BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan
upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk
nilai dan sikap. Pendidikan diperlukan oleh semua orang, karena pendidikan
merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat. Pendidikan
juga merupakan suatu kegiatan
membudayakan manusia, membuat orang berbudaya guna meningkatkan kualitas
hidupnya.
Pembelajaran matematika
sebagai salah satu komponen dalam dunia pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam upaya mewujudkan salah satu tujuan negara, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Matematika memiliki peranan penting dalam segala
aspek kehidupan terutama dalam meningkatkan daya pikir manusia, sehingga
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan di setiap
jenjang sekolah mulai dari SD sampai SMA. Menurut Abdurrahman (2003)
“Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsinya adalah untuk
memudahkan berpikir”. Dalam pendidikan, kemampuan siswa diasah melalui masalah,
sehingga siswa mampu meningkatkan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Hal ini
sesuai dengan Dahar (2011: 121) yang menyatakan bahwa kemampuan untuk
memecahkan masalah atau ketrampilan menyelesaikan masalah pada dasarnya
merupakan tujuan utama proses pendidikan.
Sebagian dari kurikulum
pengajaran SMP, matematika diharapkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah
itu sendiri, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan dunia nyata.
Pengolahan pendidikan semakin menuntut kualitas dan antisipasi yang tepat
kepada para guru untuk menggunakan berbagai sumber yang tersedia untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa, serta mempersiapkan pembelajaran
yang mampu membutuhkan cara berfikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Adanya pandemi covid-19
yang terjadi sekarang ini
dengan penyebaran
yang begitu cepat dan masif telah menyebabkan puluhan juta orang terinfeksi serta menyebar di ratusan negara di
dunia. Penyebaran COVID-19 telah mempengaruhi berbagai bidang diseluruh dunia,
khususnya bidang pendidikan di Indonesia (Herliandry, Nurhasanah, Suban, &
Kuswanto, 2020). Pendidikan
merupakan sebuah proses dalam kehidupan manusia sebagai sarana untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan yang kelak akan berguna untuk menopang kehidupan
dimasa yang akan dating. Menurut Sumiati & Agustini (2020) berpendapat
bahwa pendidikan ialah suatu hal yang penting bagi kehidupan dan mempunyai peran sebagai wadah guna mengembangkan
kemampuan dan potensi bagi diri manusia. Dikarenakan pandemi tersebut, banyak negara di dunia
memutuskan untuk sementara waktu memberhentikan sekolah dari tingkat taman
kanan-kanak hingga setingkat perguruan tinggi, termasuk di Indonesia (Syah,
2020).
Pemerintah
melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 berusaha untuk
meminimlisir penyebaran virus tersebut dengan upaya mengeluarkan larangan untuk
berkerumun dan memberlakukan PSBB hampir disetiap daerah di Indonesia. Selain
itu, kondisi saat ini mengharuskan warganya untuk beribadah, bekerja dan
belajar dari rumah masingmasing (Jamaluddin, Ratnasih, Gunawan, & Paujiah,
2020). Karena menyebarnya wabah Covid-19 ini menyebab kegiatan belajar mengajar
menjadi terbatas karena tidak bisa
diselenggaran di dalam kelas, sebagaimana yang di ungkapkan Ambiyar, Aziz,
& Melisa (2020) mengemukakan “proses pembelajaran menjadi terganggu dan
tidak dapat dilakukan secara konvensional karena adanya pandemi Covid-19”.
Kondisi ini, menyebabkan para pemangku pendidikan harus merancang alternatif
pembelajaran jarak jauh. Cara tersebut dilakukan supaya pelaksana pembelajaran
memiliki berbagai jenis alternatif dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa
(Ramanta & Dwi Widayanti, 2020). Hal tersebut diperkuat dengan Surat Edaran
(SE) Menteri bidang Pendidikan dan kebudayaan Tahun 2020 Nomor
36962/MPK.A/HK/2020, menginstruksikan agar proses belajar mengajar dilakukan
secara daring dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Saat
seperti sekarang ini model pembelajaran daring yang berbasis digital telah dimaksimalkan
secara baik hampir diseluruh Indonesia. Meskipun model ini terbilang belum
secara menyeluruh menjangkau peserta
didik
karena pada dasarnya model pembelajaran ini mempunyai syarat yang harus
dipenuhi, yakni akses terhadap internet yang membutuhkan kuota data. Karena realitas yang ada, siswa belum
mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran jarak jauh,
dikarenakan tidak punya kemampuan
untuk membeli kuota
data dan tidak punya android sebagai media akses internet. Disamping itu, penguasaan teknologi terutama berkaitan
dengan aplikasi yang digunakan untuk mempermudah pembelajaran juga masih
rendah.
SMP Negeri 16 Pekalongan, merupakan sebuah sekolah yang
berupaya untuk memberikan layanan
pendidikan bagi masyarakat. Dalam proses pembelajaranya
sampai saat ini, semua kegiatan proses belajar mengajar masih dalam pantauan
guru, sebagian besar guru memberikan tugas secara jarak jauh, tentunya hal ini juga dilakukan di sekolah lain, banyak pertimbangan yang
dilakukan guru pada saat memberikan tugas kepada siswa dikarenakan kondisi
sampai saat ini belum diketahui, sampai kapan siswa akan belajar kembali secara
normal seperti sedia kala.
Situasi saat ini, khususnya SMP Negeri 16 Pekalongan mengalami
berbagai macam kendala yang dihadapi oleh peserta didik maupun guru. Peserta
didik yang tingkat ekonomi relatif rendah memiliki tingkat ketersediaan sarana
juga rendah, terutama kepemilikan hp atau laptop dan kuota guna mengikuti
kegiatan pembelajaran. Ditambah tingkat
kemampuan penguasaan teknologi serta daerah tempat tinggal
peserta didik di wilayah sulit jaringan menjadi kendala yang paling utama bagi peserta didik. Akan
tetapi pertimbangan lainya guru harus menyampaikan standar minimal sesuai
tagihan waktu yang sudah ditetapkan. Terlepas dari berbagi macam kendala, kegiatan
belajar mengajar harus tetap terlaksana. Akibatnya kebanyakan siswa belum mampu mengerjakan
tugas dengan baik. Hal inilah yang
menjadi
kendala yang harus
dihadapi dalam proses pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkaan latar
belakang tersebut, maka penulis mencoba
untuk menyusun makalah dengan judul “Proses Pembelajaran Matematika
Pada Masa Pandemi COVID-19 di sekolah SMP Negeri 16 Pekalongan”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah yang dikaji pada makalah ini adalah “Bagaimana proses pembelajaran
matematika pada masa pandemi COVID-19 di SMP Negeri 16 Pekalongan?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan proses
pembelajaran matematika di masa pandemi COVID-19 di SMP Negeri 16 Pekalongan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang didapatkan
dari hasil penulisan makalah ini adalah:
1.
Manfaat untuk siswa
Memberikan gambaran pembelajaran yang dilakukan saat
pandemi covid-19, sehingga menumbuhkan upaya siswa agar dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik.
2.
Manfaat untuk guru
Memberikan
gambaran agar guru dapat berupaya menyesuaikan pembelajaran saat pandemi
covid-19 agar semua siswa dapat berpartisipasi dan mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3.
Manfaat untuk sekolah
Memberikan
gambaran pembelajaran saat pandemi covid-19 agar sekolah mampu memberikan
kebijakan terutama dalam kegiatan belajar mengajar berkaitan dalam pemenuhan
sarana dan prasarana atau penguasaan teknologi, baik bagi siswa ataupun guru
yang mengalami kesulitan sehingga proses KBM dapat berjalan dengan baik.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
merupakan timbal balik dari dua istilah yaitu belajar dan mengajar yakni suatu
usaha (mengajar) yang bisa mendorong seseorang untuk belajar. Gagne dan Briggs (1979)
mengartikan pembelajaran suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar. Di dalamnya berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa.
Definisi
lain, pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki pendidikan untuk menjadikan
seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum. Dalam definisi ini pun terdapat dua variabel
yang bermuara pada kegiatan belajar mengajar, yakni:
1.
Usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru
(mengajar);
2.
Menjadikan
seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum (belajar) dengan demikian, jelaslah bahwa pembelajaran merupakan istilah lain dari
proses belajar-mengajar.
Di dalam
lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa
kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan
untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam kurikulum
agar setiap siswa mampu
menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Pada gilirannya, siswa menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas
lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses
pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan
kecakapan hidup siswa guna membentuk watak serta meningkatkan peradapan dan
martabat bangsa.
Menurut Rahayu (2007:2)
hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (si
pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika dan pembelajaran matematika
harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman
tentang matematika.
Menurut UNESCO (Sugiman
2009:415), kecenderungan pendidikan memuat empat pilar utama, yaitu: (a)
Learning toknow; (b) Learning to do; (c) Learning to live together; dan (d)
Learning to be. Dengan berlandaskan kepada empat pilar tersebut, pembelajaran
matematika tidak sekedar learning to know (kemampuansiswa dalam memahami),
melainkan jugameliputi learning to do (kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan
matematika), learning to be
(kemampuan siswa untuk meraih prestasi dalam bidang matematika), hingga
learning to live together (kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan matematika
di kehidupan sehari-hari). Sebagai contoh pada pembelajaran matematika materi
aritmetika sosial, siswa harus mampu memahami konsep-konsep aritmetika sosial
seperti jual beli, untung rugi, diskon, hingga konsep yang lebih rumit
(learning to know). Ketika siswa sudah mampu memahami konsep-konsep tersebut,
siswa bisa melakukan berbagai kegiatan matematika. Kegiatan di sini bisa
berarti kegiatan dalam mencari penyelesaian dari setiap masalah/ soal
matematika pada saat proses pembelajaran berlangsung. Jika siswa sudah memahami
konsep dengan baik, maka siswa bisa dengan mudah berkegiatan matematika (learning
to do). Hal ini akan memberikan dampak positif bagi siswa sehingga siswa
memiliki kesempatan dalam meningkatkan prestasi belajar matematikanya (learning to be). Serta pilar keempat,
learning to live together, siswa mampu mengkomunikasikan dan menerapkan ilmu
yang telah mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada kegiatan
perdagangan.
Telah didefinisikan
bahwa, pembelajaran merupakan proses yang
dilakukan oleh peserta didik, untuk pembelajarkan peserta didik pada lingkungan
belajar tertentu dan akhirnya terjadi perubahan tingkah laku. Dalam konteks
pembelajaran matematika sesuai dengan minat dan bakat para siswa. Mengenai
pengertian matematika sendiri, ada beberapa pendapat yang telah dikemukakan
Menurut Myklebust (dalam
Abdurahman,2009), ”Matematika
adalah symbol yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan ruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berfikir.
B. Pembelajaran di Masa COVID-19
Pada masa Pandemi Covid – 19
ini pembelajaran di Indonesia atau bahkan hampir diseluruh dunia pasti
mengalami gangguan. Mulai dari gangguan teknis pembelajaran sampai gangguan
pada psikologis guru dan peserta didik. Gangguan-gangguan ini tentu saja
menimbulkan permasalahan baru dalam kehidupan. Tak terkecuali dengan dunia
pembelajaran di sekolah, semua kalang kabut sehingga terkesan tak siap menerima
perubahan mendadak ini. Virus corona datang tiba-tiba saja tak
diundang menyeruak menjangkiti manusia. Termasuk menjangkiti dunia pendidikan
di Indonesia
Selama wabah corona menjangkit
hampir di seluruh dunia pembelajaran secara dalam jaringan (daring) dianggap
menjadi solusi kegiatan belajar mengajar. Meski berbagai instansi pendidikan
telah menyepakati, cara ini menuai banyak kontroversi di masyarakat. Bagi
tenaga pengajar, sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan.
Mereka menganggap untuk membuat siswa memahami materi, cara daring dinilai
sulit.
Selain itu, kemampuan
teknologi dan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki
fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi lemah, alat
penunjang yang tidak mumpuni, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan
nyata. Ini juga berlaku bagi para pendidik atau guru yang mengemban tugas
negara.
Salah satu kebijakan yang
diambil pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah
melakukan proses kegiatan belajar mengajar secara daring. Kebijakan ini mau
tidak mau harus diambil oleh pemerintah untuk menekan terjadinya penularan
virus corona di lingkungan sekolah.
Kebijakan ini sebetulnya
bukanlah kebijakan yang dapat menyenangkan semua pihak, namun mungkin hanya
pilihan inilah yang menjadi pilihan terbaik untuk sementara waktu menekan
penularan virus corona di lingkungan dunia pendidikan.
Pemerintah tentu sudah banyak
melakukan pertimbangan untuk mengambil langkah ini. Langkah ini tentu saja
mendapat respon yang beragam dari beberapa insan pendidikan. Ada beberapa yang
setuju, namun tidak sedikit juga yang menolak program ini. Pihak yang setuju
beranggapan bahwa pembelajaran dengan sistem daring dapat meminimalisir
terjadinya kerumunan. Ketidakadaan kerumunan tersebut tentu akan sangat
berdampak terhadap penurunan penularan virus corona.
Pihak yang menolak
pembelajaran secara daring memiliki alasan bahwasanya mustahil proses
pembalajaran dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya interaksi secara
langsung antara siswa dengan guru. Walaupun terjadi komunikasi secara virtual
namun hal itu tidaklah cukup. Proses belajar mengajar terkadang juga memerlukan
kontak secara fisik antara guru dengan siswa. Proses ini hanya bisa dilakukan
jika proses belajar mengajar dilaksanakan secara offline.
Selain itu pembelajaran secara
daring juga terganggu dengan masalah tersedianya jaringan internet di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwasanya masih ada
beberapa wilayah yang belum tercapai sinyal internet. Padahal sinyal internet
memegang peranan penting dalam keberlangsungan proses belajar mengajar secara
daring.
Pemerintah harus
mengatasi permasalahan ini dengan segera, karena jika permasalahan ini tidak
terselesaikan mustahil pembelajaran secara daring dapat berjalan efektif.
Pemebenahan jaringan ini memang memerlukan waktu yang tidak sebentar, karena
melibatkan beberapa pihak, dan juga lintas kementerian.
Pemebenahan
jaringan internet ini tentu bukanlah hal yang mudah mengingat wilayah Indonesia
sangatlah luas dan juga terdiri dari pulau pulau, sehingga hal ini
memerlukan effort yang lebih dari pemrintah untuk mengatasi
permasalahan ini. Apalagi sebagian besar jaringan internet dikoneksikan melalui
jaringan kabel bawah laut, tentu hal ini akan memakan banyak waktu dan juga
biaya. Namun pemerintah mau tidak mau harus membenahi permasalahan ini demi
tercapainya pembelajaran secara daring yang efektif dan efisien
Selain persoalan jaringan
internet, ada hal lain yang dapat juga berpengaruh secara signifikan terhadap
berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar secara daring. Persoalan
tersebut adalah ketersediaan kuota internet bagi seorang siswa. Siswa berasal
dari latar belakang keluarga yang berbeda – beda tingkat sosial ekonominya.
Bagi siswa yang berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke atas, mungkin
persoalan ketersedian kuota internet tidak terlalu menjadi masalah. Akan tetapi
bagi bagi siswa yang mempunyai latar belakang ekonomi menengah ke bawah tentu
hal ini menjadi permasalahan yang cukup serius.
Pemerintah seyogyanya dapat
memberikan bantuan atau subsidi kuota internet bagi sisiwa – siswa yang berasal
dari ekonomi menengah ke bawah. Pemberian subsidi ini harus lah tepat sasaran.
Subsisdi harus diberikan kepada siswa – siswa yang memang sangat membutuhkan
demi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar secara daring yang efektif.
Pemberian subsidi kuota internet
menjadi kebutuhan pokok bagi siswa dalam melaksanakan pembelajaran secara
daring. Kebutuhan pokok tersebut harus menjadi perhatian penting bagi
pemerintah dalam rangka mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan
standar – standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Pembelajaran secara daring
sebenarnya kurang diminati oleh siswa, dikarenakan penjalasan yang disampaikan
oleh guru kurang terdengar jelas oleh siswa. Ada beberapa yang faktor yang
mempengaruhi hal tersebut, salah satunya jaringan internet. Jaringan internet
di setiap tempat tinggal siswa sangatlah berbeda. Siswa yang tinggal di daerah
perkotaan mungkin tidak akan menemui kendala ini, namun hal ini berbanding
terbalik dengan siswa – siswa yang tinggal jauh dari kota. Hal ini menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk tercapainya jaringan internet yang
menyeluruh sampai ke pelosok – pelosok negeri.
Para
siswa sebenarnya sangat menginginkan proses belajar mengajar secara tatap muka,
karena mereka dapat berinteraksi secara langsung dengan guru. Interaksi inilah
yang membangun kedekatan secara personal antara guru dan siswa. Kedekatan
personal ini menjadi penting untuk siswa dalam rangka memahami materi yang
diberikan oleh seorang guru. Seorang siswa yang memiliki kedekatan personal
dengan guru akan lebih memahami materi yang disampaikan dan apabila ada materi
yang kurang dipahami siswa tersebut tidak akan sungkan untuk bertanya kepada
guru.
Dalam proses
pembelajaran khususnya dalam masa pandemi siswa dituntut mengikuti protokol kesehatan
untuk kepentingan bersama sesuai dengan anjuran pemerintah maka dari itu masih banyak yang perlu dibenahi dalam
kegiatan belajar mengajar. Sanjaya (2010:204),“Mengatakan media pembelajaran adalah
seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan Pendidikan seperti
radio, televisi, buku, koran, majalah, komputer dan lain sebagainya”. Online
learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan alat bantu teknologi
(Malik, A.R, 2019; Malik 2020).
Kepatuhan
terhadap protokol kesehatan ini menjadi penting untuk dilakasanakan secara
ketat guna mendapat izin dari pihak – pihak tekait untuk melaksanakan kegiatan
belajar mengajar tatap muka secara terbatas. Apabila ditemukan ketidakpatuhan
terhadap protokol kesehatan baik oleh siswa maupun guru, bukan tidak mungkin
izin pelaksanaan kegiatan belajar secara tatap muka akan dicabut dan
dikembalikan kepada pemebelajaran secara daring.
Perlu
disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga
menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat
mendadak, tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap
dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif
mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19.
C. Pembelajaran Daring
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Hal ini sesuai dengan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Corona Virus Disease (COVID-19).
Sistem
pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop
yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan
pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti
WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai
media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti
pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Dilihat dari kejadian sekitar yang
sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki handphone
untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga
pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa
siswa yang tidak memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok,
sehingga mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar
melalui videocall yang dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi
pertanyaan satu persatu, hingga mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di
WhatsApp. Materi-materinya pun diberikan dalam bentuk video yang berdurasi
kurang dari 2 menit.
Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.
Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring.
Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran daring sehingga kurang optimal pelaksanaannya.
Dengan demikian guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan, namun guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan materinya dan aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar yang digunakan.
Hal yang paling sederhana
dapat dilakukan oleh guru bisa dengan memanfaatkan WhatsApp Group. Aplikasi
WhatsApp cocok digunakan bagi pelajar daring pemula, karena pengoperasiannya
sangat simpel dan mudah diakses siswa. Sedangkan bagi pengajar online yang mempunyai
semangat yang lebih, bisa menngkatkan kemampuannya dengan menggunakan berbagai
aplikasi pembelajaran daring.
Pembelajaran daring
akan berjalan dengan baik apabila akses internet bisa menjangkau ke seluruh
daerah, sehingga pendidikan secara online betul-betul dapat dinikmati oleh
berbagai lapisan masyarakat. Pemerintah melalui Kemenristekdikti akan terus
mendorong untuk diselenggarakannya, Kranz,(2016:3) “tentunya kita tidak pernah ada yang menginginkan kondisi menjadi
seperti sekarang ini dimana aktivitas menjadi terbatas rencana yang telah
dipersiapkan tidak lagi bisa dijadikan,Bahkan pilihan terbaik tidak lagi
tesedia” Dalam proses pembelajaran tentunya tidak jauh dari kegiatan belajar
mengajar dan masi banyak yang perlu dibenahi dalam proses pembelajaran terlebih
khusus pembelajaran luar jaringan.
Keberhasilan
guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini
adalah kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode
pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode.
Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi
siswanya tetap semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi
beban psikis.
D. Pembelajaran Luring
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) milik Kemendikbud, luring merupakan akronim
dari luar jaring(an): terputus dari jejaring komputer. Luring juga bisa disebut
sebagai offline. Artinya, pembelajaran luring merupakan
pembelajaran yang berlangsung tanpa menggunakan jaringan internet.
Siswa
dan guru dapat belajar menggunakan pegangan buku, modul, dan lain sebagainya
secara fisik. Pembelajaran luring ini biasanya juga berlangsung secara tatap
muka dan biasanya berlangsung di dalam kelas. Sistem ini berjalan di Indonesia
sejak sebelum munculnya pandemi.
Siswa
harus datang ke kelas untuk belajar dan bertatap muka dengan guru atau sesama
siswa lainnya. Tentu saja, istilah pembelajaran luring ini merupakan lawan kata
atau kebalikan dari istilah daring (dalam jaringan). Sehingga saat melakukan
proses pembelajaran luring, baik siswa maupun guru tidak memerlukan jaringan
internet.
Indri Puspita (2020:5)
“Pembelajaran dengan metode luring atau offline merupakan pembelajaran yang
dilakukan di luar tatap muka oleh guru dan peserta didik, namun dilakukan
secara offline yang berarti guru memberikan materi berupa tugas hardcopy kepada
peserta didik kemudian dilaksanakan di luar sekolah.dengan terhambatnya atau
rendahnya tingkat pengetahuan
BAB III
PEMBAHASAN
MASALAH
A. Metode Pemecahan Masalah
Sesuai
SE Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa
Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) bahwa semua kegiatan pembelajaran
dilaksanakan secara virtual dan kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah. Surat
Edaran tersebut bukannya surat yang datangnya dari surga yang tidak menimbulkan
berbagai kekacauan. Perlu dipertimbangkan dengan berlakunya Surat Edaran
tersebut sangat memperngaruhi sekolah, murid, guru, dan piranti pembelajaran.
Bagaimana kesiapan sekolah dalam memfasilitasi berbagai hal yang dibutuhkan
dalam pembelajaran daring, juga perlu dipertimbangkan jangkauan internet di
rumah peserta didik.
Proses
pendidikan yang awalnya
menggunakan tehnik tatap muka langsung dengan
adanya keadaan darurat karena bencanan non alam COVID 19 membuat proses belajar
mengajar dialihkan menjadi DARING (dalam jaringan). Tentulah ini menjadi
persoalan baru, dimana tata kebiasaan dan kebudayaan yang selama ini dijalankan
harus sedikit dibengkokkan menjadi online.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran matematika terhadap siswa kelas VII di
SMP Negeri 16 Pekalongan, sekolah perlu membuat kebijakan dalam
pembelajaran agar materi dapat tersampaikan kepada siswa dengan baik dan
kondusif.
Hal ini disampaikan oleh kebanyakan bapak/Ibu guru bahwa pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran
konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan
secara langsung dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara
daring belum tentu bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar
secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan
kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk,
sehingga kemungkinan akan menumpuk. Khususnya mata
pelajaran matematika, dalam kenyataannya matematika masih di anggap suatu
pelajaran yang sulit dan rumit. Menurut Amallia & Unaenah (2018) menyatakan
bahwa masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit, sehingga menyebabkan siswa mudah menyerah sebelum mempelajari
matematika. Selain itu, adanya pembelajaran daring yang terkesan mendadak
karena COVID-19 ini juga menyebabkan persiapan yang tidak optimal. Sehingga
menyebabkan siswa merasa tidak siap dalam pelaksanaanya, terutama dalam mata
pelajaran matematika.
Selain itu, guru juga harus siap menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu membuat model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di sekolahnya. Penggunaan beberapa aplikasi pada pembelajaran daring sangat membantu guru dalam proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring kompleks yang harus dikemas dengan efektif, mudah diakses, dan dipahami oleh siswa.
Dengan demikian guru dituntut
mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif,
dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan
materi yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan memberikan
kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan, namun
guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan materinya dan aplikasi
yang cocok pada materi dan metode belajar yang digunakan.
B. Pelaksanaan Pemecahan Masalah
Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa
terhadap pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar
konvensional ke sistem daring amat mendadak, tanpa persiapan yang matang.
Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat
berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi
Covid-19. Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer
(PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat
melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media
sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media
lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan
siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat
yang berbeda.
Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.
Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka
harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua
mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang
mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang
ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring.
Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan
internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu kendala yang dihadapi
siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa
tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal.
Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak
stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.
Hal ini juga menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti
pembelajaran daring sehingga kurang optimal pelaksanaannya.
Untuk itu, sebagai alternatif pemecahan masalah yang terjadi pihak SMP Negeri 16 memberikan kebijakan dengan memberlakukan pembelajaran menggunakan 2 sistem, yaitu pembelajaran daring dan luring yang dilakukan secara bergantian serta bertahap.
Hal ini perlu disadari karena salah satu penentu keberhasilan pembelajaran secara virtual adalah kompetensi guru. Guru akan berusaha sedapat mungkin agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan berhasil. Guru berperan sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Untuk memenuhi itu, maka guru haruslah memenuhi aspek bahwa guru sebagai: model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.
Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini adalah kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis.
Dalam konteks pembelajaran secara daring, tentu penghargaan harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat, baik dari guru, sekolah, peserta didik, dan bahkan orang tua wali yang dengan antusias menyupport anaknya. Pembelajaran yang berpusat pada daring dikembangkan dan diciptakan guna mempermudah ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Barang tentu pembelajaran yang bersifat daring selau fleksibel dan dinamis bergerak menuju keterbukaan informasi.
Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.
C. Pembahasan Hasil Pemecahan Masalah
Salah
satu penentu keberhasilan pembelajaran secara virtual adalah kompetensi guru.
Guru akan berusaha sedapat mungkin agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan
berhasil. Guru berperan sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus
sebagai fasilitator belajar. Untuk memenuhi itu, maka guru haruslah memenuhi
aspek bahwa guru sebagai: model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk
jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.
Perubahan pembelajaran
yang terjadi, khususnya dalam
pelaksanaanya proses pembelajaran matematika, banyak hal yang terjadi diukur
dari seberapa kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang terjadi
dengan mengunakan pembelajaran daring dan masih banyak perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
untuk itu siswa di tuntut aktif dalam mengikuti proses pembelajaran daring atau luring khususnya pembelajaran
matematika. Berdasarkan hasil proses pembelajaran yang terjadi perubahan
pembelajaran ketika guru memberikan suatu motivasi pada siswa maka muncul
semangat siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, tetapi dalam proses pembelajaran yang
terjadi di SMP Negeri 16
Pekalongan, guru
belum sepenuhnya bisa
memberikan motivasi langsung kepada siswa karena berbagai kendala yang terjadi. Untuk itu sampai pada saat proses masih banyak yang perlu diperbaiki pada saat guru memberikan tugas.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi
dan pembahasan hasil penelitian yang telah penulis kemukakan bahwa dapat
disimpulkan Proses pembelajaran matematika pada masa pandemi di SMP Negeri 16 Pekalongan masih banyak mengalami kendala, baik
dalam sarana prasarana maupun kemampuan dalam penggunaan teknologi aplikasi
yang digunakan dalam pembelajaran.
Kebanyakan
guru atau siswa menggunakan
aplikasi WhatsApp sebagai media ketika pembelajaran daring. Terkait kendala
yang dihadapi siswa ketika sedang pembelajaran daring didominasi dengan kemampuan ekonomi, jaringan internet yang
tidak memadai dan memori HP penuh. Selain itu, matematika juga menjadi
kesulitan dan tantangan tersendiri bagi siswa ketika melaksanakan pembelajaran
daring. Adapun kesulitan yang dihadapi siswa di
SMP Negeri 16 Pekalongan
ketika pembelajaran daring matematika dikarenakan beberapa faktor, yaitu : (1)
Terbatasnya ruang interaksi antara guru dan siswa yang menyebabkan pembelajaran
tidak maksimal, (2) Banyaknya rumus yang dipakai dalam pembelajaran matematika
menyulitkan siswa untuk memahami materi tersebut, (3) Objek yang dipelajari
berupa pola-pola abstrak, sehingga semakin menyulitkan siswa untuk memahami
materi tersebut.
B. SARAN
Dengan memperhatikan
penjabaran terkait proses
pembelajaran matematika pada masa
pandemi di SMP Negeri 16 Pekalongan, maka perlu diperhatikan berbagai hal:
1.
Faktor
guru, dalam
hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar saja, namun juga sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan
menuntun siswa dalam belajar sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar,
pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan. Peranan guru
ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam
berbagai interaksi, baik dengan siswa dan yang perlu harus dibenahai dalam
proses pembelajaran, menggunakan pembelajaran luring ataupun daring
2.
Perlunya
pembenahan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 16 Pekalongan, terutama dalam
pembelajaran daring. Diperlukan
kesiapan baik dari segi sarana prasarana maupun kemampuan penguasaan teknologi,
khususnya pemanfaatan aplikasi yang mudah dipahami siswa dalam proses
pembelajaran. Disampin itu, seluruh komponen
yang berkecimpung di dunia pendidikan khususnya disekolahan dibutuhkan
komunikasi dan koordinasi serta kolaborasi yang baik antar elemen. Kompetensi
dan ketrampilan guru dalam pembelajaran hingga melek informasi sesuai dinamika
zaman sangatlah diperlukan. Guru juga harus dapat mengukur dan mengevaluasi
beban belajar peserta didik. Beban belajar peserta didik harus logis dan
terukur baik scara materi maupun waktu. Guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan tugas secara sembarangan tetapi tidak mengevaluasinya. Tidak lupa
juga guru dapat memberikan apresiasi kepada peserta didik agar tujuan
pembelajaran tercapai. Selain itu, kurikulum yang pembelajaran daring adalah
kurikulum yang fleksibel dan menghadapi perubahan zaman, baik pandemik maupun
yang lainnya.
3.
Keberhasilan
pembelajaran selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak.
Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan
menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini
dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk
memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar
di rumah dapat terpantau secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dahar,
R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Herliandry,
L. D., Nurhasanah, Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Teknologi
Pendidikan, 22(1), 65–70. https://doi.org/https://doi.org/10.
21009/jtp.v22i1.15286
Sumiati, A., & Agustini, Y. (2020). Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Segiempat dan Segitiga Siswa SMP
Kelas VIII di Cianjur. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan
Matematika, 4(1), 321-331. https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i1.184
Syah,
R. H. (2020). Dampak Covid-19 pada
Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran.
SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(5), 395–402. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314
Jamaluddin,
D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Paujiah, E. (2020). Pembelajaran Daring Masa Pandemik Covid-19 Pada Calon Guru : Hambatan,
Solusi dan Proyeksi. Karya Tulis Ilmiah,Lembaga Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–10. Retrieved from http://digilib.uinsgd.ac.id/30518/
Ramanta,
D., & Dwi Widayanti, F. (2020). Pembelajaran
Daring di Sekolah Menengah Kejuruan Putra Indonesia Malang pada Masa Pandemi
COVID-19. Prosiding Seminar Bimbingan Dan Konseling, 0(0), 61–67. Retrieved
from http://conference.um.ac.id/index.php/bk2/article/view/81
Gagne ,
R.M., & Briggs,
L.J., 1979,
Principle of Instructional Design,
New. Yorks: Holt Rinehart
Rahayu. 2007. Senang
Belajar Matematika.Jakarta: Depdikbud.
Sugiman.
(2009). Pandangan matematika sebagai
aktivitas insani beserta dampak pembelajarannya. Prosiding of SemNas
Matematika dan Pendidikan Matematika,FMIPA UNY, P-26.
Sanjaya
Ridwan. 2020. Pembelajaran Daring dimasa Darurat. bendan luwur semarang:universitas Katolik
soegijapranata
Malik,
A. R., Emzir, E., & Sumarni, S. (2020). Pengaruh
Strategi Pembelajaran Mobile Learning Dan Gaya Belajar Visual Terhadap
Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman Siswa Sma Negeri 1 Maros. Visipena,
11(1), 194-207.
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/masa-pandemi-pembelajaran-di-masa-pandemi-covid-19/
Indri Puspita, 2020. Meningkatkan Strategi Metode Luring. ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/
https://bdkjakarta.kemenag.go.id/berita/efektivitas-pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-covid-19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar