
mengungkap dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengetahui
gambaran aktual kepemimpinan para kepala Sekolah
2) Mengetahui
gambaran aktual iklim kerja Sekolah
3) Mengetahui
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim kerja
4) Mengetahui
pengaruh iklim kerja sekolah terhadap Prestasi Sekolah
5) Mengetahui
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja sekolah terhadap prestasi
sekolah
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Kepala
sekolah bersal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat
diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga.
Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan
memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin
sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran.
Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara
Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan
fungsional ) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural ( kepala sekolah
) di sekolah”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin dan
memenaj segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah selaku manajer dan pemimpin perlu mulai dengan tujuan
dalam pikirannya. Artinya memulai dengan suatu pemahaman yang jelas tentang
tujuan manajemen sekolah dan mengetahui apa yang harus dikerjakan serta dapat
mencapai tujuan dengan jelas. Kepala sekolah juga perlu berpikir sistem yang oleh Senge
( 1990: 69 ) dideskripsikan sebagai suatu discipline
for seeking wholes : disiplin untuk melihat keseluruhan, yaitu suatu
framework ( kerangka acuan ) untuk melihat keinterelasian elemen – elemennya
melihat pola perubahan daripada snapshots ( jepretan foto ) yang statis.
Berpikir sistem dibutuhkan karena kepala sekolah sering dihadapkan pada
kompleksitas. Kepala sekolah dikondisikan untuk melihat kehidupan ini sebagai
suatu seri kejadian.
Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai posisi puncak
yang memegang kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Peran Kepala sekolah yang seperti ini menunjukkan bahwa mereka memiliki dua
peran besar dalam melaksanakan tugasnya, pertama sebagai manajer kedua sebagai
pemimpin. Kedua peran ini menyatu dan melekat pada kepala sekolah. Perhatian
kepala sekolah sebagai seorang manajer terutama tertuju pada pemeliharaan
struktur, prosedur, dan tujuan yang berlaku. Oleh karena itu, seorang kepala
sekolah sebagai manajer dilihat sebagai suatu kekuatan stabilisasi. Seorang
pemimpin sebaliknya dapat dilihat sebagai orang yang melakukan perubahan.
Peranan kepala sekolah sebagai manajer perlu
pembenahan dari kondisi yang ada. Sebagai contoh, bantuan yang diberikan
pemerintah untuk peningkatan mutu pendidikan belum dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Ketrampilan – ketrampilan teknis manajerial untuk pemahaman
terhadap tugas misalnya, memanajemen kurikulum, memanajemen kepegawaian, pemeliharaan
tata tertib, fasilitas ( sarana prasarana ), keuangan, dan tata usaha sekolah Manajemen mengandung
arti optimalisasi sumber – sumber daya, pengelolaan dan pengendalian.
Peter dan Austin dalam Sallis ( 1993 ), memberikan
pertimbangan spesifik mengenai kepemimpinan pendidikan yang diberi tema Excellence In School Leadership. Mereka berpendapat
kepemimpinan pendidikan membutuhkan perspektif sebagai berikut :
a. Visi dan simbol. Guru atau kepala sekolah harus
mengkomunikasikan nilai –nilai institusi
kepada staffnya, siswa, dan masyarakat luas.
b. Management
by walking about yang merupakan
gaya kepemimpinan bagi setiap institusi.
c. For
The Kids ( untuk anak –anak
). Istilah dalam pendidikan yang berarti ekuivalen dengan dekat dengan
pelanggan.
d. Autonomi, pengalaman, dan dukungan terhadap kegagalan.
Pemimpin pendidikan harus mendorong inovasi diantara staffnya dan siap terhadap
kegagalan yang pasti muncul dalam melakukan inovasi.
e. Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin perlu
menciptakan suatu perasaan sebagai komunitas di antara siswa, murid, orang tua,
guru , dan staff pendukung
f. Rasa sebagai keseluruhan, ritme, keinginan kuat,
intensitas, dan antusiasme.
Hal tersebut adalah beberapa mutu personal yang esensial dan dibutuhkan
bagi pemimpin pendidikan. Karena kepemimpinan pendidikan menyangkut bagaimana
melaksanakan administrasi pendidikan dengan baik dan benar.
1) Dimensi
Kompetensi Kepala Sekolah Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 Tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah harus memiliki kompetensi
yakni: Kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima standar kompetensi tersebut
terintegrasi di dalam kinerja kepala sekolah.
2) Dimensi
Peranan Kepala Sekolah Urgensi dan signifikansi
fungsi dan peranan kepala sekolah didasarkan pada pemahaman bahwa keberhasilan
sekolah merupakan keberhasilan kepala sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah
perlu memiliki kompetensi yang disyaratkan agar dapat merealisasikan visi dan
misi yang diemban sekolahnya. Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala
sekolah minimal harus mampu berfungsi sebagai edukator, manager,
administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator,
(EMASLIM).
3) Kepala
Sekolah Sebagai Pemimpin ( Leader ) Kepala sekolah sebagai
pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan
dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan
mendelegasikan tugas. Wahjosumijo ( 1999 ) mengemukakan bahwa kepala sekolah
sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian,
keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan
administrasi dan pengawasan.
B.
Iklim
Kerja Sekolah
Iklim organisasi memiliki
banyak definisi. Berikut adalah beberapa definisi iklim organisasi menurut para
ahli, Jurnal Manajemen (2009): (1) Litwin dan Stringer, seperti dikutip Toulson
dan Smith (1994:457) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu yang dapat
diukur pada lingkungan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada karyawan dan pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan
asumsi akan berpengaruh pada motivasi dan perilaku karyawan; (2) Menurut Davis
dan Hewstrom (1995), “Iklim organisasi adalah lingkungan dimana para karyawan
suatu organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi
segala hal yang bekerja dalam organisasi sehingga iklim dikatakan sebagai suatu
konsep yang dinamis.”; dan (3) Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (1992),
“Iklim organisasi adalah serangkaian keadaan lingkungan yang dirasakan secara
langsung dan tidak langsung oleh karyawan.”
Berdasarkan definisi iklim
kerja di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim kerja organisasi adalah
serangkaian keadaan lingkungan organisasi yang dirasakan langsung atau tidak
langsung oleh karyawan dan dapat mempengaruhi karyawan. Lingkungan organisasi
terdiri dari lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik misalnya
sarana-prasarana yang representatif, kebersihan, keindahan dan lain-lain.
Lingkungan psikologis meliputi hubungan antar karyawan dan kombinasi antara
nilai dan tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
C.
Prestasi
Sekolah
Prestasi merupakan hasil
yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya
(Sulchan,1987:70). Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai
(Winkel, 2002:45), prestasi tidak akan dicapai bila seseorang tidak melakukan
kegiatan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil
usaha yang dicapai seseorang yang terlebih dalam melakukan kegiatan. Inilah ya
ng sering disebut dengan prestasi. Jika dilihat dari segi-segi yang menyangkut
dengan sikap, minat, perhatian dan ketrampilan murid. Prestasi yang dicapai
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain motivasi dari luar maupun motivasi
dari dalam yang keduanya saling berkaitan. Menurut Mulyasa (2002:25).
Sekolah merupakan suatu
sistem dimana pelaksanaan yang berorientasikan pada kegiatan belajar mengajar
dan pelaksanaan pengajaran yakni interaksi guru dengan murid, dalam rangka
menyampaikan bahan pelajaran pada siswa dan untuk mencapai tujuan pengajaran
Maka dari pendapat diatas disimpulkan bahwa sekolah ialah tempat dimana guru
sebagai pengajar dalam membantu anak didiknya agar memperoleh pemahaman diri
dan pengarahan dalam proses belajar me ngajar yang berguna kelak dalam
masyarakat melalui pendidikan formal dan non formal.
Jadi prestasi sekolah dapat
diartikan sebagai penilaian hasil belajar dari proses kegiatan belajar mengajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode selama
masih dalam bangku sekolah sehingga dapat membawa perubahan baik dari segi
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dinyatakan dalam angka menurut
kemampuan siswa dalam mengerjakan tes pelajaran (Sulchan, 1987 : 75). Bila
demikian halnya, prestasi sekolah dalam kehidupan manusia pada tingkat dan
jenis tertentu dapat memberikan kepuasan pada bangku sekolah. Menurut Balitbang
Depdiknas, ciri-ciri siswa yang berbakat dalam pencapaian prestasi sekolah
dapat di indikatorkan sebagai berikut :
1) Memiliki
ciri tanggung jawab terhadap tugas seperti tekun menghadapi tugas, ulet
menghadapi kesulitan, mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, ingin
berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat dan tidak
bosan dengan tugas rutin.
2) Memiliki
ciri belajar antara lain mudah menangkap pelajaran, mempunyai ingatan baik,
perbendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, berfikir kritis, logis sering
membaca buku yang bermutu dan mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat
intelektual.
3) Memiliki
kreatifitas antara lain bersifat ingin tahu, sering mengajukan pertanyaan yang
baik memberikan banyak gagasan dan usul atas banyak permasalahan, tidak mudah
terpengaruh orang lain dan mampu mengajukan pandangan yang berlainan dengan
orang lain.
4) Memiliki
ciri-ciri kepribadian yang disenangi oleh orang lain, dipilih menjadi pimpinan,
dapat bekerja sama, dapat mempengaruhi orang lain, banyak inisiatif dan percaya
diri sendiri.
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi prestasi sekolah terlaksananya suatu pendidikan yang
mengorientasikan pada prestasi sekolah siswa dengan baik apabila dalam
pelaksanaannya senantiasa berpegang teguh pada prinsip -prinsip yang telah
diberlakukan. Menurut Mulyasa (2002:56) maka dalam pelaksanaanya terdapat
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi pendidikan sekolah yakni,
sebagai berikut :
1) Bahwa
dalam rangka mengukur keberhasilan belajar peserta didik itu, pengukurannya
dilakukan secara tidak langsung. Seorang pendidik yang ingin menentukan manakah
di antara para peserta didik yang tergolong lebih pandai ketimbang peserta
didik lainnya.
2) Dalam
rangka menilai keberhasilan belajar siswa pada umumnya menggunakan ukuran yang
bersifat kuantitatif.
3) Dalam
rangka menilai keberhasilan belajar siswa pengukuran dilakukan dengan
mengetahui sejauh mana tingkat siswa dalam penguasaanpendidikan sekaligus
pendidikan ketrampilan yang menunjang siswa dalam kegiatan belajar di sekolah.
Maka dengan kata lain pendidikan ketrampilan juga berpengaruh penting dan
sebagai dasar latihan yang dapat membentuk ketrampilan kerja. Yang dapat
diekspersikan melalui cipta, rasa dan karsa secara kreatif dan produktif.
Aspek-Aspek yang Mendorong
Pelaksanaan Penilaian Prestasi Sekolah
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu
dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil prestasi sekolah
bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan
materi pengajaran yang telah dipelajari tujuan yang ditetapkan. Penilaian dalam
prestasi sekolah meliputi :
1) Evaluasi
formatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang
dilakukan guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa
(Suharsimi Arikunto 1988:42). Penilaian formatif disebutkan dengan istilah
penilaian pada akhir satuan pelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui
sejauh mana ketercapaian tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan dalam
setiap satuan pelajaran.
2) Evaluasi
sumatif
Evaluasi Sumatif aalah penilaian yang
diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu. Penilaian sumatif
berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan prestasi siswa yang
dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor atau nilai akhir
semester (Depdikbud, 1987:52).
3)
Pelaporan hasil evaluasi
Setelah memberi evaluasi formatif maupun
sumatif, setiap akhir semester setiap guru harus mengolah nilai akhir dan
memasukan dalam buku rapor, yang merupakan laporan hasil kerja. Buku rapor yang
merupakan laporan hasil kerja sekolah kepada orang tua/ wali murid.
Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan Menurut Petunjuk Teknis No. 166/
113. VI/ 91 yang didalamnya ditetapkan tentang penilaian dan analisis hasil
prestasi sekolah siswa serta program perbaikan dan pengayaan, dijabarkan
sebagai berikut : Apabila seseorang siswa dalam ulangan (tes formataif/ tes
sumatif) mencapai nilai kurang dari 7,5 atau daya serapnya kurang dari 75% maka
yang bersangkutan harus mengikuti perbaikan (Dikdiksar, 1991:2). Tujuan ulangan
perbaikan adalah agar siswa memperoleh penguasaan yang baik terhadap tujuan
(TIK) yang harus dicapai. Bagi siswa yang sudah menguasai TIK,
sekurang-kurangnya 75%, dapat diberikan pengayaan, apabila masih ada waktu
untuk satuan pelajaran tertentu, sebelum beralih ke materi lain. Program
perbaikan dan pengayaan dalam peningkatan prestasi sekolah sangat diperlukan
dalam rangka pelaksanaan pola belajar tuntas.
Ketuntasan belajar adalah pencapaian
taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan bagi setiap unit bahan pelajaran,
baik secara perorangan maupun kelompok.
BAB III
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
1. Kepemimpinan kepala sekolah,
Kepemimpinan
kepala sekolah pada sekolah berprestasi mempunyai karakteristik yang sama
dengan kepemimpinan transformasional dengan tipologi the value-based
juggler, yaitu mampu mempengaruhi komponen sekolah dalam proses perbaikan
sekolah dengan tetap berorientasi pada kemajuan belajar siswa. Kepala sekolah
mengkomunikasikan visi pribadi dan visi sekolah kepada orang tua, masyarakat
dan pemerintah. Kepala sekolah mempunyai nilai kepemimpinan yang menjadi
landasan berfikir dan bertindak dalam memimpin sekolah yaitu (a) disiplin dan
bekerja sebagai ibadah, (b) bersikap demokratis, (c) bertanggung jawab, (d)
berani berinovasi dan yakin pada pembaharuan dan (e) jujur, amanah dan terbuka.
Kepala sekolah juga mempunyai hubungan sosial yang terjalin baik dengan warga
sekolah antara lain; (1) kesejawatan, (2) ketauladanan, (3) menghargai prestasi
guru dan siswa, dan (4) kekeluargaan, kepedulian dan kesejahteraan.
2. Strategi kepemimpinan kepala sekolah,
Strategi yang
dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi sekolah adalah: (1)
optimalisasi proses pembelajaran, (2) memberdayakan dan meningkatkan
profesionalisme guru dan karyawan sekolah, (3) pemberdayaan potensi
siswa, (4) menjalin kemitraan dan kerjasama, (5) melakukan studi banding dan
(6) mengoptimalkan penggunaan fasilitas sekolah. Strategi tersebut dilakukan
bersamaan karena ada keterkaitan satu dengan yang lain
3. Faktor pendukung,
Faktor-faktor
pendukung dalam meningkatkan prestasi sekolah antara lain; (1) sarana prasarana
sekolah yang lengkap dan memadai, (2) input siswa yang unggul dan terseleksi,
(3) komitmen guru dan karyawan yang berkualifikasi di bidangnya, (4) lingkungan
sekolah yang kondusif sebagai tempat pembelajaran sehingga tercipta iklim
belajar dan iklim kerja yang sehat dan kompetetif, (5) memperoleh dukungan dari
komponen sekolah, dan (6) jalinan kerjasama dan kemitraan dengan orangtua,
masyarakat, lembaga pemerintah, bisnis swasta, dan lembaga pendidikan
internasional.
4. Faktor kendala,
Faktor kendala
dalam meningkatkan prestasi sekolah antara lain: (1) belum semua guru menguasai
ICT, (2) lahan sekolah dan lokasi sekolah (3) kurangnya tenaga pelatih dalam
kegiatan ekstrakurikuler, dan (4) masyarakat yang kurang paham terhadap inovasi
pendidikan
5. Upaya kepala sekolah dalam memberdayakan faktor
pendukung dan upaya mengatasi kendala dalam meningkatkan prestasi
sekolah.
Upaya kepala
sekolah dalam memberdayakan faktor pendukung yang berasal dari guru, karyawan
dan siswa adalah dengan melibatkan dan meningkatkan potensi guru dan siswa
dalam semua kegiatan sekolah, sedangkan untuk memberdayakan sarana pendidikan
dilakukan dengan menyusun jadwal penggunaan fasilitas pendidikan secara rutin
maupun diluar jadwal yang ada. Upaya mengatasi kendala dalam meningkatkan
prestasi sekolah dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak terkait
misalnya komite sekolah, masyarakat, bisnis swasta, pemerintah dan lembaga
pendidikan internasional
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
Untuk masyarakat
pendidik disarankan menyebarluaskan wawasan dan kesadaran kepada masyarakat
bahwa dukungan kepada sekolah sangat diperlukan demi terselenggaranya pendidikan
yang berkualitas. Bagi pemerintah, sesuai dengan pelaksanaan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pemerintah memberi keleluasaan
dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sekolah dengan mengoptimalkan
program manajemen berbasis sekolah.