BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keragaman atau
kemajemukan merupakan kenyataan
sekaligus keniscayaan dalam kehidupan dimasyarakat keragaman
merupakan salah satu realita utama yang dialami masyarakat dan
kebudayaan dimasa silam, kini dan diwaktu-waktu mendatang. Sebagai fakta,
keragaman sering disikapi secara berbeda disatu sisi diterima sebagai fakta yang
dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi disisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar,
namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat
sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Di Indonesia, berbagai
konflik antar suku bangsa, antar penganut
keyakinan, keagamaan, atau antar kelompok telah memakan korban jiwa dan
raga serta harta benda, seperti kasus sambas, Ambon, Poso, dan Kalimantan Tengah.
Masyarakat majemuk Indonesia belum
menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian
dan demokratis.
Persoalan-persoalan tersebut
sering muncul akibat adanya dominasi sosial
oleh suatu kelompok adanya dominasi
sosial ditujukan kepada struktur dalam sisem hirarki sosial suatu kelompok didalamnya
ditetapkan satu atau sejumlah kecil dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi teratas dan satu atau sejumlah
kelompok subordinat pada posisi paling bawah diantara kelompok-kelompok yang
ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikkan yang lebih besar dalam pembagian
nilai-nilai social yang berlaku. Adanya dominasi social ini dapat mengakibatkan konflik
social yang lebih tajam.
Negara bangsa
Indonesia yang terdiri
dari berbagai kelompoketnis, budaya, agama, dapat disebut sebagai masyarakat multicultural Berbagai keragaman
masyarakat Indonesia terwadahi
dalam bentuk negara
kesatuan republik
Indonesia ( NKRI ) yang terbentuk
dengan karakter utama mengakui
pluralitas dan kesetaraan warga
bangsa NKRI dan kesetaraan warga
bangsa. NKRI yang mengakui beragaman dan
menghormati kesetaraan adalah
pilihan terbaik untuk mengantarkan masyarakat Indonesia pada pencapaian kemajuan peradabannya.
Berdasarkan kurikulum 2013,pembelajaran harus tuntas KKM.
KKM untuk mapel PKN
kelas 7F adalah
70 materi keberagaman dalam masyarakat
Indonesia di harapkan 85 % siswa
dapat tuntas KKM, namun kenyataannya
pada pembelajaran materi keberagaman
dalam masyarakat Indonesia.siswa
kelas 7F yang tuntas hanya 50 %
dari 30 siswa
7F.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan teori pembelajaran bahwa
didalam kurikulum 2013, siswa
harus tuntas pembelajaran, maka penulis
mengajukan permasalahan sebagai berikut:
“Apakah dengan menggunakan model
Pembelajaran Jigsaw dapat menghasilkan ketuntasan dalam materi keberagaman
dalam masyarakat Indonesia pada siswa kelas 7F semester 2 tahun
pelajaran 2020 / 2021”.
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah
diatas adalah untuk mendiskripsikan penerapan Model Pembelajaran
Jigsaw dalam ketuntasan pembelajaran mata pelajaran PPKn materi keberagaman dalam
masyarakat Indonesia pada siswa 7F
semester 2 SMP Negeri 16 Pekalongan tahun
pelajaran 2020 /2021.
D. Manfaat
Adapun yang menjadi
manfaat penulisan best practise ini adalah:
a. Bagi Siswa
a)
Siswa menjadi lebih siap untuk PPKn
dengan penerapan Model Pembelajaran Jigsaw.
b)
Dengan Menggunakan strategi penerapan Model Pembelajaran Jigsaw dapat menuntaskan hasil belajar siswa terhadap materi keberagaman dalam
masyarakat Indonesia.
c)
Meningkat rasa percaya diri
siswa, sehingga menjadi lebih berani untuk tampil didepan publik
d)
Menumbuhkan kesadaran untuk saling
bekerja sama dan lebih berprestasi
b. Bagi Guru
a)
Guru menjadi lebih kreatif dalam
menciptakan strategi, metode maupun teknik yang inovatif dalam
menyelesaikan masalah pembelajaran.
b)
Lebih cepat tanggap akan karakteristik
dan kebutuhan siswa sesuai dengan pencapaian tujuan. Dengan kata lain situasi
ini dapat membantu guru dalam mengetahui kelemahan siswa dengan mudah.
c)
Meningkatkan
kualitas pengajaran untuk membuat kelas enjoyable.
d)
Memperoleh Pengalaman yang berarti
c. Bagi Sekolah :
a)
Dapat digunakan sebagai umpan balik
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
b)
Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
di sekolah.
c)
Dapat meningkatkan prestasi sekolah
melalui peningkatan prestasi belajar siswa dan kinerja guru.
d)
Dapat dijadikan sebagai referensi bahan
pembelajaran selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Jigsaw
a. Pengertian Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Sudrajat
( 2010, Hal. 5 ) Menjelaskan bahwa
pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw
adalah suatu tipe
pelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam
satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Zairi ( 2008, Hal.56 ) menjelaskan bahwa
model pembelajaran jigsaw merupakan
strategi yang menarik
untuk di gunakan jika materi yang
akan di pelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dalam materi tersebut
tidak mengharuskan urutan
penyampaian kelebihan strategi
ini adalah dapat
melibatkan seluruh peserta didik
dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain.
Sudrajat ( 2008, hal. 1 ) menjelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat di
simpulkan bahwa melalui interaksi
belajar yang efektif siswa lebih
termotivasi percaya diri mampu
menggunakan strategi berfikir
tingkat tinggi,serta mampu membangun
hubungan interpersonal, model
pembelajaran kooperatif jigsaw memungkinkan
semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan
yang relative, sama atau
sejajar.
b. Fungsi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
Nurhadi ( 2004, hal. 112 ) menyatakan bahwa model jigsaw berfungsi :
· Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa dalam pembelajaran yang ingin
dicapai disampaikan pada siswa sekaligus memotivasi
siswa untuk belajar.
· Menyajikaninformasi,
informasi yang ingin
disampaikan dapat di sajikan
kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
· Mengorganisasikansiswa dalam
kelompok - kelompok
Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
fungsi dari metode jigsaw untuk memotivasi siswa untuk belajar, menyajikan informasi melalui demontrasi, mengorganisasikan
siswa dalam kelompok– kelompok.
c. Komponen–komponen pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
Wina
Sanjaya (2010, hal. 52–56) menyebutkan
bahwa terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran yaitu :
·
Guru yang merupakan komponen yang sangat dalam menentukan implementasi
suatu strategi pembelajaran.
·
Siswa merupakan
organism yang unik
yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya yang di pengaruhi pupil
formative experiences dan pupil properties.
·
Sarana dan prasarana, misalnya
media pembelajaran perlengkapan sekolah,
jalan menuju sekolah, kamar kecil dan
lain - lain.
·
Faktor lingkungan
yang terdiri dari
organisasi kelas dan iklim social
psikologis.
d. Langkah -
langkah Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw
Berikut merupakan langkah–langkah pembelajaran
denganTeknik jigsaw menurut Thahari ( 2011, hal .18 )
1) Orientasi
Pendidik
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang
manfaat penggunaan model jigsaw dalam
proses belajar mengajar mengingatkan
senantiasa percaya diri,kritis
kooperatif dalam model belajaran ini, peserta didik diminta belajar, konsep cara keseluruhan
secara untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep (bisa juga pemahaman konsep ini menjadi
tugas yang sebelumnya harus
sudah di baca di rumah).
2) Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 31 siswa, yang
kita tahu kemampuan
akuntansinya dan sudah di ranking (siswa
tidak perlu tahu), kita bagi dalam bagi 25% ( rangking1 – 5 ) kelompok
sangat baik, 25 % ( ranking
6 – 10 ) Selanjutnya (ranking 11 -
15) 25% kelompok sedang (ranking 15–20) rendah .Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 group ( A – E ) yang
isi tiap-tiap groupnya heterogen
dalam kemampuan pendidikan berilah
indek 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik,
indek 3 untuk kelompok sedang, dan indek
4 untuk kelompok rendah, misalkan ( A 1
berarti group A dari
kelompok sangat baik, A4
group A dari
kelompok rendah), Tiap group
akan berisi:
Group A
( A1, A2, A3, A4 )
Group B (
B1, B2, B3, B4 )
Group C (
C1, C2, C3, C4 )
Group D
( D1, D2, D3, D4 )
3) Pembentukan dan
pembinaan kelompok expert Selanjutnya group
itu dipecah menjadi
kelompok yang akan mempelajari
materi yang kita
berikan dan dibina supaya jadi
expert, berdasarkan indeknya.
Kelompok 1 ( A1, A1, A1, A1 )
Kelompok 2 ( A2, B2, B2, B2 )
Kelompok 3 ( A3, A3,A3, A3 )
Kelompok 4 ( A4, A4, A4, A4 )
Tiap kelompok ini
diberi konsep akuntansi sesuai
dengan Kemampuannya diberi materi yang lebih komplek worksheet 1 (pengertian
menurut para ahli
tentang laporan laba/rugi worksheet 2 fungsi
laporan, worksheet 3 macam - macam bentuk laporan
laba / rugi , kelompok ( mengerjakan
soal laporan laba / rugi). Setiap
kelompok di harapkan bisa
belajar topic yang diberikan dengan
sebaik - baiknya sebelum ia kembali kedalam group sebagai
tim ahli “expert“ tentunya peran cukup
penting dalam fase
ini.
e. Kelebihan
dan kekurangan dari penerapan motode kooperatif
Tipe jigsaw
Saputra ( 2011, hal. 32 )
beberapa kelebiha dan kekurangan Model jigsaw
tersebut, diantaranya:
1) Kelebihan penerapan
model jigsaw
· Dapat mengembangkan hubungan
antar pribadi positif di antara
siswa yang memiliki
kemampuan belajar yang berbeda.
· Menerapkan bimbingan
sesama teman
· Rasa harga
diri siswa yang
lebih tinggi
· Memperbaiki kehadiran
· Penerimaan
terhadap perbedaan individu lebih besar
· Sikap apatis
berkurang
· Pemahaman materi lebih
mendalam
· Meningkatkan
motivasi belajar
· Dalam proses belajar mengajar
siswa saling ketergantungan positif.
· Setiap anggota
siswa berhak menjadi
ahli dalam kelompok.
2) Kekurangan Penerapan
Model Jigsaw
· Jika guru
tidak meningkatkan siswa
dalam menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif
dalam kelompok masing - masing, maka dikhawatirkan kelompok akan
macet.
· Jika jumlah anggota kelompok
kurang akan menimbulkan masalah
, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam
menyelesaikan tugas- tugas
dan pasif dalam
diskusi.
· Membutuhkan waktu
yang lebih lama
apalagi bila ada penataan ruang belum
terkondisi dengan baik. Sehingga perlu
waktu untuk merubah posisi
sehingga akan menimbulkan
gaduh.
B.
Mata
Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn )
Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan sebagai Mata
Pelajaran dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral
pancasila, berkonstitusi, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kurikulum 2013,
pembelajaran difokuskan pada pencapaian
tiga tingkat kompetensi, yaitu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dibelajarkan secara utuh. Pada mata
pelajaran PPKn, pengembangan kompetensi tersebut meliputi dimensi Kewarganegaraan, yaitu :
1.
Sikap kewarganegaraan termasuk
keteguhan, komitmen, dan
tanggung jawab kewarganegaraan
(civil commitmen, and civil
responsibility),
2. Pengetahuan
kewarganegaraan.
3. Ketrampilan
kewarganegaraan termasuk kecakapan dan
Partisipasi kewarganegaraan (civil skill
and civic responsibility). Pembahasannya dilakukan secara utuh meliputi
Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika Pembelajaran
Pendidikan dan Kewarganegaraan dirancang berbasis aktivitas, dikaitkan dengan
sejumlah kewarganegaraan yang diharapkan
dapat mendorong peserta didik menjadi warga negara yang
baik melalui kepeduliannya terhadap permasalahan dan tantangan
yang dihadapi masyarakat sekitarnya
(Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan kelas IX SMP / MTs, 2018 ).
C.
Keberagaman Dalam
Masyarakat Indonesia
1.
Faktor Penyebab
Keberagaman Masyarakat Indonesia
Keberagaman Masyarakat Indonesia sudah
menjadi ketetapan Tuhan Yang Maha kuasa. Keberagaman merupakan Anugerah yang
patut disyukuri karena tidak
mudah mengelola keberagaman di
Indonesia. Pemerintahdan
seluruh warga negara Indonesia sebaiknya
mendorong keragaman itu menjadi sebuah kekuatan guna mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Menghormati keberagaman adalah sikap terpuji sebagaimana Tuhan
menciptakan makhluknya yang beraneka ragam pula. Keberagaman dalam masyarakat
menjadi tantangan karena tumbuhnya perasaan
kedaerahan dan kerukunan yang berlebihan dapat mengancam keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Oleh karena itu, upaya
meningkatkan kerukunan antar suku,
pemeluk agama, dan kelompok
- kelompok sosial
lainnya dapat dilakukan melalui dialog dan kerja sama
dengan prinsip kebersamaan kesetaraan, toleransi, dan saling menghormati.
Keberagaman masyarakat Indonesia dipengaruh oleh
beberapa faktor, baik yang datang dari dalam maupun luar masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi oleh
faktor alam, diri
sendiri, dan masyarakat . Secara umum
keberagaman masyarakat indonesia disebabkan oleh
hal- hal sebagai berikut :
a) Letak strategis
wilayah Indonesia
Letak Indonesia yang strategis
yaitu diantara dua samudra pasifik dan samudra
Indonesia serta dua
benua Asia dan Australia mengakibatkan wilayah kita
menjadi jalur perdagangan internasional
lalu lintas perdagangan tidak
hanya membawa komoditas dagang, namun
juga pengaruh kebudayaan mereka terhadap
budaya Indonesia. Kedatangan
bangsa asing yang berbeda ras, kemudian
menetap di Indonesia mengakibatkan
kemajemukan ras, agama,
dan bahasa.
b) Kondisi negara
kepulauan
Negara Indonesia
terdiri atas beribu–ribu pulau yang secara terpisah-pisah. Keadaan ini
menghambat hubungan antar masyarakat dari
pulau yang berbeda - beda. Setiap masyarakat di kepulauan
mengembangkan budaya mereka masing– masing, sesuai dengan
tingkat kemajuan dan lingkungan masing-masing.
c) Perbedaan kondisi
alam
Kondisi alam yang berbeda seperti daerah pantai, pegunungan,
daerah subur, padang rumput, pegunungan,
dataran rendah rawa, dan laut mengakibatkan perbedaan masyarakat. Kondisi
kekayaan alam, tanaman yang dapat tumbuh, hewan yang
hidup di sekitarnya. Masyarakat
di daerah pantai berbeda dengan masyarakat
pegunungan seperti perbedaan
bentuk rumah, mata pencaharian, makanan
pokok, pakaian, kesenian bahkan kepercayaan.
d) Keadaan transportasi
dan komunikasi
Kemajuan sarana transportasi dan komunikasi juga mempengaruhi
perbedaan masyarakat Indonesia. Kemudahan sarana ini membawa masyarakat mudah
berhubungan dengan masyarakat lain,
meskipun jarak dan
kondisi alam yang
sulit sebaliknya sarana yang
terbatas juga menjadi
penyebab keberagaman masyarakat Indonesia.
e) Penerimaan masyarakat
terhadap perubahan
Sikap
masyarakat terhadap sesuatu yang baru
baik yang datang dari dalam maupun
luar masyarakat membawa
pengaruh terhadap perbedaan masyarakat
Indonesia.
2.
Keberagaman Suku
Suku bangsa sering juga disebut etnik, menurut
Koentjaraningrat suku bangsa
berarti kelompok manusia
yang memiliki kesatuan budaya dan terkait
oleh kesadaran dan
identitas tersebut.
Kesadaran dan identitas biasanya
dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Jadi, suku
bangsa merupakan gabungan sosial yang dibedakan dari
golongan – golongan social karena mempunyai ciri-ciri paling
mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul
dan tempat asal
serta kebudayaan. Ciri -ciri mendasar yang membedakan suku bangsa satu dengan lainnya, antara lain
bahasa daerah, adat istiadat, sistem
kekerabatan, kesenian, daerah, dan
tempat asal.
Beberapa
suku bangsa di Indonesia berdasarkan asal daerah tempat tinggal antara lain
di pulau Sumatra terdapat suku Aceh,
Gayo Alas Batak, Minangkabau dan Melayu. Di pulau Jawa terdapat suku Jawa Sunda, Badui, Samin,
sedangkan di kalimantan terdapat suku Dayak
Di Sulawesi terdapat suku Bugis, Manado, Gorontalo, Makasar, Kawasan
Maluku terdapat suku Ambon, Sangit,
Talaud, Ternate, Kawasan Bali dan nusa Tenggara antara
lain suku Bali, Lombok, Bima
dan Timor. Sedangkan di Papua
terdapat suku Asmat
dansuku Dani. Kehidupan social
budaya masyarakat Indonesia sangat
beragam.
3.
Keberagaman Agama
Dan Kepercayaan
Ajaran agama
Hindu dan Budha
di bawa oleh bangsa India yang sudah
lama berdagang dengan
Indonesia. Ajaran agama islam dibawa oleh
pedagang Gujarat dan Persia
sekitar abad ke13. Kedatangan bangsa
Eropa membawa ajaran agama Kristen
dan Katolik, Sedangkan pedagang
dari Cina menganut agama
Kong Hu Chu. Berbagai ajaran agama diterima oleh
bangsa Indonesia.
4.
Keberagaman Ras
Pada umumnya ,manusia di ciptakan dalam kelompok
ras yang berbeda – beda yang
merupakan hak mutlak
Tuhan Yang Maha Esa.
Istilah Ras berasal dari bahasa
Inggris, race. Dalam Undang – Undang
Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Etnis, menyebutkan bahwa ras adalah golongan bangsa
berdasarkan cirri – ciri fisik
dan garis keturunan Setiap
manusia memiliki perbedaan ras dengan manusia
lainnya karena adanya perbedaan
ciri – ciri fisik, seperti
warna kulit, warna dan bentuk
rambut , bentuk muka, ukuran
badan, bentuk badan, bentuk dan
warna mata,dan ciri fisik
yang lain.
5.
Keberagaman Antargolongan
Struktur masyarakat Indonesia
menurut Syarif Moeis (2008) ditandai dengan
dua ciri atau
dua titik pandang, pertama secara horizontal ditandai oleh
kenyataan adanya kesatuan-kesatuan social berdasarkan perbedaan–perbedaan suku bangsa, agama adat istiadat ,dan kedaerahan.
Secara verticald itandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Dalam sosiologi,
adanya lapisan dalam
masyarakat itu disebut dengan kelas
social. Adanya perbedaan kelas dalam
lapisan masyarakat, menyebabkan terjadinya penggolongan kelas kelas secara bertingkat. Hal itu di
wujudkan dalam kelas tinggi kelas sedang dan
kelas rendah dengan ditandai oleh
adanya keseimbangan dalam pembagian hak
dan kewajiban individu dan kelompok
didalam suatu sistem sosial .
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Masalah yang dihadapi
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus
keniscayaan dalam kehidupan dimasyarakat
keragaman merupakan salah
satu realita utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan diwaktu-waktu
mendatang. Sebagai fakta keragaman sering disikapi secara berbeda di
satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap
sebagai faktor penyulit. Kemajemukan
mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa
menjadi pemicu konflik yang
dapat merugikan masyarakat
sendiri jika tidak di kelola
dengan baik..
Di Indonesia,
berbagai konflik antar suku bangsa,
antar penganut keyakinan, keagamaan, atau antar
kelompok telah memakan korban jiwa
dan raga serta harta
benda, seperti kasus ambas Ambon, Poso, dan Kalimantan Tengah. Masyarakat majemuk
Indonesia belum menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan demokratis.
Persoalan-persoalan
tersebut sering muncul akibat adanya dominasi social oleh
suatu kelompok. Adanya dominasi sosial ditujukan kepada
struktur dalam sisem
hirarki sosial suatu kelompok didalamnya
ditetapkan satu atau sejumlah kecil dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi teratas dan satu atau sejumlah
kelompok subordinat pada posisi
paling bawah diantara kelompok
- kelompok yang
ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikkan yang lebih besar dalam pembagian
nilai–nilai social yang berlaku. Adanya dominasi social ini dapat mengakibatkan
konflik social yang lebih tajam.
Negara bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok Etnis, budaya, agama, dapat
disebut sebagai masyarakat Multicultural. Berbagai keragaman masyarakat
Indonesia terwadahi dalam bentuk negara
kesatuan republik Indonesia ( NKRI ) yang terbentuk
dengan karakter utama mengakui Pluralitasdan kesetaraan warga bangsa. NKRI yang mengakui keragaman dan menghormati kesetaraan adalah pilihan terbaik untuk masyarakat
Indonesia pada pencapaian kemajuan
peradabannya.
Berdasarkan kurikulum 2013, pembelajaran harus tuntas KKM KKM
untuk mapel PKN
kelas 7F adalah 70 materi keberagaman dalam masyarakat Indonesia diharapkan 85 % siswa
dapat tuntas KKM, Namun kenyataannya pada pembelajaran materi keberagaman dalam
masyarakat Indonesia siswa kelas 7F yang
tuntas hanya 66 % dari
30 siswa kelas
7F.
Tabel.1
Nilai Siswa kelas VII F pada
Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran
Jigsaw
No. |
Nama Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1. |
Agus Sulaiman Saputra |
65 |
Belum Tuntas |
2. |
Andra Setiawan |
77 |
Tuntas |
3. |
Annisa
Zahra Safitri |
70 |
Tuntas |
4. |
Dandi
Pujianto |
60 |
Belum
Tuntas |
5. |
Dinda
Ayu Pratiwi |
65 |
Belum Tuntas |
6. |
Dewi
Nahdiyatul Mufidah |
76 |
Tuntas |
7. |
Endarto Budi Santoso |
68 |
Belum
Tuntas |
8. |
Fitri Oktaviani |
70 |
Tuntas |
9. |
Gilang Farisqi Jaftin |
68 |
Belum Tuntas |
10. |
Khabi Prasetyo |
72 |
Tuntas |
11. |
Khairotun Fitriyah |
73 |
Tuntas |
12. |
Lukluk Fitriani |
72 |
Tuntas |
13. |
M. Aliful Fuadain |
75 |
Tuntas |
14. |
M.Rafa
Alfani Hadi |
69 |
Belum Tuntas |
15. |
Misbakhul Ulum |
73 |
Tuntas |
16. |
Moh.Alvaro Putu A |
82 |
Tuntas |
17. |
Miuhammad Faisal |
81 |
Tuntas |
18. |
Muhammad Mufid |
80 |
Tuntas |
19. |
Muhammad
Rifqi .K |
77 |
Tuntas |
20 |
Muhammad
Fais |
78 |
Tuntas |
21 |
Naiya Ockta Safitri |
71 |
Tuntas |
22 |
Niken Gladysia |
72 |
Tuntas |
23 |
Raditya Rasya .P |
76 |
Tuntas |
24 |
Rizki
Indah Lestari |
70 |
Tuntas |
25. |
Raj Abdillah |
65 |
Belum
Tuntas |
26. |
Sabila Putri Khaira |
74 |
Tuntas |
27. |
Septi Ayu Ramadani |
80 |
Tuntas |
28. |
Setya
Amar Prayoga |
58 |
Belum
Tuntas |
29 |
Sohiban AlFahri |
83 |
Tuntas |
30 |
Uswatun Khasanah |
70 |
Tuntas |
. |
Nilai rata – rata |
72,33 |
Tujuh
Dua, Tiga Tiga |
Keterangan:
Jumlah siswa yang tuntas
KKM = 22 siswa (73,33 %)
Jumlah siswa yang tidak tuntas KKM = 8 siswa
(26,67 %)
Nilai rata –
rata = 72,33
B. Cara Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil
prestasi belajar tersebut, penulis mengubah strategi pembelajaran yang sudah
dilakukan. Salah satunya dengan mengganti metode mengajar yang awalnya
menggunakan metode konvensional atau ceramah dimana guru menjadi pusat
pembelajaran, menjadi metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa.
Metode tersebut adalah metode pembelajaran Jigsaw. Harapannya dengan metode ini
dapat meningkatkan kompetensi siswa pada pelajaran PPKn, khususnya pada materi Keberagaman
dalam Masyarakat Indonesia.
Langkah-langkah yang
dilakukan penulis dalam pembelajaran adalah menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menyesuaikan dalam model pembelajaran Jigsaw,
menyiapkan bahan dan evaluasi pembelajaran. Kemudian membagi siswa menjadi lima
kelompok sesuai dengan materi Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia yang
terdiri dari lima keberagaman dengan menunjuk salah satu anggota kelompok
menjadi pakar atau ahli dalam kelompoknya. Tahap awal dalam pembelajaran adalah
mengumpulkan para pakar atau ahli dari masing-masing kelompok untuk mengkaji
materi yang akan diselesaikan, yakni Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia.
Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar (ahli) kembali ke
kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang
dipelajari dalam kelompok pakar (ahli) sesuai dengan tema yang menjadi
permasalahan dalam kelompoknya. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam
“home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari.
Hasil prestasi
belajar siswa kelas VII F setelah menggunakan model pembelajaran jigsaw dapat
dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
Nilai Siswa kelas VII F pada
Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia Setelah Menggunakan Model Pembelajaran
Jigsaw
No. |
Nama
Siswa |
Nilai |
Keterangan |
1. |
Agus Sulaiman Saputra |
72 |
Tuntas |
2. |
Andra Setiawan |
77 |
Tuntas |
3. |
Annisa
Zahra Safitri |
80 |
Tuntas |
4. |
Dandi
Pujianto |
60 |
Belum
Tuntas |
5. |
Dinda
Ayu Pratiwi |
70 |
Tuntas |
6. |
Dewi
Nahdiyatul Mufida |
82 |
Tuntas |
7. |
Endarto Budi Santoso |
70 |
Tuntas |
8. |
Fitri
Oktaviani |
75 |
Tuntas |
9. |
Gilang Farisqi Jaftin |
68 |
Belum Tuntas |
10. |
Khabi Prasetyo |
80 |
Tuntas |
11. |
Khairotun Fitriyah |
78 |
Tuntas |
12. |
Lukluk Fitriani |
80 |
Tuntas |
13. |
M. Aliful Fuadain |
75 |
Tuntas |
14. |
M.Rafa
Alfani Hadi |
75 |
Tuntas |
15. |
Misbakhul Ulum |
78 |
Tuntas |
16. |
Moh.Alvaro Putu A |
85 |
Tuntas |
17. |
Miuhammad Faisal |
85 |
Tuntas |
18. |
Muhammad Mufid |
90 |
Tuntas |
19. |
Muhammad
Rifqi .K |
85 |
Tuntas |
20 |
Muhammad
Fais |
80 |
Tuntas |
21 |
Naiya Ockta Safitri |
75 |
Tuntas |
22 |
Niken Gladysia |
78 |
Tuntas |
23 |
Raditya Rasya .P |
67 |
Belum Tuntas |
24 |
Rizki
Indah Lestari |
78 |
Tuntas |
25. |
Raj Abdillah |
75 |
Tuntas |
26. |
Sabila Putri Khaira |
80 |
Tuntas |
27. |
Septi Ayu Ramadani |
90 |
Tuntas |
28. |
Setya
Amar Prayoga |
68 |
Belum
Tuntas |
29 |
Sohiban AlFahri |
85 |
Tuntas |
30 |
Uswatun Khasanah |
75 |
Tuntas |
. |
Nilai rata – rata |
77,2 |
Tujuh tujuh, dua |
Keterangan:
Jumlah siswa yang
tuntas KKM = 26 siswa (86,67 %)
Jumlah siswa
yang tidak tuntas KKM = 4 siswa
(13,33 %)
Nilai rata –
rata = 77,2
Berdasarkan tabel 2
diatas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VII F yang terdiri
dari 30 siswa pada materi Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia dengan
menggunakan metode pembelajaran jigsaw adalah 77,2. Sedangkan dengan KKM 75,
banyaknya siswa yang telah mencapai KKM atau tuntas adalah 26 siswa dan
banyaknya siswa yang belum mencapai KKM atau tidak tuntas adalah 4 siswa.
Sehingga diperoleh prosentase ketuntasan minimalnya adalah 86,67 % dan
prosentase ketidaktuntasannya adalah 13,33 %.
Perbandingan hasil
prestasi belajar sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model
Jigsaw dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3
Perbandingan hasil belajar
siswa kelas VII F sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada
materi Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia
No. |
Nama
Siswa |
Nilai Sebelum Menggunakan pembelajaran jigsaw |
Nilai Setelah Menggunakan pembelajaran jigsaw |
Keterangan |
1. |
Agus Sulaiman S |
65 |
72 |
Naik
dan tuntas |
2. |
Andra Setiawan |
77 |
77 |
Tetap
dan tuntas |
3. |
Annisa
Zahra S |
70 |
80 |
Naik
dan tuntas |
4. |
Dandi
Pujianto |
60 |
60 |
Belum
Tuntas |
5. |
Dinda
Ayu P |
65 |
70 |
Naik danTuntas |
6. |
Dewi
Nahdiyatul M |
76 |
82 |
Naik
dan Tuntas |
7. |
Endarto Budi S |
68 |
70 |
Naik dan Tuntas |
8. |
Fitri
Oktaviani |
70 |
75 |
Naik dan Tuntas |
9. |
Gilang Farisqi J |
68 |
68 |
Belum Tuntas |
10. |
Khabi Prasetyo |
72 |
80 |
Naik dan Tuntas |
11. |
Khairotun Fitriyah |
73 |
78 |
Naik dan Tuntas |
12. |
Lukluk Fitriani |
72 |
80 |
Naik dan Tuntas |
13. |
M. Aliful Fuadain |
75 |
75 |
Tetap
dan Tuntas |
14. |
M.Rafa
Alfani Hadi |
69 |
75 |
Naik dan Tuntas |
15. |
Misbakhul Ulum |
73 |
78 |
Naik dan Tuntas |
16. |
Moh.Alvaro Putu A |
82 |
85 |
Naik dan Tuntas |
17. |
Miuhammad Faisal |
81 |
85 |
Naik dan Tuntas |
18. |
Muhammad Mufid |
80 |
90 |
Naik dan Tuntas |
19. |
M. Rifqi .K |
77 |
85 |
Naik dan Tuntas |
20 |
Muhammad
Fais |
78 |
80 |
Naik dan Tuntas |
21 |
Naiya Ockta Safitri |
71 |
75 |
Naik dan
Tuntas |
22 |
Niken Gladysia |
72 |
78 |
Naik dan
Tuntas |
23 |
Raditya Rasya .P |
67 |
67 |
Belum Tuntas |
24 |
Rizki
Indah Lestari |
70 |
78 |
Naik dan
Tuntas |
25. |
Raj Abdillah |
65 |
75 |
Naik dan Tuntas |
26. |
Sabila Putri Khaira |
74 |
80 |
Naik dan
Tuntas |
27. |
Septi Ayu R. |
80 |
90 |
Naik dan Tuntas |
28. |
Setya
Amar P. |
58 |
68 |
Belum
Tuntas |
29 |
Sohiban AlFahri |
83 |
85 |
Naik dan
Tuntas |
30 |
Uswatun Khasanah |
70 |
75 |
Naik dan Tuntas |
. |
Nilai rata – rata |
72,33 |
77,2 |
Naik dan
Tuntas |
Berdasarkan hasil analisis data tabel 3, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
siswayang pembelajarannya belum menggunakan model jigsaw dengan
yang pembelajarannya sudah menggunakan model pembelajaran jigsaw adalah
72,33 .Sedangkan nilai rata - rata hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran jigsaw adalah 77,2 artinya
ada kenaikan nilai
rata - rata 4,87 Selain itu ,juga ada kenaikan
prosentase ketuntasan minimal sebesar
13,4 % dari semula 73,33 %
menjadi 86,7 % . Hal ini
menunjukkan bahwa prestasi
belajar PKn dengan menggunakan model
pembelajaran jigsaw lebih
tinggi dibandingkan prestasi belajar
PKn sebelum menggunakan model pembelajaran jigsaw .Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model
pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam
Melaksanakan Strategi Yang Dipilih
Adapun kendala- kendala yang dihadapi saat melaksanakan program ini adalah
sebagai berikut:
1.
Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
merubah pola pikir (mind set) siswa terhadap pelajaran PPKn yaitu dengan
menganggap PPKn itu membosankan. Melalui pendekatan-pendekatan dengan pemberian
motivasi untuk meyakinkan mereka, bahwa PPKn tidak membosankan akhirnya mereka
termotivasi dan tertarik dalam pembelajaran PPKn.
2.
Fasilitas yang masih kurang sehingga membutuhkan waktu
yang lebih lama
apalagi bila ada penataan ruang belum
terkondisi dengan baik.
Sehingga perlu waktu
untuk merubah posisi
sehingga akan menimbulkan
gaduh.
3.
Masih banyak siswa yang tidak mau
mengikuti kegiatan ini terutama bagi yang putra. Jika jumlah anggota kelompok kurang
akan menimbulkan masalah, misal
jika ada anggota yang hanya
membonceng dalam menyelesaikan tugas - tugas dan pasif
dalam diskusi.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Simpulan
a) Nilai rata- rata
hasil belajar siswa
sebelum menggunakan model pembelajaran jigsaw adalah 72,33. Sedangkan
prosentase ketuntasan minimalnya adalah
73,33 %.
b) Nilai rata– rata
hasil belajar siswa
dengan menggunakan model Pembelajaran
jigsaw adalah 77,2. Sedangkan prosentase ketuntasan minimalnya adalah 86,7 %.
c) Nilai rata – rata hasil
belajar siswa sebelum
menggunakan model
pembelajaran jigsaw adalah 72,33
.Sedangkan nilai rata – rata hasil hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran jigsaw adalah 77,2 .
d) Ada kenaikan
nilai rata– rata sebesar
4,87 setelah menggunakan model pembelajaran
jigsaw dalam pembelajaran, yaitu
dari semula 72,33 menjadi
77,2 .Sedangkan kenaikan prosentase
ketuntasan minimal adalah 13,4 %
dari semula 13,4%
menjadi 86,7 %.
B.
Saran
a) Guru dapat memilih strategi atau model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan tingkat perkembangan kognitif dan afektif siswa.
b) Bahwa hasil makalah ini bisa untuk referensi yang disimpan di perpustakaan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar