Kamis, 02 Mei 2024

PENINGKATAN PEMAHAMAN MEMBACA TEKS RECOUNT MENGGUNAKAN TEKNIK NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 16 PEKALONGAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.      Latar Belakang Masalah

Bahasa asing yang menjadi pokok pelajaran di Indonesia salah satunya adalah Bahasa Inggris, tidak hanya di tingkat SMA dan SMP pelajaran ini pun telah dipelajari di tingkat SD. Hal ini disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cenderung berasal dari negara-negara yang menggunakan bahasa ini, sehingga kita perlu penguasaan atas bahasa tersebut.

Tujuan utama pengajaran bahasa Inggris di tingkat menengah adalah untuk memberi siswa kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Untuk belajar bahasa Inggris, para siswa harus menguasai empat keterampilan, yakni: Berbicara, Mendengarkan, Menulis dan Membaca (Permendiknas No.23, 2006). Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, membaca adalah salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai para siswa. Nunan (1998: 33) menyatakan bahwa membaca adalah proses decoding symbol tertulis, bekerja dari sebuah unit yang lebih kecil (huruf perorangan) sampai yang lebih besar (kata, klausa, dan kalimat). Membaca sekarang merupakan cara penting untuk mengakses informasi, jadi membaca itu penting. Meski saat ini adalah era modern dimana sarana komunikasi modern seperti telepon dan televisi ada, halaman cetak belum diganti. Membaca berarti membuka jendela yang lebih lebar ke dunia luar.

Salah satu indikator pencapaian pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris SMP Kelas VIII, yaitu pada kompetensi dasar (KD) Menerapkan struktur teks dan unsur kebahasaan untuk melaksanakan fungsi sosial teks recount dengan menyatakan dan menanyakan tentang kegiatan, kejadian, dan peristiwa, pendek dan sederhana, sesuai dengan konteks penggunaannya, adalah memahami Teks recount pendek dan sederhana tentang kegiatan, kejadian, dan peristiwa. Di dalam indikator tersebut tercakup materi tingkat ketercapaian fungsi sosial teks teks recount tentang kegiatan, kejadian, dan peristiwa, pendek dan sederhana, tingkat kelengkapan dan keruntutan dalam menyebutkan dan menanyakan tentang kegiatan, kejadian, dan peristiwa dalam teks recount serta tingkat ketepatan unsur kebahasaan: tata bahasa, kosa kata, ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, kerapihan tulisan tangan.

Bagi sebagian besar siswa, jika mulai dihadapkan dengan materi membaca dan mendengarkan teks-teks tersebut untuk memahami isi pesannya, mereka akan segera pesimis dan terlebih dahulu menganggap materi tersebut sulit.

Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan karena akan menciptakan situasi pembelajaran yang tidak efektif. Di saat itulah peran seorang guru diperlukan. Guru dituntut untuk bisa membawa siswanya keluar dan menepis anggapan-anggapan tersebut.

Materi membaca dan mendengarkan teks-teks tersebut untuk memahami isi pesannya sebenarnya merupakan materi yang cukup mudah untuk dikuasai oleh siswa, asalkan siswa bisa atau mampu memahami konsep teks recount.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep isi pesannya. Hal ini mungkin juga tidak lepas dari adanya lemahnya siswa dalam mengidentifikasi fungsi sosialnya, struktur teks (termasuk gagasan utama dan informasi rinci) dari setiap teks tersebut.

Kelemahan pemahaman oleh siswa terletak dalam membaca dan mendengarkan teks-teks tersebut untuk memahami isi pesannya maka siswa akan langsung menerjemahkan bacaannya, padahal seharusnya siswa harus memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari setiap teks tersebut. Rendahnya pemahaman ini penulis temukan dalam refleksi awal penelitian ini, dimana dari 32 siswa di kelas VIII A, hanya 5 siswa yang bisa memahami penjelasan dari guru, atau hanya 15.63% saja. Data ini dibuktikan dari hasil evaluasi siswa dimana hanya 5 orang siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (70) dan 27 siswa lainnya memperoleh nilai di bawah KKM.

Kelemahan pemahaman konsep teks recount yang dialami oleh sebagian besar siswa ini membuat penulis termotivasi untuk segera berusaha mencari jalan keluar, agar dalam pembelajaran materi teks recount tersebut bias berjalan efektif. Oleh karena itu penulis menggunakan tehnik pembelajaran Numbered Head Togather (NHT).

Salah satu teknik yang tepat untuk pembelajaran membaca adalah Teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut Arends (1998: 322) Numbered Heads Together (NHT) adalah teknik yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam meninjau materi yang dibahas dalam pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang konten pelajaran. Itu bisa diaplikasikan dalam mengajar belajar membaca di kelas VIII karena bisa meningkatkan motivasi siswa dan mereka bisa mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan.

Penggunaan tehnik pembelajaran Numbered Head Togather (NHT) ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep teks recount bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya kelas VIIIA.

 

B.       Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan proses pembelajaran Bahasa Inggris materi teks recount di kelas VIII A semester II, didapatkan hasil yang masih kurang. Data ini diperoleh dari hasil evaluasi pada tahap prasiklus/observasi awal yaitu nilai rata-rata kelas sebesar 59.41 dan hanya 5 dari 32 siswa kelas VIII A yang mampu mencapai ketuntasan belajar yaitu dengan memperoleh nilai≥70 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi ini. Jika keadaan ini dibiarkan maka proses pembelajaranakan kurang berhasil. Oleh karena itu perlu segera diadakan perbaikan dalam proses pembelajarannya.

Bertolak dari hal itu, penulis dengan dibantu teman sejawat mengidentifikasi masalah-masalah terhadap kekurangan dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris materi teks recount ini. Berdasarkan hasil refleksi terungkap hal-hal sebagai berikut:

1.      Siswa kurang berminat pada proses pembelajaran.

2.      Siswa tidak bersemangat dan bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.

3.      Siswa tidak aktif dalam pembelajaran.

4.      Siswa belum memahami materi yang disampaikan guru.

5.      Metode pembelajaran yang diterapkan kurang sesuai.

6.      Belum menggunakan media pembelajaran.

7.      Sebagian besar siswa (26 orang) tidak tuntas belajar, dan nilai rata-rata kelas yang masih rendah.

 

C.      AnalisisMasalah

Dari hasil identifikasi masalah di atas, yang menjadi faktor penyebabnya adalah:

1.      Pembelajaran yang dilakukan guru masih konvensional, sehingga siswa kurang berminat dan tidak bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

2.      Guru kurang tepat dalam memilih tehnik pembelajaran.

3.      Belum menggunakan media pembelajaran.

4.      Guru kurang maksimal dalam membangkitkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

 

D.      Rumusan Masalah dan Pemecahannya

Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penggunaan tehnik pembelajaran Numbered Head Togather (NHT) dapat meningkatkan pemahaman konsep teks recount pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan tahun pelajaran 2017/2018?

Pemecahan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan pembelajaran kepada siswa tentang cara memahami teks recount dengan menggunakan tehnik pembelajaran Numbered Head Togather (NHT).

 

E.       Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep teks recount pada siswa kelas      VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan tahun pelajaran 2017/2018.

 

F.       Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoretis

Dapat digunakan sebagai bahan penelitian dan pengembangan penelitian sejenis lainnya.

2.      Manfaat Praktis

a.    Bagi Siswa, dapat mempermudah memahami konsep teks recount dan meningkatkan hasil belajar khususnya pengetahuan tentang memahami isi pesan.

b.    Bagi Guru, dapat memacu kreatifitas guru dalam menggunakan tehnik pembelajaran yang efektif guna membantu proses pembelajaran

c.   Bagi Sekolah, merupakan sumbangan positif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Inggris.

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

 

A.      Landasan Teoretis

1.         Pemahaman Membaca

Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep  dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan (Purwanto, 1997:44)

Syafrudin (2003:105) menyatakan bahwa pemahaman berarti kemampuan untuk menerjemahkan, menginterpretasi (menafsirkan), mengekstrapolasi (mengungkapkan makna dibalik suatu kalimat) dan menghubungkan diatas fakta atau konsep.

Menurut Anderson, siswa dikatakan telah memahami jika mereka dapat membangun pengertian instruksional dalam bentuk lisan, tulisan maupun dalam bentuk grafik. Siswa dikatakan paham ketika mereka membangun hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan yang terdahulu (Ningsih 2009:8). Lebih lanjut Anderson mengemukakan indikator kemampuan pemahaman sebagai berikut:

 

 

a.    Menafsirkan (interpreting)

Siswa dapat menafsirkan jika mereka mampu mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain

b.    Memberikan contoh (exemplifying)

Siswa dapat memberikan  contoh atau gambaran khusus tentang suatu konsep maupun prinsip.

c.    Mengklasifikasi (classifying)

Siswa dapat menentukan bahwa sesuatu masuk dalam kategori atau kelompok tertentu.

d.   Menyimpulkan (summarizing)

Siswa mampu memberikan sebuah pernyataan yang mewakili informasi yang telah disajikan.

e.    Menduga (inferring)

Dikatakan dapat menduga disini jika siswa dapat menduga atau menemukan pola dalam sebuah baris atau deret dari contoh yang diberikan.

f.     Membandingkan (comparing)

Siswa dapat mengenali persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi-situasi tertentu.

g.    Menjelaskan (explaining)

Siswa mampu membangun dan menggunakan model sebab dan akibat dari sebuah sistem atau teori (Ningsih 2009 : 9-10).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis mengambil indikator pemahaman yang dikemukakan oleh Anderson, yaitu menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasi, menyimpulkan, menduga, membandingkan, dan menjelaskan.

Jadi peningkatan pemahaman dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa dalam menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasi, menyimpulkan, menduga, membandingkan, dan menjelaskan sebuah konsep.

2.         Teks Recount

Teks recount adalah salah satu dari jenis teks bahasa Inggris yang menceritakan kembali kejadian-kejadian atau pengalaman-pengalaman di masa lampau. Tujuan dari Teks recount adalah untuk memberikan informasi atau untuk menghibur pembaca. Didalam Teks recount tidak terdapat komplikasi (Complication) seperti halnya di Narrative Text.

Tujuan komunikatif Teks recount seperti penjelasan diatas adalah untuk melaporkan peristiwa, kejadian atau kegiatan dengan tujuan memberitakan atau menghibur tentunya tanpa ada konflik didalam cerita tersebut.

Struktur generik dalam Teks Recount terdiri dari :

a)        Orientation

Orientation atau pengenalan yaitu memberikan informasi tentang siapa, di mana, dan kapan peristiwa atau kegiatan itu terjadi di masa lampau.

b)        Events

Events merupakan rekaman peristiwa yang terjadi, yang biasanya disampaikan dalam urutan kronologis, seperti "In the first day, I ... .And in the next day ... . And In the last day ..." .Di bagian Events ini juga biasanya terdapat komentar pribadi tentang peristiwa atau kejadian yang diceritakan.

c)        Reorientation

Pada bagian Reorientation, terdapat pengulangan pengenalan yang ada di Orientation, pengulangan yang merangkum rentetan peristiwa, kejadian atau kegiatan yang diceritakan.

Terdapat beberapa ciri-ciri kebahasaan yang mungkin akan teman-teman temukan ketika membaca sebuah Teks recount. Ciri-ciri kebahasaan dari Teks recount tersebut adalah:

·           Menggunakan PastTense.Misalkan we went to zoo,I was happy, etc.

·           Menggunakan Conjunction dan Time Connectives untu mengurutkan peristiwa atau kejadian. Misalnya and, but, the, aftar that, etc.

·           Menggunakan Adverbs dan Adverbial Phrase untukmengungkapkan tempat, waktu dan cara. Misalkan yesterday,at my house, slowly, etc.

·           Menggunakan Action Verbs. Misalkan went, slept, run, brought, etc.

3.         Tehnik Pembelajaran

Teknik pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Hamzah B Uno bahwa teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni.

Slamet menjelaskan teknik pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi (pengajaran). Dengan kata lain, teknik pembelajaran merupakan suatu rencana bagaimana melaksanakan tugas belajar mengajar yang telah diidentifikasikan (hasil analisis) sehingga tugas tersebut dapat memberikan hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa teknik pembelajaran merupakan situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dengan menampilkan teknik teknik pembelajaran kolaboratif Numbered Head Togather (NHT).

4.         Tehnik Pembelajaran Numbered Head Togather (NHT)

Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered  Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Tehnik ini memberikan kesempatan pada  siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Tehnik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1)        Hasil belajar akademik stuktural: Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2)        Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3)        Pengembangan keterampilan sosial: Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :

a)        Pembentukan kelompok;

b)        Diskusi masalah;

c)        Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah dalam pembelajaran NHT yang dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) dibagi menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

1)        Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2)        Memperbaiki kehadiran

3)        Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4)        Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5)        Konflik antara pribadi berkurang

6)        Pemahaman yang lebih mendalam

7)        Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

8)        Hasil belajar lebih tinggi

Kelebihan dari model ini, sebagaimana dijelaskan oleh Hill (!993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

 

 

 

B.       Kerangka Berpikir

Kelemahan yang dihadapi siswa dalam materi pembelajaran memahami teks recount adalah lebih banyak terletak pada pemahaman akan konsep teks recount dan pesan yang ada didalamnya, sehingga sebagian besar siswa mengalami kelemahan pemahaman akan konsep teks recount ini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis mencoba menggunakan tehnik pembelajaran Numbered Head Togather (NHT), dimana dengan penggunaan tehnik pembelajaran ini diharapkan akan bisa meningkatkan pemahaman konsep teks recount.

 

C.      Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Penggunaan tehnik pembelajaran Numbered Head Togather (NHT) dapat meningkatkan pemahaman konsep teks recount pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 16 Pekalongan tahun pelajaran 2017/2018.

 

 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

 

A.      Setting dan Subjek Penelitian

1.    Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri16 Pekalongan, tepatnya di kelas VIII A tahun pelajaran 2017/2018. Waktu penelitian adalah pada semester II tahun pelajaran 2017/2018, dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2017, dengan alasan karena pada bulan tersebut adalah saat penyampaian materi teks recount. Adapun jadual waktu kegiatan penelitiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Waktu Kegiatan Penelitian

 

No

Kegiatan

April

Mei

Juni

1

2

3

4

5

1

2

3

4

1

2

1.

Penyusunan proposal

x

X

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Revisi proposal

 

 

x

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Persiapan penelitian

 

 

 

x

x

 

 

 

 

 

 

4.

Pra Siklus

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

 

5.

Tindakan Siklus I

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

 

6.

Tindakan Siklus II

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

 

7.

Interpretasi, penyimpulan data

 

 

 

 

 

 

 

 

x

 

 

8.

Penyusunan laporan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

x

x

 

 

                           

2.    Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri16 Pekalongan Tahun pelajaran 2017/2018, dengan jumlah siswa 32 orang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Kelas ini dijadikan subjek penelitian karena merupakan kelas yang hasil belajarnya paling rendah dibandingkan kelas VIII lainnya.

3.    Pihak yang Membantu Penelitian

Pihak-pihak yang membantu penelitian tindakan kelasini adalah:

a.    Bapak Sunarto, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri16 Pekalongan.

b.    Bapak Muh. Amirudin, S.Pd selaku teman sejawat dan kolaborator dalam penelitian ini.

c.    Rekan-rekan guru SMP Negeri 16 Pekalongan yang memberikan dorongan moral juga saran dan masukan yang positif untuk penelitian ini.

 

B.       Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK), artinya objek penelitian ini adalah proses pembelajaran yang merupakan interaksi antara guru, siswa, dan bahan ajar.

Penelitian ini menggunakan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi.

 

 

1.      Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (4 x 40 menit). Adapun tahapan dalam siklus I ini adalah sebagai berikut:

a.       Perencanaan

Perencanaan ini merupakan refleksi awal dari kegiatan penelitian. Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran pra siklus, maka disusun perencanaan sebagai berikut:

1)      Menyusun Rencana Program Pembelajaran

2)      Menyiapkan tehnik pembelajaran Numbered Head Togather

3)      Menyiapkan Lembar Kerja Siswa

4)      Menyiapkan nomer tiap kelompok dan buku sumber

5)      Membagi siswa menjadi kelompok besar dengan jumlah 8 siswa tiap kelompok.

6)      Menyusun lembar observasi, dan pedoman wawancara.

7)      Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan materi.

b.      Pelaksanaan

1)      Peneliti (guru) membuka pembelajaran dengan kegiatan apersepsi yaitu menanyakan kepada siswa berapa besar kemampuan siswa dalam memahami teks recount?

2)      Selanjutnya Peneliti (guru) memotivasi siswa dengan menampilkan bentuk-bentuk teks recount melalui LCD proyektor.

3)      Kemudian Peneliti (guru) menyampaikan tujuan pembelajaran.

4)      Membagi siswa menjadi kelompok besar dengan jumlah 8 siswa tiap kelompok dan memeberi nomer pada masing-masing kelompoknya.

5)      Peneliti (guru) menjelaskan mengenai teks recount.

6)      Siswa menyimak dan mengeksplorasi materi dari penjelasan guru.

7)      Pada pertemuan kedua siswa diberikan soal evaluasi tentang teks recount.

c.       Observasi

1)      Peneliti (guru) dan kolaborator/observer mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran.

2)      Mengamati perilaku siswa saat mengerjakan soal evaluasi.

3)      Mengoreksi dan mengamati hasil evaluasi pembelajaran siswa.

4)      Mengamati dan mencatat jawaban siswa yang diwawancara.

d.      Refleksi

1)      Menganalisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siswa untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I

2)      Peneliti (guru) dan kolaborator/observer mendiskusikan hasil analisis untuk kegiatan pembelajaran pada siklus II.

3)      Berdasarkan analisis data dan diskusi dengan kolaborator, peneliti dan kolaborator menemukan satu treatment yang akan dilakukan dalam pembelajaran siklus II yaitu dengan mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 4-5 dengan satu orang siswa yang dianggap pandai untuk menjadi tutor sebaya pada kelompoknya masing-masing.

2.      Siklus II

Siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (4 x 40 menit). Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

a.       Perencanaan

Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka disusun perencanaan sebagai berikut:

1)      Menyusun Rencana Program Pembelajaran dengan pembagian kelompok siswa dan penunjukan tutor sebaya.

2)      Menyiapkan tehnik pembelajaran teks recount

3)      Menyiapkan lembar kerja siswa

4)      Menyiapkan nomor tiap kelompok dan buku sumber

5)      Menyusun lembar observasi, dan pedoman wawancara.

6)      Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan materi.

 

 

 

b.      Pelaksanaan

1)      Peneliti (guru) membuka pembelajaran dengan kegiatan apersepsi yaitu menanyakan kepada siswa ada berapa bentuk-bentuk teks recount?

2)      Selanjutnya Peneliti (guru) memotivasi siswa dengan bercerita tentang teks recount pada situasi-situasi tertentu.

3)      Kemudian Peneliti (guru) menyampaikan tujuan pembelajaran.

4)      Peneliti (guru) menjelaskan bentuk-bentuk dan pesan yang terkandung dalam teks recount.

5)      Siswa menyimak dan mengeksplorasi materi dari penjeslasan guru.

6)      Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa dan diberikan nomer pada masing-masing kelompoknya.

7)      Salah satu siswa pada masing-masing kelompok ditunjuk sebagai tutor sebaya.

8)      Masing-masing kelompok mencoba memhami bentuk-bentuk teks recount dengan dibimbing oleh tutor sebaya.

9)      Pada pertemuan kedua siswa diberikan soal evaluasi bentuk-bentuk teks recount.

 

 

 

c.       Observasi

1)      Peneliti (guru) dan kolaborator/observer mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran.

2)      Mengamati siswa setelah dikelompokkan dan setelah ada tutor sebaya.

3)      Mengamati perilaku siswa saat mengerjakan soal evaluasi.

4)      Mengoreksi dan mengamati hasil evaluasi pembelajaran siswa.

5)      Mengamati dan mencatat jawaban siswa yang diwawancara.

 

d.      Refleksi

1)      Menganalisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siswa untuk membuat simpulan terhadap pelaksanaan siklus II.

2)      Membandingkan hasil tes evaluasi pembelajaran pada siklus II dengan siklus I.

3)      Refleksi aktivitas yaitu dengan cara memperhatikan kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang dicatat pada lembar observasi dan dibandingkan dengan hasil observasi yang dicapai siswa pada siklus I, sebagai upaya evaluasi yang dilakukan guru dan kolabolator dalam penelitian tindakan kelas.

4)      Peneliti (guru) dan kolaborator/observer mendiskusikan terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah dirancang.

5)      Menelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah secara optimal

 

C.      InstrumenPenelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrument tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa soal tertulis, yaitu soal-soal yang berkaitan dengan pemahaman konsep teks recount. Sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi, dan pedoman wawancara.

 

D.      TeknikPengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dilakukan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Teknik non tes yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan diperuntukkan bagi seluruh siswa. Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran dan digunakan untuk mengungkap data penyebab kesulitan dan hambatan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.

 

E.       TeknikAnalisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan data-data yang diperoleh dari prasiklus, siklus I, dan siklus II, dimana terdiri dari dua teknik analisis data yaitu teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes. Analisis data tes secara kuantitatif dilakukan dengan merekap skor yang diperoleh siswa, menghitung skor rata-rata kelas, dan menghitung persentase. Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes di siklus I dan siklus II ini kemudian dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase pemahaman siswa tentang teks recount.

Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang sifatnya kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil data non tes. Data kualitatif dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi, dan wawancara. Analisis data ini dilakukan dengan menelaah seluruh data non tes yang diperoleh.

 

F.       IndikatorKeberhasilan

Keberhasilan dalam penelitian ini diukur dari adanya peningkatan pemahaman siswa tentang konsep teks recount, baik secara individual maupun klasikal. Keberhasilan individual ditentukan dengan nilai minimal yang harus dicapai oleh siswa adalah 70 (KKM), sedangkan keberhasilan klasikal adalah siswa yang mendapat nilai 70 setidaknya berjumlah 85% dari seluruh siswa di kelas yang diteliti ini.

Indikator keberhasilan ditetapkan kriteria bahwa semakin meningkat perolehan hasil tes pada kategori diatasnya menunjukkan kriteria peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada siklus II kategori paham lebih besar daripada siklus I berarti terjadi peningkatan yang positif sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

 

Tabel 3.2

Kualifikasi Tingkat Pemahaman

 

KATEGORI

INTERVAL NILAI

Sangat Paham

91 – 100

 

Paham

70 – 90

 

Kurang Paham

61 – 69

 

Tidak Paham

0 – 60

 

 

Penelitian ini akan dihentikan jika ≥ 75% siswa dikelas tersebut sudah mencapai kategori paham (70-90) atau sangat paham (91-100.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar