Kamis, 02 Mei 2024

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MASA PANDEMI COVID–19 DI SMP NEGERI 16 PEKALONGAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.      Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai dan sikap. Pendidikan diperlukan oleh semua orang, karena pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pendidikan juga merupakan suatu kegiatan membudayakan manusia, membuat orang berbudaya guna meningkatkan kualitas hidupnya.

Pembelajaran matematika sebagai salah satu komponen dalam dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mewujudkan salah satu tujuan negara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Matematika memiliki peranan penting dalam segala aspek kehidupan terutama dalam meningkatkan daya pikir manusia, sehingga matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan di setiap jenjang sekolah mulai dari SD sampai SMA. Menurut Abdurrahman (2003) “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsinya adalah untuk memudahkan berpikir”. Dalam pendidikan, kemampuan siswa diasah melalui masalah, sehingga siswa mampu meningkatkan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan Dahar (2011: 121) yang menyatakan bahwa kemampuan untuk memecahkan masalah atau ketrampilan menyelesaikan masalah pada dasarnya merupakan tujuan utama proses pendidikan.

Sebagian dari kurikulum pengajaran SMP, matematika diharapkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah itu sendiri, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan dunia nyata. Pengolahan pendidikan semakin menuntut kualitas dan antisipasi yang tepat kepada para guru untuk menggunakan berbagai sumber yang tersedia untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa, serta mempersiapkan pembelajaran yang mampu membutuhkan cara berfikir kritis, kreatif, dan inovatif.

Adanya pandemi covid-19 yang terjadi sekarang ini dengan penyebaran yang begitu cepat dan masif telah menyebabkan puluhan juta orang terinfeksi serta menyebar di ratusan negara di dunia. Penyebaran COVID-19 telah mempengaruhi berbagai bidang diseluruh dunia, khususnya bidang pendidikan di Indonesia (Herliandry, Nurhasanah, Suban, & Kuswanto, 2020). Pendidikan merupakan sebuah proses dalam kehidupan manusia sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang kelak akan berguna untuk menopang kehidupan dimasa yang akan dating. Menurut Sumiati & Agustini (2020) berpendapat bahwa pendidikan ialah suatu hal yang penting bagi kehidupan dan mempunyai peran sebagai wadah guna mengembangkan kemampuan dan potensi bagi diri manusia. Dikarenakan pandemi tersebut, banyak negara di dunia memutuskan untuk sementara waktu memberhentikan sekolah dari tingkat taman kanan-kanak hingga setingkat perguruan tinggi, termasuk di Indonesia (Syah, 2020).

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 berusaha untuk meminimlisir penyebaran virus tersebut dengan upaya mengeluarkan larangan untuk berkerumun dan memberlakukan PSBB hampir disetiap daerah di Indonesia. Selain itu, kondisi saat ini mengharuskan warganya untuk beribadah, bekerja dan belajar dari rumah masingmasing (Jamaluddin, Ratnasih, Gunawan, & Paujiah, 2020). Karena menyebarnya wabah Covid-19 ini menyebab kegiatan belajar mengajar menjadi terbatas karena tidak bisa diselenggaran di dalam kelas, sebagaimana yang di ungkapkan Ambiyar, Aziz, & Melisa (2020) mengemukakan “proses pembelajaran menjadi terganggu dan tidak dapat dilakukan secara konvensional karena adanya pandemi Covid-19”. Kondisi ini, menyebabkan para pemangku pendidikan harus merancang alternatif pembelajaran jarak jauh. Cara tersebut dilakukan supaya pelaksana pembelajaran memiliki berbagai jenis alternatif dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa (Ramanta & Dwi Widayanti, 2020). Hal tersebut diperkuat dengan Surat Edaran (SE) Menteri bidang Pendidikan dan kebudayaan Tahun 2020 Nomor 36962/MPK.A/HK/2020, menginstruksikan agar proses belajar mengajar dilakukan secara daring dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

Saat seperti sekarang ini model pembelajaran daring yang berbasis digital telah dimaksimalkan secara baik hampir diseluruh Indonesia. Meskipun model ini terbilang belum secara menyeluruh menjangkau peserta didik karena pada dasarnya model pembelajaran ini mempunyai syarat yang harus dipenuhi, yakni akses terhadap internet yang membutuhkan kuota data. Karena realitas yang ada, siswa belum mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran jarak jauh, dikarenakan tidak punya kemampuan untuk membeli kuota data dan tidak punya android sebagai media akses internet. Disamping itu, penguasaan teknologi terutama berkaitan dengan aplikasi yang digunakan untuk mempermudah pembelajaran juga masih rendah.

SMP Negeri 16 Pekalongan, merupakan sebuah sekolah yang berupaya untuk memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat. Dalam proses pembelajaranya sampai saat ini, semua kegiatan proses belajar mengajar masih dalam pantauan guru, sebagian besar guru memberikan tugas secara jarak jauh, tentunya hal ini juga dilakukan di sekolah lain, banyak pertimbangan yang dilakukan guru pada saat memberikan tugas kepada siswa dikarenakan kondisi sampai saat ini belum diketahui, sampai kapan siswa akan belajar kembali secara normal seperti sedia kala. Situasi saat ini, khususnya SMP Negeri 16 Pekalongan mengalami berbagai macam kendala yang dihadapi oleh peserta didik maupun guru. Peserta didik yang tingkat ekonomi relatif rendah memiliki tingkat ketersediaan sarana juga rendah, terutama kepemilikan hp atau laptop dan kuota guna mengikuti kegiatan pembelajaran. Ditambah tingkat kemampuan penguasaan teknologi serta daerah tempat tinggal peserta didik di wilayah sulit jaringan menjadi kendala yang paling utama bagi peserta didik. Akan tetapi pertimbangan lainya guru harus menyampaikan standar minimal sesuai tagihan waktu yang sudah ditetapkan. Terlepas dari berbagi macam kendala, kegiatan belajar mengajar harus tetap terlaksana. Akibatnya kebanyakan siswa belum mampu mengerjakan tugas dengan baik. Hal inilah yang menjadi kendala yang harus dihadapi dalam proses pembelajaran jarak jauh.

Berdasarkaan latar belakang tersebut, maka penulis mencoba untuk menyusun makalah dengan judul “Proses Pembelajaran Matematika Pada Masa Pandemi COVID-19 di sekolah SMP Negeri 16 Pekalongan

 

B.       Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah yang dikaji pada makalah ini adalah “Bagaimana proses pembelajaran matematika pada masa pandemi COVID-19 di SMP Negeri 16 Pekalongan?

 

C.      Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika di masa pandemi COVID-19 di SMP Negeri 16 Pekalongan.

 

 

 

D.      Manfaat Penulisan

Manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan makalah ini adalah:

1.         Manfaat untuk siswa

Memberikan gambaran pembelajaran yang dilakukan saat pandemi covid-19, sehingga menumbuhkan upaya siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

2.         Manfaat untuk guru

Memberikan gambaran agar guru dapat berupaya menyesuaikan pembelajaran saat pandemi covid-19 agar semua siswa dapat berpartisipasi dan mengikuti kegiatan pembelajaran.

3.         Manfaat untuk sekolah

Memberikan gambaran pembelajaran saat pandemi covid-19 agar sekolah mampu memberikan kebijakan terutama dalam kegiatan belajar mengajar berkaitan dalam pemenuhan sarana dan prasarana atau penguasaan teknologi, baik bagi siswa ataupun guru yang mengalami kesulitan sehingga proses KBM dapat berjalan dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

 

A.      Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan timbal balik dari dua istilah yaitu belajar dan mengajar yakni suatu usaha (mengajar) yang bisa mendorong seseorang untuk belajar. Gagne dan Briggs  (1979) mengartikan pembelajaran suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar. Di dalamnya berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.

Definisi lain, pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki pendidikan untuk menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum. Dalam definisi ini pun terdapat dua variabel yang bermuara pada kegiatan belajar mengajar, yakni:

1.         Usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru (mengajar);

2.         Menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum (belajar) dengan demikian, jelaslah bahwa pembelajaran merupakan istilah lain dari proses belajar-mengajar.

Di dalam lampiran Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam kurikulum agar setiap siswa mampu menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Pada gilirannya, siswa menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup siswa guna membentuk watak serta meningkatkan peradapan dan martabat bangsa.

Menurut Rahayu (2007:2) hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika dan pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

Menurut UNESCO (Sugiman 2009:415), kecenderungan pendidikan memuat empat pilar utama, yaitu: (a) Learning toknow; (b) Learning to do; (c) Learning to live together; dan (d) Learning to be. Dengan berlandaskan kepada empat pilar tersebut, pembelajaran matematika tidak sekedar learning to know (kemampuansiswa dalam memahami), melainkan jugameliputi learning to do (kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan matematika), learning to be (kemampuan siswa untuk meraih prestasi dalam bidang matematika), hingga learning to live together (kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan matematika di kehidupan sehari-hari). Sebagai contoh pada pembelajaran matematika materi aritmetika sosial, siswa harus mampu memahami konsep-konsep aritmetika sosial seperti jual beli, untung rugi, diskon, hingga konsep yang lebih rumit (learning to know). Ketika siswa sudah mampu memahami konsep-konsep tersebut, siswa bisa melakukan berbagai kegiatan matematika. Kegiatan di sini bisa berarti kegiatan dalam mencari penyelesaian dari setiap masalah/ soal matematika pada saat proses pembelajaran berlangsung. Jika siswa sudah memahami konsep dengan baik, maka siswa bisa dengan mudah berkegiatan matematika (learning to do). Hal ini akan memberikan dampak positif bagi siswa sehingga siswa memiliki kesempatan dalam meningkatkan prestasi belajar matematikanya (learning to be). Serta pilar keempat, learning to live together, siswa mampu mengkomunikasikan dan menerapkan ilmu yang telah mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada kegiatan perdagangan.

Telah didefinisikan bahwa, pembelajaran merupakan proses yang dilakukan oleh peserta didik, untuk pembelajarkan peserta didik pada lingkungan belajar tertentu dan akhirnya terjadi perubahan tingkah laku. Dalam konteks pembelajaran matematika sesuai dengan minat dan bakat para siswa. Mengenai pengertian matematika sendiri, ada beberapa pendapat yang telah dikemukakan Menurut Myklebust (dalam Abdurahman,2009), ”Matematika adalah symbol yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.

 

 

 

B.       Pembelajaran di Masa COVID-19

Pada masa Pandemi Covid – 19 ini pembelajaran di Indonesia atau bahkan hampir diseluruh dunia pasti mengalami gangguan. Mulai dari gangguan teknis pembelajaran sampai gangguan pada psikologis guru dan peserta didik. Gangguan-gangguan ini tentu saja menimbulkan permasalahan baru dalam kehidupan. Tak terkecuali dengan dunia pembelajaran di sekolah, semua kalang kabut sehingga terkesan tak siap menerima perubahan mendadak  ini. Virus corona datang  tiba-tiba saja tak diundang menyeruak menjangkiti manusia. Termasuk menjangkiti dunia pendidikan di Indonesia

Selama wabah corona menjangkit hampir di seluruh dunia pembelajaran secara dalam jaringan (daring) dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar. Meski berbagai instansi pendidikan telah menyepakati, cara ini menuai banyak kontroversi di masyarakat. Bagi tenaga pengajar, sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan. Mereka menganggap untuk membuat siswa memahami materi, cara daring dinilai sulit.

Selain itu, kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi lemah, alat penunjang yang tidak mumpuni, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata. Ini juga berlaku bagi para pendidik atau guru yang mengemban tugas negara.

Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah melakukan proses kegiatan belajar mengajar secara daring. Kebijakan ini mau tidak mau harus diambil oleh pemerintah untuk menekan terjadinya penularan virus corona di lingkungan sekolah.

Kebijakan ini sebetulnya bukanlah kebijakan yang dapat menyenangkan semua pihak, namun mungkin hanya pilihan inilah yang menjadi pilihan terbaik untuk sementara waktu menekan penularan virus corona di lingkungan dunia pendidikan.

Pemerintah tentu sudah banyak melakukan pertimbangan untuk mengambil langkah ini. Langkah ini tentu saja mendapat respon yang beragam dari beberapa insan pendidikan. Ada beberapa yang setuju, namun tidak sedikit juga yang menolak program ini. Pihak yang setuju beranggapan bahwa pembelajaran dengan sistem daring dapat meminimalisir terjadinya kerumunan. Ketidakadaan kerumunan tersebut tentu akan sangat berdampak terhadap penurunan penularan virus corona.

Pihak yang menolak pembelajaran secara daring memiliki alasan bahwasanya mustahil proses pembalajaran dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya interaksi secara langsung antara siswa dengan guru. Walaupun terjadi komunikasi secara virtual namun hal itu tidaklah cukup. Proses belajar mengajar terkadang juga memerlukan kontak secara fisik antara guru dengan siswa. Proses ini hanya bisa dilakukan jika proses belajar mengajar dilaksanakan secara offline.

Selain itu pembelajaran secara daring juga terganggu dengan masalah tersedianya jaringan internet di seluruh wilayah Republik Indonesia. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwasanya masih ada beberapa wilayah yang belum tercapai sinyal internet. Padahal sinyal internet memegang peranan penting dalam keberlangsungan proses belajar mengajar secara daring.

 Pemerintah harus mengatasi permasalahan ini dengan segera, karena jika permasalahan ini tidak terselesaikan mustahil pembelajaran secara daring dapat berjalan efektif. Pemebenahan jaringan ini memang memerlukan waktu yang tidak sebentar, karena melibatkan beberapa pihak, dan juga lintas kementerian.

  Pemebenahan jaringan internet ini tentu bukanlah hal yang mudah mengingat wilayah Indonesia sangatlah luas dan juga terdiri dari pulau pulau, sehingga hal ini memerlukan effort yang lebih dari pemrintah untuk mengatasi permasalahan ini. Apalagi sebagian besar jaringan internet dikoneksikan melalui jaringan kabel bawah laut, tentu hal ini akan memakan banyak waktu dan juga biaya. Namun pemerintah mau tidak mau harus membenahi permasalahan ini demi tercapainya pembelajaran secara daring yang efektif dan efisien

Selain persoalan jaringan internet, ada hal lain yang dapat juga berpengaruh secara signifikan terhadap berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar secara daring. Persoalan tersebut adalah ketersediaan kuota internet bagi seorang siswa. Siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda – beda tingkat sosial ekonominya. Bagi siswa yang berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke atas, mungkin persoalan ketersedian kuota internet tidak terlalu menjadi masalah. Akan tetapi bagi bagi siswa yang mempunyai latar belakang ekonomi menengah ke bawah tentu hal ini menjadi permasalahan yang cukup serius.

Pemerintah seyogyanya dapat memberikan bantuan atau subsidi kuota internet bagi sisiwa – siswa yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Pemberian subsidi ini harus lah tepat sasaran. Subsisdi harus diberikan kepada siswa – siswa yang memang sangat membutuhkan demi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar secara daring yang efektif.

Pemberian subsidi kuota internet menjadi kebutuhan pokok bagi siswa dalam melaksanakan pembelajaran secara daring. Kebutuhan pokok tersebut harus menjadi perhatian penting bagi pemerintah dalam rangka mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan standar – standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Pembelajaran secara daring sebenarnya kurang diminati oleh siswa, dikarenakan penjalasan yang disampaikan oleh guru kurang terdengar jelas oleh siswa. Ada beberapa yang faktor yang mempengaruhi hal tersebut, salah satunya jaringan internet. Jaringan internet di setiap tempat tinggal siswa sangatlah berbeda. Siswa yang tinggal di daerah perkotaan mungkin tidak akan menemui kendala ini, namun hal ini berbanding terbalik dengan siswa – siswa yang tinggal jauh dari kota. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk tercapainya jaringan internet yang menyeluruh sampai ke pelosok – pelosok negeri.

Para siswa sebenarnya sangat menginginkan proses belajar mengajar secara tatap muka, karena mereka dapat berinteraksi secara langsung dengan guru. Interaksi inilah yang membangun kedekatan secara personal antara guru dan siswa. Kedekatan personal ini menjadi penting untuk siswa dalam rangka memahami materi yang diberikan oleh seorang guru. Seorang siswa yang memiliki kedekatan personal dengan guru akan lebih memahami materi yang disampaikan dan apabila ada materi yang kurang dipahami siswa tersebut tidak akan sungkan untuk bertanya kepada guru.

Dalam proses pembelajaran khususnya dalam masa pandemi siswa dituntut mengikuti protokol kesehatan untuk kepentingan bersama sesuai dengan anjuran pemerintah maka dari itu masih banyak yang perlu dibenahi dalam kegiatan belajar mengajar. Sanjaya (2010:204),“Mengatakan media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan Pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, komputer dan lain sebagainya”. Online learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan alat bantu teknologi (Malik, A.R, 2019; Malik 2020).

Kepatuhan terhadap protokol kesehatan ini menjadi penting untuk dilakasanakan secara ketat guna mendapat izin dari pihak – pihak tekait untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tatap muka secara terbatas. Apabila ditemukan ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan baik oleh siswa maupun guru, bukan tidak mungkin izin pelaksanaan kegiatan belajar secara tatap muka akan dicabut dan dikembalikan kepada pemebelajaran secara daring.

Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat mendadak, tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19.

 

C.      Pembelajaran Daring

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Dilihat dari kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang tidak memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok, sehingga mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar melalui videocall yang dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan satu persatu, hingga mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp. Materi-materinya pun diberikan dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari 2 menit.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran daring sehingga kurang optimal pelaksanaannya.

Dengan demikian guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan, namun guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan materinya dan aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar yang digunakan.

Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru bisa dengan memanfaatkan WhatsApp Group. Aplikasi WhatsApp cocok digunakan bagi pelajar daring pemula, karena pengoperasiannya sangat simpel dan mudah diakses siswa. Sedangkan bagi pengajar online yang mempunyai semangat yang lebih, bisa menngkatkan kemampuannya dengan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran daring.

Pembelajaran daring akan berjalan dengan baik apabila akses internet bisa menjangkau ke seluruh daerah, sehingga pendidikan secara online betul-betul dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat. Pemerintah melalui Kemenristekdikti akan terus mendorong untuk diselenggarakannya, Kranz,(2016:3) “tentunya kita tidak pernah ada yang menginginkan kondisi menjadi seperti sekarang ini dimana aktivitas menjadi terbatas rencana yang telah dipersiapkan tidak lagi bisa dijadikan,Bahkan pilihan terbaik tidak lagi tesedia” Dalam proses pembelajaran tentunya tidak jauh dari kegiatan belajar mengajar dan masi banyak yang perlu dibenahi dalam proses pembelajaran terlebih khusus pembelajaran luar jaringan.

Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini adalah kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis.

 

D.      Pembelajaran Luring

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) milik Kemendikbud, luring merupakan akronim dari luar jaring(an): terputus dari jejaring komputer. Luring juga bisa disebut sebagai offline. Artinya, pembelajaran luring merupakan pembelajaran yang berlangsung tanpa menggunakan jaringan internet. 

Siswa dan guru dapat belajar menggunakan pegangan buku, modul, dan lain sebagainya secara fisik. Pembelajaran luring ini biasanya juga berlangsung secara tatap muka dan biasanya berlangsung di dalam kelas. Sistem ini berjalan di Indonesia sejak sebelum munculnya pandemi. 

Siswa harus datang ke kelas untuk belajar dan bertatap muka dengan guru atau sesama siswa lainnya. Tentu saja, istilah pembelajaran luring ini merupakan lawan kata atau kebalikan dari istilah daring (dalam jaringan). Sehingga saat melakukan proses pembelajaran luring, baik siswa maupun guru tidak memerlukan jaringan internet.

Indri Puspita (2020:5) “Pembelajaran dengan metode luring atau offline merupakan pembelajaran yang dilakukan di luar tatap muka oleh guru dan peserta didik, namun dilakukan secara offline yang berarti guru memberikan materi berupa tugas hardcopy kepada peserta didik kemudian dilaksanakan di luar sekolah.dengan terhambatnya atau rendahnya tingkat pengetahuan

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

 

 

A.      Metode Pemecahan Masalah

Sesuai SE Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) bahwa semua kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara virtual dan kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah. Surat Edaran tersebut bukannya surat yang datangnya dari surga yang tidak menimbulkan berbagai kekacauan. Perlu dipertimbangkan dengan berlakunya Surat Edaran tersebut sangat memperngaruhi sekolah, murid, guru, dan piranti pembelajaran. Bagaimana kesiapan sekolah dalam memfasilitasi berbagai hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran daring, juga perlu dipertimbangkan jangkauan internet di rumah peserta didik.

Proses pendidikan yang awalnya menggunakan tehnik tatap muka langsung dengan adanya keadaan darurat karena bencanan non alam COVID 19 membuat proses belajar mengajar dialihkan menjadi DARING (dalam jaringan). Tentulah ini menjadi persoalan baru, dimana tata kebiasaan dan kebudayaan yang selama ini dijalankan harus sedikit dibengkokkan menjadi online.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran matematika terhadap siswa kelas VII di SMP Negeri 16 Pekalongan, sekolah perlu membuat kebijakan dalam pembelajaran agar materi dapat tersampaikan kepada siswa dengan baik dan kondusif.

Hal ini disampaikan oleh kebanyakan bapak/Ibu guru bahwa pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk, sehingga kemungkinan akan menumpuk. Khususnya mata pelajaran matematika, dalam kenyataannya matematika masih di anggap suatu pelajaran yang sulit dan rumit. Menurut Amallia & Unaenah (2018) menyatakan bahwa masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, sehingga menyebabkan siswa mudah menyerah sebelum mempelajari matematika. Selain itu, adanya pembelajaran daring yang terkesan mendadak karena COVID-19 ini juga menyebabkan persiapan yang tidak optimal. Sehingga menyebabkan siswa merasa tidak siap dalam pelaksanaanya, terutama dalam mata pelajaran matematika.

Selain itu, guru juga harus siap menggunakan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu membuat model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di sekolahnya. Penggunaan beberapa aplikasi pada pembelajaran daring sangat membantu guru dalam proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring kompleks yang harus dikemas dengan efektif, mudah diakses, dan dipahami oleh siswa.

Dengan demikian guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan, namun guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan materinya dan aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar yang digunakan.

 

B.       Pelaksanaan Pemecahan Masalah

Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat mendadak, tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19. Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.

Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran daring sehingga kurang optimal pelaksanaannya.

Untuk itu, sebagai alternatif pemecahan masalah yang terjadi pihak SMP Negeri 16 memberikan kebijakan dengan memberlakukan pembelajaran menggunakan 2 sistem, yaitu pembelajaran daring dan luring yang dilakukan secara bergantian serta bertahap.

Hal ini perlu disadari karena salah satu penentu keberhasilan pembelajaran secara virtual adalah kompetensi guru. Guru akan berusaha sedapat mungkin agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan berhasil. Guru berperan sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Untuk memenuhi itu, maka guru haruslah memenuhi aspek bahwa guru sebagai: model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.

Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 ini adalah kemampuan guru dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis.

Dalam konteks pembelajaran secara daring, tentu penghargaan harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat, baik dari guru, sekolah, peserta didik, dan bahkan orang tua wali yang dengan antusias menyupport anaknya. Pembelajaran yang berpusat pada daring dikembangkan dan diciptakan guna mempermudah ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Barang tentu pembelajaran yang bersifat daring selau fleksibel dan dinamis bergerak menuju keterbukaan informasi.

Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.

 

C.      Pembahasan Hasil Pemecahan Masalah

Salah satu penentu keberhasilan pembelajaran secara virtual adalah kompetensi guru. Guru akan berusaha sedapat mungkin agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan berhasil. Guru berperan sebagai pengorganisasi lingkungan belajar dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Untuk memenuhi itu, maka guru haruslah memenuhi aspek bahwa guru sebagai: model, perencana, peramal, pemimpin, dan penunjuk jalan atau pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.

Perubahan pembelajaran yang terjadi, khususnya dalam pelaksanaanya proses pembelajaran matematika, banyak hal yang terjadi diukur dari seberapa kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang terjadi dengan mengunakan pembelajaran daring dan masih banyak perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk itu siswa di tuntut aktif dalam mengikuti proses pembelajaran daring atau luring khususnya pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil proses pembelajaran yang terjadi perubahan pembelajaran ketika guru memberikan suatu motivasi pada siswa maka muncul semangat siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, tetapi dalam proses pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 16 Pekalongan, guru belum sepenuhnya bisa memberikan motivasi langsung kepada siswa karena berbagai kendala yang terjadi. Untuk itu sampai pada saat proses masih banyak yang perlu diperbaiki pada saat guru memberikan tugas.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

 

A.      KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian yang telah penulis kemukakan bahwa dapat disimpulkan Proses pembelajaran matematika pada masa pandemi di SMP Negeri 16 Pekalongan masih banyak mengalami kendala, baik dalam sarana prasarana maupun kemampuan dalam penggunaan teknologi aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran.

Kebanyakan guru atau siswa menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai media ketika pembelajaran daring. Terkait kendala yang dihadapi siswa ketika sedang pembelajaran daring didominasi dengan kemampuan ekonomi, jaringan internet yang tidak memadai dan memori HP penuh. Selain itu, matematika juga menjadi kesulitan dan tantangan tersendiri bagi siswa ketika melaksanakan pembelajaran daring. Adapun kesulitan yang dihadapi siswa di SMP Negeri 16 Pekalongan ketika pembelajaran daring matematika dikarenakan beberapa faktor, yaitu : (1) Terbatasnya ruang interaksi antara guru dan siswa yang menyebabkan pembelajaran tidak maksimal, (2) Banyaknya rumus yang dipakai dalam pembelajaran matematika menyulitkan siswa untuk memahami materi tersebut, (3) Objek yang dipelajari berupa pola-pola abstrak, sehingga semakin menyulitkan siswa untuk memahami materi tersebut.

 

B.       SARAN

Dengan memperhatikan penjabaran terkait proses pembelajaran matematika pada masa pandemi di SMP Negeri 16 Pekalongan, maka perlu diperhatikan berbagai hal:

1.    Faktor guru, dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar saja, namun juga sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi, baik dengan siswa dan yang perlu harus dibenahai dalam proses pembelajaran, menggunakan pembelajaran luring ataupun daring

2.    Perlunya pembenahan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 16 Pekalongan, terutama dalam pembelajaran daring. Diperlukan kesiapan baik dari segi sarana prasarana maupun kemampuan penguasaan teknologi, khususnya pemanfaatan aplikasi yang mudah dipahami siswa dalam proses pembelajaran. Disampin itu, seluruh komponen yang berkecimpung di dunia pendidikan khususnya disekolahan dibutuhkan komunikasi dan koordinasi serta kolaborasi yang baik antar elemen. Kompetensi dan ketrampilan guru dalam pembelajaran hingga melek informasi sesuai dinamika zaman sangatlah diperlukan. Guru juga harus dapat mengukur dan mengevaluasi beban belajar peserta didik. Beban belajar peserta didik harus logis dan terukur baik scara materi maupun waktu. Guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan tugas secara sembarangan tetapi tidak mengevaluasinya. Tidak lupa juga guru dapat memberikan apresiasi kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu, kurikulum yang pembelajaran daring adalah kurikulum yang fleksibel dan menghadapi perubahan zaman, baik pandemik maupun yang lainnya.

3.    Keberhasilan pembelajaran selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

 

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

 

Herliandry, L. D., Nurhasanah, Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1), 65–70. https://doi.org/https://doi.org/10. 21009/jtp.v22i1.15286

 

Sumiati, A., & Agustini, Y. (2020). Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Segiempat dan Segitiga Siswa SMP Kelas VIII di CianjurJurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika4(1), 321-331. https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i1.184

 

Syah, R. H. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(5), 395–402. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314

 

 

Jamaluddin, D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Paujiah, E. (2020). Pembelajaran Daring Masa Pandemik Covid-19 Pada Calon Guru : Hambatan, Solusi dan Proyeksi. Karya Tulis Ilmiah,Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–10. Retrieved from http://digilib.uinsgd.ac.id/30518/

 

 

Ramanta, D., & Dwi Widayanti, F. (2020). Pembelajaran Daring di Sekolah Menengah Kejuruan Putra Indonesia Malang pada Masa Pandemi COVID-19. Prosiding Seminar Bimbingan Dan Konseling, 0(0), 61–67. Retrieved from http://conference.um.ac.id/index.php/bk2/article/view/81

 

Gagne , R.M., & Briggs, L.J., 1979, Principle of Instructional Design, New. Yorks: Holt Rinehart

 

Rahayu. 2007. Senang Belajar Matematika.Jakarta: Depdikbud.

 

Sugiman. (2009). Pandangan matematika sebagai aktivitas insani beserta dampak pembelajarannya. Prosiding of SemNas Matematika dan Pendidikan Matematika,FMIPA UNY, P-26.

 

Sanjaya Ridwan. 2020. Pembelajaran Daring dimasa Darurat. bendan luwur semarang:universitas Katolik soegijapranata

 

Malik, A. R., Emzir, E., & Sumarni, S. (2020). Pengaruh Strategi Pembelajaran Mobile Learning Dan Gaya Belajar Visual Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman Siswa Sma Negeri 1 Maros. Visipena, 11(1), 194-207.

 

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/masa-pandemi-pembelajaran-di-masa-pandemi-covid-19/

 

Indri Puspita, 2020. Meningkatkan Strategi Metode Luring. ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/

 

https://kbbi.kemdikbud.go.id

 

https://bdkjakarta.kemenag.go.id/berita/efektivitas-pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-covid-19

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar