Rabu, 10 Februari 2016

CARA PRAKTIS BELAJAR MENYUSUN PTK
1.        Menentukan Judul
Judul yang baik dalam PTK harus memenuhi 2 kriteria :
a.    Singkat
·      Tidak mengulang kata
·      Jangan menulis kata yang tidak diperlukan
b.    Jelas
·      Adanya variabel masalah
·      Adanya variabel tindakan
·      Adanya subyek penelitian
·      Adanya tempat penelitian
·      Adanya waktu penelitian
c.    Mampu menyebutkan variabelnya
d.   Mampu menyebutkan tindakan-tindakan
e.    Menyebutkan cara meneliti
2.        Menentukan permasalahan
Permasalahan dalam hal ini dimaknai adanya kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Ciri permasalahan dapat dilihat dari adanya sesuatu perubahan terutama variabel. Permasalahan inti dalam PTK meliputi 3 hal, yaitu:
a.    Aspek sikap
b.    Aspek pengetahuan
c.    Aspek ketrampilan
Contoh cara merumuskan masalah:
1)   Mengajar melalui pendekatan ................
2)   Mengajar melalui strategi ..................
3)   Mengajar melalui metode ....................
4)   Mengajar melalui tehnik .....................
5)   Mengajar melalui media .....................
6)   Mengajar melalui alat peraga .............



3.        Menentukan kajian teori
Kajian teori yang disusun dalam PTK sebaiknya :
a.       Mengandung kebenaran menurut metode ilmiah artinya didasarkan pada teori dan empirik
b.      Sebagai dasar kebenaran berdasarkan pada teori atau buku rujukan
c.       Teori yang diambil harus relevan, baik dengan permasalahan yang diteliti maupun variabelnya
d.      Diambil atau dikutip dari teori yang terup to date atau terbaru
e.        Dikutip dari berbagai aliran
f.       Tidak harus dibuat kesimpulan dan sebaiknya diambil dari buku, apabila dari internet sebaiknya dipilah yang jelas
g.      Urutan dalam penulisannya bebas

4.        Menentukan kerangka berpikir
Kerangka berpikir dapat diartikan sebagai analisis, kajian atau gejala deduksi antar variabel, contoh bagan kerangka berpikir:



5.        Menentukan hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara dan diperlukan untuk menjawab rumusan masalah. Penulisan hipotesis, sebaiknya :
a.    Menyalin kalimat kerangka berpikir dengan menghilangkan kata “diduga”
b.    Menyalin rumusan masalah dengan menghilangkan kata “apakah” , “dan”

6.        Contoh penerapan dalam menyusun PTK
Judul “Penerapan Membaca Sintopikal dengan metode Reading Guide (X) dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Karakter (Y1) dan Hasil Belajar (Y2) Siswa SMP Negeri 16 Pekalongan Semester Genap Tahun Pelajaran 2014 – 2015”  
A.    Latar Belakang
1.      Alinea pertama
a.       Menulis kondisi awal siswa (kenyataan) yaitu Y1 dan Y2 rendah
b.      Menulis kondisi awal peneliti dengan kondisi belum X
2.      Alinea kedua
a.       Menulis kondisi akhir (harapan) siswa yaitu Y1 dan Y2 meningkat, dengan dijelaskan alasan perlunya ditingkatkan.
b.      Menulis kondisi akhir peneliti yaitu sudah X, dengan dijelaskan alasan mengapa harus sudah X
3.      Alinea ketiga
a.       Menuliskan masalah yang dihadapi siswa atau kenyataan Y1 dan Y2 rendah dan harapannya Y1 dan Y2 meningkat
b.      Menuliskan masalah peneliti yaitu kenyataan belum X dan harapannya sudah X 
4.      Menuliskan solusinya, yaitu perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu X. Tindakan tersebut dilakukan untuk meningkatkan Y1 dan Y2
B.     Identifikasi Masalah
Umumnya berbentuk kalimat tanya, dan kalimat ini tidak harus dijawab, tidak harus rinci minimal mengacu pada Y
C.     Pembatasan Masalah (bila ada)
1.      Menulis masalah apa saja yang dibahas dalam penelitian
2.      Menulis penjelasan Y1
3.      Menulis penjelasan Y2
4.      Menulis penjelasan X
D.    Rumusan Masalah
Umumnya berupa kalimat tanya tetapi harus dijawab, jawabannya dapat dituliskan di BAB II dan BAB V. Penulisan kalimat tanyanya harus rinci, contoh :
1.      Apakah melalui X dapat meningkatkan Y1 bagi siswa .............?
2.      Apakah melalui X dapat meningkatkan Y2 bagi siswa .............?
3.      Apakah melalui X dapat meningkatkan Y1 dan Y2 bagi siswa .............?
E.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
a.       Untuk meningkatkan Y1
b.      Untuk meningkatkan Y2
c.       Untuk meningkatkan Y1 dan Y2
2.      Tujuan Khusus
a.       Melalui X untuk meningkatkan Y1 bagi ................
b.      Melalui X untuk meningkatkan Y2 bagi ................
c.       Melalui X untuk meningkatkan Y1 dan Y2 bagi ................
F.      Manfaat Penelitian
1.      Bagi Siswa
a.       Dapat meningkatkan Y1
b.      Dapat meningkatkan Y2
c.       Dapat meningkatkan Y1 dan Y2
2.      Bagi Peneliti
a.       Melalui X dapat meningkatkan Y1 bagi siswa
b.      Melalui X dapat meningkatkan Y2 bagi siswa
c.       Melalui X dapat meningkatkan Y1 dan Y2 bagi siswa
3.      Bagi Sekolah
4.      Bagi Teman Sejawat
5.      Bagi Perpustakaan Sekolah

7.        Minimal waktu yang ideal dalam penyusunan PTK adalah 12 jam atau 2 siklus, dimana dalam 1 siklus diperlukan waktu 2 tatap muka atau 4 jam dan alangkah lebih baik didahului dengan pra siklus sebagai pembanding dalam PTK.


Kamis, 14 Januari 2016

Makalah

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI SEKOLAH

oleh :
Muh. Yusron 
Guru SMP Negeri 16 Pekalongan

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu institusi yang berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan dengan perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi sistem pendidikan semakin meningkat baik kualitas, kuantitas maupun relevansinya. Untuk itu, dalam pembangunan nasional menekankan pentingnya pengembangan kualitas sumber daya manusia. Menurut pasal 3 Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Sektor pendidikan memegang peranan penting karena dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Arus globalisasi menimbulkan tantangan daya saing terhadap produk barang dan jasa. Sistem pendidikan yang bermutu akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada akhirnya kualitas produk barang dan jasa menjadi meningkat sehingga diharapkan mampu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan dapat bersaing di pasar global.
Pembangunan pendidikan yang bermutu pada jenjang sekolah menengah beberapa tahun terakhir telah banyak mendapat perhatian dari pakar pendidikan. Perhatian itu berupa upaya meningkatkan status sekolah maupun mengembangkan sekolah ideal. Sekolah ideal merupakan sekolah yang bersuasana kondusif dan memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan seluruh potensi dirinya sehingga banyak memperoleh prestasi. Sekolah yang mempunyai banyak prestasi tentu dipimpin oleh kepala sekolah yang mempunyai komitmen kuat untuk meningkatkan potensi sumber daya yang ada di sekolahnya. Yang menjadi permasalahan kajian ini adalah bagaimana kepemimpinan kepala sekolah menjadi faktor utama dalam meningkatkan prestasi sekolah karena kepala sekolah mempunyai posisi dan peranan penting dalam meningkatkan kualitas sekolah.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada tingkat Asia maupun Dunia menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia belum memuaskan. Jika ditelaah lebih dalam sampai ke tingkat satuan pendidikan atau sekolah, maka yang mempunyai andil dalam urusan tersebut salah satunya adalah pemimpinnya atau kepala sekolah. Alasannya adalah kepala sekolah merupakan manajer sekolah dan dituntut agar mampu dalam memimpin sebuah sekolah. Dalam artian ia harus mampu menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, serta membina seluruh komponen sekolah sehingga tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai dengan baik.
Dalam peningkatan kualitas pendidikan, sekolah bukan merupakan suatu sistem yang terlepas dari pihak–pihak diluar sekolah, baik itu pemerintah maupun masyarakat sekitar. Hubungan pemerintah, masyarakat ,dan sekolah tidak terpisahkan perannya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama. Dalam hal ini, pihak sekolah khususnya seorang pemimpin dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, sikap, dan produktivitas serta kebiasaan–kebiasaan kepemimpinan yang efekitf dan memperkuat kemampuannya dalam menjalankan tugas sebagai kepala sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan mutu, tanpa kepemimpinan yang baik proses peningkatan mutu tidak dapat dilakukan dan diwujudkan (Edwar Sallis, 2006: 170). Keutamaan pengaruh (influence) kepemimpinan kepala sekolah bukanlah semata-mata berbentuk instruksi, melainkan lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger) yang dapat memberi inspirasi terhadap para guru dan karyawan, sehingga inisiatif dan kreatifitasnya berkembang secara optimal untuk meningkatkan kinerjanya, (Tjutju Yuniarsih dan Suwatno, 2008:166). Kenyataan di lapangan kepemimpinan kepala sekolah masih menunjukan kinerjanya yang belum optimal, hal itu di indikasikan antara lain masih minimnya kepala sekolah untuk melakukan kegiatan supervisi dan tingkat kepuasan guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah masih rendah.
Iklim kerja adalah sesuatu yang dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada motivasi dan prilaku guru di mana tempat mereka bekerja, Toulson dan Smith (1994: 457) dalam Jurnal Manajemen (2009). Iklim kerja yang sejuk dan harmonis akan memberikan gairah dan inspirasi dalam bekerja.
Kenyataan yang ada iklim kerja sekolah Kota Pekalongan secara umum masih menunjukan gejala yang belum optimal. Selain sarana-prasarana sekolah yang belum representatif, juga manajemen sekolah yang secara umum kurang memuaskan stakeholder sekolah dan hal ini berdampak pada prestasi sekolah.
Mengacu pada pemikiran diatas, kepala sekolah harus bisa mengatur  manajemen sekolah dan pengelolaan sumber daya manusia sekolah  menuju ke arah yang diharapkan yaitu meningkatkan gairah kerja (kinerja), profesionalisme warga sekolah ( Guru, Karyawan & Peserta Didik ) sehingga  tujuan pendidikan dan prestasi sekolah dapat tercapai dengan baik.

B.    Permasalahan
Fenomena kurang optimalnya kinerja Kepala Sekolah seperti di atas sangat menarik mengingat kepala sekolah harus bisa mengatur  manajemen sekolah dan pengelolaan sumber daya manusia sekolah  menuju ke arah yang diharapkan yaitu meningkatkan gairah kerja (kinerja), profesionalisme warga sekolah (Guru, Karyawan & Peserta Didik ) sehingga  tujuan pendidikan dan prestasi sekolah dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan masalah-masalah di atas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Sekolah Terhadap Prestasi Sekolah. Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Sekolah terhadap Prestasi Sekolah ?”

C.    Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis, mengungkap dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:
1)     Mengetahui gambaran aktual kepemimpinan para kepala Sekolah
2)     Mengetahui gambaran aktual iklim kerja Sekolah
3)     Mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim kerja
4)     Mengetahui pengaruh iklim kerja sekolah terhadap Prestasi Sekolah
5)     Mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja sekolah terhadap prestasi sekolah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA



A.     Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah bersal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional ) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural ( kepala sekolah ) di sekolah”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin dan memenaj segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah selaku manajer dan pemimpin perlu mulai dengan tujuan dalam pikirannya. Artinya memulai dengan suatu pemahaman yang jelas tentang tujuan manajemen sekolah dan mengetahui apa yang harus dikerjakan serta dapat mencapai tujuan dengan jelas. Kepala sekolah juga perlu berpikir sistem yang oleh Senge ( 1990: 69 ) dideskripsikan sebagai suatu discipline for seeking wholes : disiplin untuk melihat keseluruhan, yaitu suatu framework ( kerangka acuan ) untuk melihat keinterelasian elemen – elemennya melihat pola perubahan daripada snapshots ( jepretan foto ) yang statis. Berpikir sistem dibutuhkan karena kepala sekolah sering dihadapkan pada kompleksitas. Kepala sekolah dikondisikan untuk melihat kehidupan ini sebagai suatu seri kejadian.
Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai posisi puncak yang memegang kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Peran Kepala sekolah yang seperti ini menunjukkan bahwa mereka memiliki dua peran besar dalam melaksanakan tugasnya, pertama sebagai manajer kedua sebagai pemimpin. Kedua peran ini menyatu dan melekat pada kepala sekolah. Perhatian kepala sekolah sebagai seorang manajer terutama tertuju pada pemeliharaan struktur, prosedur, dan tujuan yang berlaku. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah sebagai manajer dilihat sebagai suatu kekuatan stabilisasi. Seorang pemimpin sebaliknya dapat dilihat sebagai orang yang melakukan perubahan.
Peranan kepala sekolah sebagai manajer perlu pembenahan dari kondisi yang ada. Sebagai contoh, bantuan yang diberikan pemerintah untuk peningkatan mutu pendidikan belum dapat meningkatkan mutu pendidikan. Ketrampilan – ketrampilan teknis manajerial untuk pemahaman terhadap tugas misalnya, memanajemen kurikulum, memanajemen kepegawaian, pemeliharaan tata tertib, fasilitas ( sarana prasarana ), keuangan,  dan tata usaha sekolah Manajemen mengandung arti optimalisasi sumber – sumber daya, pengelolaan dan pengendalian.
Peter dan Austin dalam Sallis ( 1993 ), memberikan pertimbangan spesifik mengenai kepemimpinan pendidikan yang diberi tema Excellence In School Leadership. Mereka berpendapat kepemimpinan pendidikan membutuhkan perspektif sebagai berikut :
a.  Visi dan simbol. Guru atau kepala sekolah harus mengkomunikasikan  nilai –nilai institusi kepada staffnya, siswa, dan masyarakat luas.
b.  Management by walking about yang merupakan gaya kepemimpinan bagi setiap institusi.
c.   For The Kids ( untuk anak –anak ). Istilah dalam pendidikan yang berarti ekuivalen dengan dekat dengan pelanggan.
d.  Autonomi, pengalaman, dan dukungan terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus mendorong inovasi diantara staffnya dan siap terhadap kegagalan yang pasti muncul dalam melakukan inovasi.
e.  Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin perlu menciptakan suatu perasaan sebagai komunitas di antara siswa, murid, orang tua, guru , dan staff pendukung
f.    Rasa sebagai keseluruhan, ritme, keinginan kuat, intensitas, dan antusiasme.
Hal tersebut adalah beberapa mutu personal yang esensial dan dibutuhkan bagi pemimpin pendidikan. Karena kepemimpinan pendidikan menyangkut bagaimana melaksanakan administrasi pendidikan dengan baik dan benar.
1)     Dimensi Kompetensi Kepala Sekolah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yakni: Kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima standar kompetensi tersebut terintegrasi di dalam kinerja kepala sekolah.
2)     Dimensi Peranan Kepala Sekolah Urgensi dan signifikansi fungsi dan peranan kepala sekolah didasarkan pada pemahaman bahwa keberhasilan sekolah merupakan keberhasilan kepala sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memiliki kompetensi yang disyaratkan agar dapat merealisasikan visi dan misi yang diemban sekolahnya. Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah minimal harus mampu berfungsi sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator, (EMASLIM).
3)     Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin ( Leader ) Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo ( 1999 ) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

B.    Iklim Kerja Sekolah
Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Berikut adalah beberapa definisi iklim organisasi menurut para ahli, Jurnal Manajemen (2009): (1) Litwin dan Stringer, seperti dikutip Toulson dan Smith (1994:457) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu yang dapat diukur pada lingkungan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada karyawan dan pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan berpengaruh pada motivasi dan perilaku karyawan; (2) Menurut Davis dan Hewstrom (1995), “Iklim organisasi adalah lingkungan dimana para karyawan suatu organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi segala hal yang bekerja dalam organisasi sehingga iklim dikatakan sebagai suatu konsep yang dinamis.”; dan (3) Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (1992), “Iklim organisasi adalah serangkaian keadaan lingkungan yang dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh karyawan.”
Berdasarkan definisi iklim kerja di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim kerja organisasi adalah serangkaian keadaan lingkungan organisasi yang dirasakan langsung atau tidak langsung oleh karyawan dan dapat mempengaruhi karyawan. Lingkungan organisasi terdiri dari lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik misalnya sarana-prasarana yang representatif, kebersihan, keindahan dan lain-lain. Lingkungan psikologis meliputi hubungan antar karyawan dan kombinasi antara nilai dan tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.

C.    Prestasi Sekolah
Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Sulchan,1987:70). Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel, 2002:45), prestasi tidak akan dicapai bila seseorang tidak melakukan kegiatan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dicapai seseorang yang terlebih dalam melakukan kegiatan. Inilah ya ng sering disebut dengan prestasi. Jika dilihat dari segi-segi yang menyangkut dengan sikap, minat, perhatian dan ketrampilan murid. Prestasi yang dicapai dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain motivasi dari luar maupun motivasi dari dalam yang keduanya saling berkaitan. Menurut Mulyasa (2002:25).
Sekolah merupakan suatu sistem dimana pelaksanaan yang berorientasikan pada kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan pengajaran yakni interaksi guru dengan murid, dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran pada siswa dan untuk mencapai tujuan pengajaran Maka dari pendapat diatas disimpulkan bahwa sekolah ialah tempat dimana guru sebagai pengajar dalam membantu anak didiknya agar memperoleh pemahaman diri dan pengarahan dalam proses belajar me ngajar yang berguna kelak dalam masyarakat melalui pendidikan formal dan non formal.
Jadi prestasi sekolah dapat diartikan sebagai penilaian hasil belajar dari proses kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode selama masih dalam bangku sekolah sehingga dapat membawa perubahan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dinyatakan dalam angka menurut kemampuan siswa dalam mengerjakan tes pelajaran (Sulchan, 1987 : 75). Bila demikian halnya, prestasi sekolah dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan pada bangku sekolah. Menurut Balitbang Depdiknas, ciri-ciri siswa yang berbakat dalam pencapaian prestasi sekolah dapat di indikatorkan sebagai berikut :
1)     Memiliki ciri tanggung jawab terhadap tugas seperti tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, ingin berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat dan tidak bosan dengan tugas rutin.
2)     Memiliki ciri belajar antara lain mudah menangkap pelajaran, mempunyai ingatan baik, perbendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, berfikir kritis, logis sering membaca buku yang bermutu dan mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat intelektual.
3)     Memiliki kreatifitas antara lain bersifat ingin tahu, sering mengajukan pertanyaan yang baik memberikan banyak gagasan dan usul atas banyak permasalahan, tidak mudah terpengaruh orang lain dan mampu mengajukan pandangan yang berlainan dengan orang lain.
4)     Memiliki ciri-ciri kepribadian yang disenangi oleh orang lain, dipilih menjadi pimpinan, dapat bekerja sama, dapat mempengaruhi orang lain, banyak inisiatif dan percaya diri sendiri.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi sekolah terlaksananya suatu pendidikan yang mengorientasikan pada prestasi sekolah siswa dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang teguh pada prinsip -prinsip yang telah diberlakukan. Menurut Mulyasa (2002:56) maka dalam pelaksanaanya terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi pendidikan sekolah yakni, sebagai berikut :
1)  Bahwa dalam rangka mengukur keberhasilan belajar peserta didik itu, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung. Seorang pendidik yang ingin menentukan manakah di antara para peserta didik yang tergolong lebih pandai ketimbang peserta didik lainnya.
2)  Dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa pada umumnya menggunakan ukuran yang bersifat kuantitatif.
3)  Dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa pengukuran dilakukan dengan mengetahui sejauh mana tingkat siswa dalam penguasaanpendidikan sekaligus pendidikan ketrampilan yang menunjang siswa dalam kegiatan belajar di sekolah. Maka dengan kata lain pendidikan ketrampilan juga berpengaruh penting dan sebagai dasar latihan yang dapat membentuk ketrampilan kerja. Yang dapat diekspersikan melalui cipta, rasa dan karsa secara kreatif dan produktif.
Aspek-Aspek yang Mendorong Pelaksanaan Penilaian Prestasi Sekolah
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil prestasi sekolah bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari tujuan yang ditetapkan. Penilaian dalam prestasi sekolah meliputi :
1)     Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa (Suharsimi Arikunto 1988:42). Penilaian formatif disebutkan dengan istilah penilaian pada akhir satuan pelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan dalam setiap satuan pelajaran.
2)     Evaluasi sumatif
Evaluasi Sumatif aalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu. Penilaian sumatif berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan prestasi siswa yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai rapor atau nilai akhir semester (Depdikbud, 1987:52).
3)     Pelaporan hasil evaluasi
Setelah memberi evaluasi formatif maupun sumatif, setiap akhir semester setiap guru harus mengolah nilai akhir dan memasukan dalam buku rapor, yang merupakan laporan hasil kerja. Buku rapor yang merupakan laporan hasil kerja sekolah kepada orang tua/ wali murid.
Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan Menurut Petunjuk Teknis No. 166/ 113. VI/ 91 yang didalamnya ditetapkan tentang penilaian dan analisis hasil prestasi sekolah siswa serta program perbaikan dan pengayaan, dijabarkan sebagai berikut : Apabila seseorang siswa dalam ulangan (tes formataif/ tes sumatif) mencapai nilai kurang dari 7,5 atau daya serapnya kurang dari 75% maka yang bersangkutan harus mengikuti perbaikan (Dikdiksar, 1991:2). Tujuan ulangan perbaikan adalah agar siswa memperoleh penguasaan yang baik terhadap tujuan (TIK) yang harus dicapai. Bagi siswa yang sudah menguasai TIK, sekurang-kurangnya 75%, dapat diberikan pengayaan, apabila masih ada waktu untuk satuan pelajaran tertentu, sebelum beralih ke materi lain. Program perbaikan dan pengayaan dalam peningkatan prestasi sekolah sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan pola belajar tuntas.
Ketuntasan belajar adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan bagi setiap unit bahan pelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok.


























BAB III
UPAYA PEMECAHAN MASALAH

1.     Kepemimpinan kepala sekolah,
Kepemimpinan kepala sekolah pada sekolah berprestasi mempunyai karakteristik yang sama dengan kepemimpinan transformasional dengan tipologi the value-based juggler, yaitu mampu mempengaruhi komponen sekolah dalam proses perbaikan sekolah dengan tetap berorientasi pada kemajuan belajar siswa. Kepala sekolah mengkomunikasikan visi pribadi dan visi sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Kepala sekolah mempunyai nilai kepemimpinan yang menjadi landasan berfikir dan bertindak dalam memimpin sekolah yaitu (a) disiplin dan bekerja sebagai ibadah, (b) bersikap demokratis, (c) bertanggung jawab, (d) berani berinovasi dan yakin pada pembaharuan dan (e) jujur, amanah dan terbuka. Kepala sekolah juga mempunyai hubungan sosial yang terjalin baik dengan warga sekolah antara lain; (1) kesejawatan, (2) ketauladanan, (3) menghargai prestasi guru dan siswa, dan (4) kekeluargaan, kepedulian dan kesejahteraan.

2.     Strategi kepemimpinan kepala sekolah,
Strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi sekolah adalah: (1) optimalisasi proses pembelajaran, (2) memberdayakan dan meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan sekolah, (3) pemberdayaan  potensi siswa, (4) menjalin kemitraan dan kerjasama, (5) melakukan studi banding dan (6) mengoptimalkan penggunaan fasilitas sekolah. Strategi tersebut dilakukan bersamaan karena ada keterkaitan satu dengan yang lain

3.     Faktor pendukung,
Faktor-faktor pendukung dalam meningkatkan prestasi sekolah antara lain; (1) sarana prasarana sekolah yang lengkap dan memadai, (2) input siswa yang unggul dan terseleksi, (3) komitmen guru dan karyawan yang berkualifikasi di bidangnya, (4) lingkungan sekolah yang kondusif sebagai tempat pembelajaran sehingga tercipta iklim belajar dan iklim kerja yang sehat dan kompetetif, (5) memperoleh dukungan dari komponen sekolah, dan (6) jalinan kerjasama dan kemitraan dengan orangtua, masyarakat, lembaga pemerintah, bisnis swasta, dan lembaga pendidikan internasional.

4.     Faktor kendala,
Faktor kendala dalam meningkatkan prestasi sekolah antara lain: (1) belum semua guru menguasai ICT, (2) lahan sekolah dan lokasi sekolah (3) kurangnya tenaga pelatih dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan (4) masyarakat yang kurang paham terhadap inovasi pendidikan

5.     Upaya kepala sekolah dalam memberdayakan faktor pendukung dan upaya mengatasi kendala dalam meningkatkan prestasi sekolah. 
Upaya kepala sekolah dalam memberdayakan faktor pendukung yang berasal dari guru, karyawan dan siswa adalah dengan melibatkan dan meningkatkan potensi guru dan siswa dalam semua kegiatan sekolah, sedangkan untuk memberdayakan sarana pendidikan dilakukan dengan menyusun jadwal penggunaan fasilitas pendidikan secara rutin maupun diluar jadwal yang ada. Upaya mengatasi kendala dalam meningkatkan prestasi sekolah dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak terkait misalnya komite sekolah, masyarakat, bisnis swasta, pemerintah dan lembaga pendidikan internasional














BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN



Untuk masyarakat pendidik disarankan menyebarluaskan wawasan dan kesadaran kepada masyarakat bahwa dukungan  kepada sekolah sangat diperlukan demi terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Bagi pemerintah, sesuai dengan pelaksanaan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pemerintah memberi keleluasaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sekolah dengan mengoptimalkan program manajemen berbasis sekolah.