BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sokoduwet merupakan kelurahan
hasil penggabungan kelurahan Soko dan Duwet di kecamatan Pekalongan Selatan, kota Pekalongan provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kelurahan ini dikenal sebagai salah satu lumbung padinya Kota Pekalongan dengan luas area persawahan
sebesar seluas 140 ha. Selain itu, kelurahan
ini juga terkenal sebagai Sentra Industri Tahu. Seiring perkembangan yang terjadi di kelurahan ini
dengan dibukanya exit tol antara Semarang – Jakarta dan berkembangnya industri
tahu telah merubah kondisi lingkungannya, terutama dengan berubahnya lahan
persawahan yang menjadi lahan permukiman. Hal ini pula berpengaruh terhadap
ketersediaan air yang berperan
penting bagi kelangsungan kehidupan manusia, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Air bagian dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui yang pemakaiannya tetap harus dikontrol dan dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Apabila setiap orang menggunakan air tanpa batas, sedangkan proses pembentukan air memerlukan waktu yang cukup lama dan tidak semua daerah memiliki kemudahan dalam mengakses air bersih, maka hal ini akan menimbulkan masalah. Masalah yang terjadi ialah air bersih menjadi sulit ditemukan karena kebutuhan akan air semakin meningkat sedangkan ketersedian air permukaan yang relatif menurun. Ditambah lagi dengan bertambahnya jumlah penduduk dan keperluan masyarakat yang semakin kompleks mengakibatkan kebutuhan air bersih juga semakin dibutuhkan.
Masalah utama yang
dihadapi oleh sumber daya air meliputi permasalahan kuantitas air yang sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan juga permasalahan
kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Kegiatan industri tahu,
domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,
termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air.
Bila musim kemarau panjang, masih terdapat masyarakat yang kurang mendapat pasokan air minum yang bersih dan layak, terutama masyarakat golongan tidak mampu yang kekurangan akses air bersih.
Selain mengenai air
bersih, sanitasi merupakan faktor penting yang tidak bisa dipisahkan. Sanitasi
berhubungan dengan perilaku masyarakat terhadap keadaan lingkungan sekitar yang
mana bila masyarakat tidak menerapkan sanitasi yang baik akan berdampak pada
lingkungan dan kondisi kesehatan masyarakat. Sanitasi yang baik dapat
diwujudkan dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Air dan sanitasi
merupakan hal yang terpenting dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.
Namun kenyataannya, masyarakat kelurahan
Soko Duwet masih menggunakan air dari sumur gali (dangkal) untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari, selain
itu perilaku masyarakat terhadap kebersihan lingkungan masih minim. Sumur dangkal menjadi
satu-satunya sumber air bagi warga, dan bila memasuki musim kemarau panjang
mereka kesulitan mendapatkan air bersih karena airnya berubah menjadi warna kecoklatan serta ketakutan adanya
pencemaran dari sisa industri tahu yang berada di
sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam
penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pelaksanaan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS) di kelurahan
Soko Duwet kecamatan Pekalongan Selatan?
2.
Bagaimana dampak sosial pelaksanaan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di
kelurahan Soko Duwet kecamatan Pekalongan Selatan?
C. Gagasan Kreatif dan Inovatif
Sebelum adanya program PAMSIMAS di kelurahan Soko Duwet, masyarakat memanfaatkan sumur gali dangkal tetapi pada musim tertentu seperti kemarau panjang, sumur mengalami kekeringan dan air berubah warna menjadi kecoklatan sehingga muncul adanya rasa takut akibat adanya limbah cair dari industri tahu serta perilaku masyarakat terhadap kebersihan lingkungan masih minim.
Karena faktor tersebut maka masyarakat di kelurahan Soko Duwet merencanakan suatu program untuk mengatasi kesulitan penyediaan air minum dan
sarana sanitasi serta meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu dengan mengajukan
kegiatan PAMSIMAS. Adanya program ini tentunya berkaitanan
dalam pelaksanaannya agar terpenuhinya kebutuhan air serta dampak sosial perilaku masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan, khususnya di
kelurahan Soko Duwet kecamatan Pekalongan Selatan.
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
· Untuk mengetahui pelaksanaan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di kelurahan Soko Duwet kecamatan Pekalongan Selatan.
· Untuk mengetahui dampak Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di kelurahan Soko Duwet kecamatan Pekalongan Selatan.
2. Manfaat
· Memberikan informasi mengenai pelaksanaan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di kelurahan Soko Duwet kecamatan Pekalongan Selatan
· Memberikan informasi tentang dampak Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di kelurahan Soko Duwet kecamatan Pekalongan Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Indonesia dengan dukungan Bank Dunia,
program ini dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota.
Air merupakan unsur yang sangat penting bagi
kelangsungan kehidupan manusia. Dizaman modern ini banyak sekali upaya
peningkatan penyediaan air bersih yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Namun
masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan air bersih yang layak,
terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan dan pinggiran kota.
Banyak warga diseluruh Indonesia yang kesulitan mengakses air bersih dan sarana sanitasi karena keterbatasan infrastruktur yang ada. Sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs), Pemerintah telah menetapkan target pada 2015 bahwa sebanyak 68,87% dari total penduduk Indonesia harus memiliki akses terhadap sumber air minum layak (Taufik Afriadi et al,2012). Maka pada tahun 2007 pemerintah Indonesia merumuskan kebijakan nasional untuk menyediakan kebutuhan air bersih dan sanitasi bagi kabupaten kota di Indonesia. Program Pemerintah pusat ini didukung langsung oleh Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan.
Program ini dinamakan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Barkah et al, 2013), yaitu program yang melayani kebutuhan air bersih hingga ke pelosok dan pesisir desa dimana desa tersebut sangat kesulitan mendapatkan air bersih. PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) merupakan program nasional pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah dan di kelola oleh masyarakat sendiri. Program ini sebagai stimulan dengan pendekatan berbasis pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus penanggung jawab pelaksanaan kegiatan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, sebagai pelayanan publik yang mendasar menyebutkan bahwa pelayanan air minum dan sanitasi telah menjadi urusan wajib pemerintah daerah, dimana penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan pemerintah. Untuk mendukung kapasitas pemerintah daerah dalam menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang memenuhi SPM tersebut, program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (selanjutnya disebut PAMSIMAS) berperan dalam menyediakan dukungan finansial baik investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non fisik dalam bentuk manajemen dukungan teknis, dan pengembangan kapasitas.
Program Pamsimas adalah program andalan Pemerintah di dalam penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat bagi masyarakat miskin di pedesaan. Program PAMSIMAS merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah untuk meningkatkan penyediaan air minum dan sanitasi masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya. Adapun Ruang lingkup kegiatan Program PAMSIMAS mencakup empat (4) komponen proyek yaitu:
1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal;
2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis serta Pelayanan Sanitasi;
3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum;
4. Insentif untuk Desa.
Program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan
secara efektif dan berkelanjutan dengan konsep berbasis pada masyarakat melalui
pelibatan seluruh masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya, miskin) dan dilakukan
melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Pendekatan yang
tanggap terhadap kebutuhan ini ialah bersama-sama menyediakan sarana dan
kegiatan-kegiatan yang masyarakat butuhkan, bersedia untuk berkontribusi,
membiayai dan dapat mengelola serta memelihara sehingga terbentuk rasa memiliki
terhadap kegiatan yang dilakukan dan mengelolanya secara sukarela.
Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat maka diberlakukanlah program PAMSIMAS yang dikelola oleh masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Semenjak diberlakukannya undang-undang tersebut pemerintah bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya, termasuk pelayanan air minum dan sanitasi.
Merujuk Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri No. 900/1307/IV/Bangda tanggal 11 September 2006 tentang Pelaksanaan Kegiatan dan Kebutuhan Dana Pendamping Program PAMSIMAS; dengan ini Pemerintah Daerah menegaskan kembali komitmen atas partisipasinya dalam Program PAMSIMAS dan akan menyediakan dana pendukung APBD untuk Dana Daerah untuk Program Bersama (DDUB), biaya operasional proyek (BOP) untuk mendukung 3 kelancaran pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi dan supervisi program PAMSIMAS.
Sektor air minum dan sanitasi merupakan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan pengentasan kemiskinan. Tidak memadainya prasarana dan sarana air minum dan sanitasi, khususnya di pedesaan dan daerah pinggiran kota (peri urban) berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan dan lingkungan yang memiliki dampak lanjutan terhadap tingkat perekonomian keluarga. Penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi yang baik akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta waktu yang dapat dihemat dari usaha untuk mendapatkan air minum dan sanitasi yang baik. Ketiga dampak tersebut akan memberikan dampak lanjutan berupa peningkatan produktivitas masyarakat.
B.
Dampak Sosial
Dampak sosial dalam bahasa Ingris disebut sebagai social impact atau akibat konsekuensi atau memiliki pengaruh. Dampak sosial (social impact) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, Pertama, pembangunan, asumsi tentang pembangunan adalah berbicara tentang sebab dan akibat. Pembangunan selalu memunculkan beragam persoalan baik yang bersifat positif maupun negatif. Pembangunan selalu menekankan pada beberapa aspek baik pendidikan, ekonomi, lingkungan dan ekologis, dan di berbagai sektor lainnya. Dampak sosial merupakan akibat dari masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat (Soekanto, 2006: 374).
Jadi dampak sosial adalah pengaruh atau akibat dari gejala sosial sehingga mengakibatkan pada perubahan baik yang bersifat positif atau negatif bagi lingkungan sosial dan keadaan sosial. Dampak sosial adalah akibat tindakan individu, kelompok, masyarakat dari cakupan konsekuensi, sosial dan budaya atas kelompok, yang mengubah perilaku masyarakat dengan bagaimana kehidupan yang harus di jalani, bekerja keras, bermain dengan teman sebaya, berinteraksi, berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka dan mengupayakan menjadi kelompok anggota masyarakat yang memdai dan layak. akibat budaya melibatkan perubahan pada nilai-nilai, norma, dan kepercayaan yang merasionalisasi dan membimbing kesadaran nalar masyarakat (Burdge danVanclay, 1996: 59).
Dampak sosial yang menurut Hadi (2005) dampak sosial adalah konsekuensi sosial yang timbul akibat adanya suatu kegiatan pembangunan maupun penerapan suatu kebijaksanaan dan program dan merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan.
Penelitian mengenai dampak sosial Program PAMSIMAS ini menggunakan teori Wibawa (1994:44) dan Armour dalam Hadi (2005:25). Wibawa, (1994:44) menjelaskan bahwa dampak sosial meliputi:
1) Kondisi fisik dan psikis, meliputi kesehatan dan kecacatan, keamanan dari kejahatan dan krisis, kesehatan psikis, nutrisi, keindahan, olah raga, dll.
2) Pendidikan dan sosialisasi, dapat berupa ketrampilan dasar, pendidikan lanjut, ketrampilan umum, sosialisasi, politik-budaya, perilaku menyimpang, dll.
3) Kegiatan senggang, berupa media, hiburan, seni, rekreasi, pemandangan alam, perjalanan hobi, dll.
4) Hubungan sosial, dapat dilakukan dengan kerabat, keluarga, kenalan, dll.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan studi literatur
dan tehnik observasi lapangan untuk mengidentifikasi sikap dan dampak sosial warga masyarakat, khususnya warga kelurahan Soko Duwet terhadap
keberadaan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS).
B.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah warga masyarakat kelurahan Soko Duwet, baik yang menggunakan atau tidak air dari pamsimas. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposif sampling sebanyak 35 responden sesuai tujuan penelitian.
C.
Instrumen Penelitian
Instrumen
yang digunakan panduan wawancara dengan disusun peneliti didasarkan pada konsep
dan tinjauan pustaka, berupa
data primer dan data sekunder.
D.
Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui dampak sosial dan budaya Program PAMSIMAS di Kelurahan Soko Duwet menggunakan survei lapangan terlebih dahulu untuk mendapatkan data primer yang dikumpulkan langsung dari lapangan berupa informasi pengelola dan warga masyarakat dan studi literatur ini didapatkan dari buku-buku, jurnal ilmiah, majalah, koran, internet, dan sebagainya. Pokok bahasan yang diambil dari studi literatur meliputi:
1. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)
2. Dampak Sosial Masyarakat
3. Evaluasi Dampak Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Kecamata Kutowinangun Kabupaten Kebumen
4. Analisis Kualitas Air Tanah Daerah Terdampak ROB sebagai Upaya untuk Mendapatkan Sumber Air Bersih dan Menanggulangi Penurunan Permukaan Tanah.
Data sekunder diperoleh dari instansi kelurahan, dan penduduk yang bertempat tinggal di sekitar Kelurahan Soko Duwet. Pengambilan data dilakukan dengan observasi dan wawancara semi struktural yang mengacu pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
E.
Analisa Data
Data hasil penelitian disusun berdasarkan
tema dan dianalisis secara deskriptif dengan cara :
1) Diskusi
2)
Observasi dan Pengamatan
3) Komparasi
4) Analisa mendalam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pamsimas di Kelurahan
Soko Duwet
Keberadaan Pamsimas
di kelurahan Soko Duwet sejak 2009 sampai sekarang dan diresmikan secara serentak dengan
kelurahan lain sebagai bentuk hasil
kerja kota Pekalongan. Menurut Wali kota
Pekalongan, keberadaan Pamsimas di wilayah kerjanya sangat membantu masyarakat,
terutama yang tinggal di daerah yang kurang mendapatkan pelayanan air bersih.
Untuk itu, dia berharap kepada semua pengurus Pamsimas supaya dapat
mengelolanya dengan baik.
Untuk kelurahan Soko Duwet sendiri PAMSIMAS ini dikelola
oleh dua badan pengelola yang berbeda yakni Soko dan Duwet sesuai awal
pembentukannya, karena kelurahan ini awalnya berdiri sendiri. Masing-masing pengelola
terdiri dari 9 orang, yakni ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, teknisi
dan petugas penarik pembayaran. Terbentuknya badan pengelola yang
didasarkan atas musyawarah masyarakat menjadi prioritas utama bagi program
PAMSIMAS yang merupakan pengejawantahan minat masyarakat untuk berperan serta
dalam menjaga ketersediaan air minum dan sanitasi lingkungan. Fungsi dan tugas
utama BPS adalah untuk mengoperasikan dan memelihara sarana air minum dan
sanitasi yang terbangun sehingga memberikan
pelayanan yang berkelanjutan pada masyarakat penerima manfaat. Untuk itu harus
selalu dilakukan penyadaran bahwa pemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan
sarana air minum dan sanitasi adalah milik masyarakat setempat.
Dalam pelaksanaan program PAMSIMAS yang melibatkan
masyarakat secara aktif hampir
sepenuhnya sesuai dengan prinsip pendekatan PAMSIMAS, seperti mewujudkan
partisipasi dengan kesetaraan gender dimana wanita diiukutsertakan dengan kuota
40%. Hal ini karena dalam
kepengurusan telah melibatkan wanita terutama sebagai sekretaris dan bendahara.
Selain itu pengelolaan PAMSIMAS yang selanjutnya diserahkan kepada
masyarakat dan badan pengelola setempat (steakholder) telah benar-benar melibatkan partisipasi
masyarakat dan adanya transaparansi serta akuntabilitas baik dalam pengelolaan
sarana-prasarana yang ada ataupun dalam mengelola dana masyarakat. Ini dibuktikan adanya pelaporan yang dilakukan
oleh pengurus kepada Kepala Kelurahn dan warga masyarakat melalui rapat yang
dilaksanakan tiap tiga bulan sekali.
Dilaksanakannya program ini dari hasil wawancara baik
dengan warga maupun pengelola disebabkan karena rendahnya kualitas air yang ada
di wilayah kelurahan Soko Duwet terutama pada saat musim kemarau serta adanya
perkembangan industri tahu yang menimbulkan limbah cair dengan bau tidak sedap,
sehingga menimbulkan ketakutan warga menimbulkan dampak pada air sumur yang
mereka gunakan.
Pelaksanaan kegiatan dan pengawasan PAMSIMAS disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat yang mendapatkan program. Pelaksanaan kegiatan PAMSIMAS tersebut diarahkan untuk sepenuhnya mendukung peningkatan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kegiatan pembangunan sarana air minum masyarakat yang bersifat komunal melalui beberapa tahapan sosialisasi. Sosialisasi program dilakukan oleh aparat kelurahan dengan peserta masyarakat yang akan dilibatkan dalam program. Inti dari kegiatan ini adalah peserta dapat mengerti tentang proyek dan ikut berperan serta. Penyampaian informasi melalui pendekatan dan mengikutsertakan tokoh masyarakat merupakan salah satu cara yang digunakan oleh tim pelaksana program agar materi sosialisasi mudah dipahami oleh masyarakat.
Sesuai dengan prinsip “berbasis masyarakat”, masyarakat
memiliki peran strategis dan tanggungjawab penuh dalam merencanakan,
memutuskan, melaksanakan, mengoperasikan, serta memelihara sarana dan prasarana
air. Oleh karena itu, sosialisasi dimaksudkan agar masyarakat memiliki
kepahaman untuk nantinya mengelola sarana yang dibangun
Dalam mewujudkan sarana yang berkelanjutan maka dalam
proses pembangunan harus memperhatikan banyak hal baik itu mutu barang dan mutu
jasa yang dipakai. Air bersih yang
tersedia di masyarakat merupakan perwujudan nyata dari program PAMSIMAS dan
tidak hanya sekedar membangun sarana namun masyarakat juga diberikan
keleluasaan untuk bermusyawarah menentukan biaya penggunaan air per meter
kubiknya beserta angsuran awal.
Untuk tahap awal bagi warga yang akan menggunakan PAMSIMAS sesuai hasil
wawancara dengan pengelola ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni:
1)
Mendaftar
kepada pengelola
2)
Menunjukkan
KTP
3)
Membayar
administrasi sekitar Rp 450.000 – Rp 750.000
Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk pembuatan
perdana pembangunan PAMSIMAS dirasa sangat sesuai dengan kemampuan finansial masyarakat
selain itu biaya per meter airnya yang rata-rata Rp1000 dirasa tidak
memberatkan, hal ini diperkuat dengan pernyataan dari bapak Rozikin.
Sebagai program yang memberikan bantuan sarana air
bersih kepada masyarakat, PAMSIMAS dituntut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
yang telah direncanakan sebelumnya dalam daftar daerah penerima bantuan. Sasaran penerima pembangunan
PAMSIMAS adalah semua kalangan dengan
alasan bahwa pemasangan air PAMSIMAS diberikan kepada kelurahan yang tidak
mendapatkan sarana air PDAM dan bantuan sejenis, selain itu daerah yang mendapatkan program memang merupakan
masyarakat yang membutuhkan, jadi siapapun masyarakatnya asalkan sudah sesuai
dengan lingkup daerah yang telah ditentukan berhak mendapatkan manfaat dari
PAMSIMAS, tinggal dipasang saluran air saja selama itu mencukupi kapasitas.
Badan Pengelola dalam operasional dan pemeliharaan
menjadi penting perannya untuk keberlanjutan program sarana air minum, karena
sarana tersebut merupakan sarana umum milik publik, dimana semua orang yang
mendapatkan program tanpa terkecuali berhak menggunakannya. Pengelolaan sarana ditingkat masyarakat
bukanlah hal yang mudah, hal ini menuntut keterampilan, pengetahuan, dan
kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat mengenai kondisi sarana yang sudah
terbangun. Hal ini dibuktikan dari
hasil wawancara dengan bapak Agus selaku teknisi apabila ada kerusakan, maka
harus segera siap memperbaiki. Apabila kerusakannya dirasa parah maka perlu
pemanggilan teknisi khusus.
Selain fungsi mengelola sarana dan anggaran, badan
pengelola juga bertugas untuk menerima pendapat dan keluhan dari masyarakat.
BPS berfungsi untuk mengorganisir masyarakat untuk pemeliharaan dan perbaikan
sarana sehingga air yang mengalir selalu lancar dan terbagi secara adil merata.
Hanya saja hal ini yang menjadikan kendala khususnya di kelurahan Soko Duwet karena kondisi tanah di Kota Pekalongan yang semakin menurun dan adanya kebijakan tidak boleh membuat sumur bor baru sementara permintaan pemasangan dari masyarakat banyak, sehingga belum terpenuhi secara merata.
B.
Dampak Sosial
Kecamatan Pekalongan
Selatan setiap musim kemarau merupakan daerah yang sering terjadi
kekeringan dan air sumur berubah
menjadi kecoklatan, terutama kelurahan Soko Duwet, terlihat dari pemanfaatan sawah yang berubah menjadi
lahan pembuatan batu bata.
Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa dampak dengan adanya Program PAMSIMAS, pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat menjadi mudah. Masyarakat lebih hemat tenaga dan waktu dalam mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Bantuan air minum ini sangat membantu masyarakat, kebutuhan air menjadi tercukupi, selain itu standar kesehatan air minum lebih terjamin. Sebelumnya masyarakat dari kelurahan Soko Duwet menggunakan menggunakan sumur gali (dangkal) yang sudah tidak layak sebagai bahan baku air minum karena berwarna kecoklatan.
Dapat disimpulkan bahwa dampak yang dirasakan masyarakat setelah program PAMSIMAS adalah pemenuhan kebutuhan air bersih di kelurahan Soko Duwet mengalami peningkatan walaupun sepenuhnya belum merata karena kendala kebijakan tidak boleh menambah sumur bor akibat penurunan tanah di kota Pekalongan dan penggunaan yang melebihi batas.
Sektor kedua yang ditangani Program PAMSIMAS yaitu
sanitasi. Urusan sanitasi untuk masyarakat tidak diperbolehkan mendapat bantuan
fisik, kecuali untuk sekolah. Masyarakat hanya diberi sosialiasi berupa pengarahan mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat. Fokus utama sanitasi yaitu masyarakat mulai meninggalkan
kebiasaan BAB sembarangan dan membiasakan cuci tangan dengan sabun.
PAMSIMAS memiliki prinsip tidak memberikan jamban individu kepada masyarakat, namun orientasi keberhasilan PAMSIMAS adalah dengan kepemilikan jamban pada rumah masyarakat sebagai sarana memenuhi kebutuhan perilaku sanitasi sehat. Dampak yang yang dirasakan masyarakat dengan adanya pemenuhan sanitasi yaitu meningkatkan kepemilikan jamban di kelurahan Soko Duwet, dengan adanya jamban di setiap rumah menandakan bahwa telah ada kesadaran masyarakat untuk memperbaiki cara hidupnya, contoh kecilnya, masyarakat yang terbiasa BAB sembarangan sudah tidak melakukan lagi BAB sembarangan.
Masyarakat di kelurahan Soko Duwet menyatakan bahwa dibandingkan sebelumnya, kondisi di mana tidak terdapat air terutama musim kemarau membuat masyarakat cukup kesulitan dalam mendapatkan air bersih. Berbeda dengan sekarang, masyarakat sudah mendapatkan bantuan air bersih dari PAMSIMAS. Masyarakat merasa senang dan nyaman setelah mendapat bantuan ini serta tidak merasa takut lagi dengan adanya pengaruh limbah tahu. Walaupun masyarakat merasa nyaman dengan batuan air bersih PAMSIMAS, terdapat masyarakat yang mengaku bahwa debit yang dihasilkan kurang. Hal ini diakibatkan banyak masyarakat yang menggunakan air tersebut sehingga debit air kurang. PAMSIMAS mengambil air dari sumber mata air berupa sumur bor, nantinya dari sumur bor disalurkan ke rumah-rumah warga, sehingga debit air tersebut dibagi ke masing-masing rumah tangga yang menggunakan melalui pipa, dan akhirnya sesampainya di masingmasing rumah debitnya berkurang karena digunakan untuk beberapa KK.
Selain mudah, masyarakat juga terjangkau dalam mendapatkan air bersih karena tidak perlu lagi pergi jauh untuk mencari air bersih. Hal ini jelas menghemat waktu dan tenaga. Masyarakat juga diberikan iuran bulanan untuk pemakaian air/m3. Biaya yang diberikan bermacam-macam, mulai dari 1.500/m3 tergantung dengan alat yang dipakai.
Hubungan sosial dilihat dari segi kerjasama masyarakat merawat dan memelihara sarana dan prasarana PAMSIMAS dan hubungan komunikasi antara masyarakat dan aktor-aktor dalam melaksanakan kegiatan fisik maupun sosialisasi. Perawatan dan pemelihaan sarana air minum PAMSIMAS pada umumnya dibawah koordinsi BP SPAM (Badan Pengelola Saran Penyediaan Air Minum). Setelah program PAMSIMAS pembangunan fisiknya selesai kemudian diserahterimakan kepada BP SPAM Desa untuk mengelola sendiri. Inilah mengapa program PAMSIMAS disebut sebagai program yang berbasis masyarakat, karena masyarakat diberikan tanggungjawab untuk mengatur dan mengurus sendiri pengelolaan air minum.
Berdasarkan wawancara dengan pengelola di kelurahan Soko Duwet, kerusakan yang sering terjadi yaitu kerusakan pompa karena pemakaian yang berlebih, hal ini akibat mesin dibiarkan bekerja terus menerus tanpa adanya jeda untuk istirahat. Akibatnya, air tidak bisa mengalir, selain itu membutuhkan dana yang cukup besar untuk biaya renovasi pompa air sekitar 20 juta rupiah.
Secara umum, dampak yang dirasakan setelah adanya kerjasama antara masyarakat dan lembaga desa BP SPAM yaitu menumbuhkan rasa saling memiliki untuk selalu ikut serta merawat dan memelihara sarana air minum PAMSIMAS.
Masyarakat diberikan keleluasaan tidak berarti semata-mata terlepas dari koordinasi dan komunikasi aktor-aktor pemerintahan, baik dari kelurahan mapun pengelola. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat yang merupakan penerima sekaligus pelaksana program maka program PAMSIMAS tidak akan berjalan lancar. Komunikasi yang baik tentunya akan mempermudah masyarakat untuk bertindak. Dampak yang dirasakan setelah adanya komunikasi yang baik, masyarakat memahami apa yang seharusnya dilakukan sehingga menciptakan kemandirian dari masyarakat untuk menyelesaikan masalah. Kemandirian ini akan berlangsung jika masyarakat berkomunikasi baik dengan lembaga yang ada di desa.
Upaya dalam memperbaiki derajat kesehatan masyarakat diwujudkan dalam peningkatkan akses air bersih dan sanitasi. Pokok utama sanitasi yang dirubah yaitu kebiasaan masyarakat yang sering BAB sembarangan dan cuci tangan pakai sabun. Jika masyarakat masih tetap tidak mau berubah, akibatnya yang ditimbulkan yaitu tingginya angka penyakit seperti diare. Hal ini dikarenakan masyarakat yang tidak bisa menjaga kebersihan.
Nilai masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan
sehat di Kelurahan Soko Duwet perlu diperbaiki yaitu terkait BAB sembarangan.
Pengetahuan tentang hidup bersih dan
sehat sebelum adanya program PAMSIMAS memang belum terlalu terkenal di kalangan
masyarakat. Masyarakat belum tahu pengertian sanitasi itu apa, bagaimana
manfaatnya, dan akibat jika tidak melakukan. Mereka mengaku pernah melakukan
BAB sembarangan karena jarang sekali terdapat air terutama pada musim kemarau.
Dropping yang diberikan pemerintahpun tidak cukup untuk satu desa. Sesuai
dengan tujuan utama PAMSIMAS yaitu peningkatan derajat kesehatan manusia, kelurahan Soko Duwet perilaku
masyarakat sampai dengan sampai sini sudah mulai berubah, dibuktikan dengan
banyaknya masyarakat yang BAB pada tempatnya sehingga kepemilikan jamban.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dampak
adanya program PAMSIMAS, masyarakat di Kelurahan Soko Duwet yaitu kebutuhan air dalam masyarakat menjadi terpenuhi. Selain kebutuhan air menjadi terpenuhi, masyarakat dalam mengakses air menjadi lebih mudah, hemat tenaga dan waktu. Terdapat kendala pada Kelurahan Soko Duwet untuk pemenuhan air bersih
belum sepenuhnya merata karena adanya kebijakan pemerintah kota Pekalongan
mengenai pelarangan pembuatan sumur bor sebagai dampak penurunan permukaan
tanah.
Terkait
dengan sanitasi, kepemilikan jamban di Kelurahan Soko
Duwet menjadi meningkat, hal itu menandakan
telah ada kesadaran masyarakat untuk memperbaiki
cara hidupnya.
Adanya
kerjasama dan
komunikasi yang baik menumbuhkan rasa saling memiliki terhadap prasarana
dan sarana yang ada, masyarakat mengetahui manajemen
pengelolaan air, dan menciptakan kemandirian dalam menyelesaikan masalah. Hubungan sosial dilihat dari kerjasama dan komunikasi di Kelurahan
Soko Duwet masih terdapat kekurangan,
diantaranya masyarakat masih tergantung pada
petugas atau operator desa yang menangani sarana air minum (BP SPAM) dan komunikasi dengan dinas terkait terjalin efektif pada saat awal program saja.
Perilaku
PHBS tentunya
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan mengurangi pencemaran
lingkungan diakibatkan oleh BAB sembarangan. Masyarakat
mulai berubah, dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang BAB pada
tempatnya sehingga kepemilikan jamban dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan, tetapi masih ada
pula masyarakat yang masih melakukan
BAB sembarangan.
B.
Saran
Saran untuk penelitian perlu adanya pengarahan secara intensif kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat oleh tokoh masyarakat dan kader-kader kesehatan. Selain itu, perlu monitoring sarana fisik secara rutin dan operator untuk memperhatikan mesin pompa yang manual tidak bergantung pada satu orang saja sehingga masyarakat memiliki tanggungjawab yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar