Selasa, 02 September 2014




 JUARA II TK. KOTA PEKALONGAN
BIDANG TEKNOLOGI REKAYASA
EKSTRAK BUNGA PACAR AIR (IMPATIENS BASALMINA) SEBAGAI INDIKATOR SEDERHANA UJI FORMALIN




LAPORAN PENELITIAN ILMIAH
Disusun dalam rangka untuk mengikuti LPIR
(Lomba Penelitian Ilmiah Remaja)
Tahun 2014












PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMP NEGERI 16 KOTA PEKALONGAN

Jl. Ampera Km. 1 Kelurahan Duwet – Pekalongan Selatan (0285) 7939039
BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Perkembangan zaman menghasilkan berbagai ide dan inovasi baru. Keadaan tersebut membawa manusia pada berbagai kemajuan di bidang ekonomi, kesehatan, bioteknologi dan lain sebagainya. Salah satu kemajuan yang memiliki dampak positif dan negatif adalah kemajuan di bidang pengolahan makanan, yaitu dalam bentuk kaleng maupun botol. Teknologi pengolahan makanan ini biasanya menggunakan zat pengawet, baik alami maupun sintetis. Tidak hanya makanan kaleng saja tetapi juga telah merambah pada industri makanan pada tingkat keluarga, seperti halnya industri tahu dan tempe disekitar lingkungan sekolah kami, yakni Kelurahan Duwet Pekalongan Selatan disinyalir banyak menggunakan bahan pengawet. Bahan pengawet dicampurkan dalam makanan untuk memperpanjang daya tahan suatu makanan.
Bahan pengawet makanan adalah bahan (senyawa) yang ditambahkan kedalam makanan dan minuman yang bertujuan untuk mencegah atau menghambat terjadinya kerusakan makanan oleh kehadiran organisme. Tujuan umum pemberian bahan pengawet ke dalam makanan dan minuman adalah untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan.
Zat pengawet alami aman digunakan untuk makanan dan tidak bersifat toksik, seperti gula, garam, cuka, kunyit dan bahan alami lainnya. Pengawet sintetis yang aman digunakan untuk makanan diantaranya Asam Benzoat, Kalium Nitrit, Kalium Propionat, BHA, Natrium Metasulfat, Asam Propionat, Asam Askorbat dan Kalium Asetat.
Beberapa pengawet makanan dan minuman yang diizinkan berdasarkan Permenkes No. 722/1988 adalah berupa senyawa kimia seperti asam benzoate, kalium bisulfit, kalium meta bisulfit, kalkum nitrat, kalium nitrit, belerang dioksida, asam sorbat, asam propionate, kalium propionate, kalium sorbat, kalium sulfite, kalsium benzoit, kalsium propionate, kalsium sorbat, natrium benzoate, metal-p-hidroksi benzoit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitrit, natrium propionate, natrium sulfite, nisin, dan propel-p-hidroksibenzoat. Namun penggunaannya harus sesuai dengan takaran yang dianjurkan, karena jika digunakan dalam takaran yang berlebihan dapat berbahaya bagi kesehatan.
Penggunaan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan mulai berkurang. Hal ini disebabkan harga pengawet tersebut cukup tinggi dibandingkan jenis formalin. Selain murah dari segi harga, penggunaan formalin dapat memperbaiki tekstur makanan. Beberapa makanan ditemukan menggunakan formalin diantaranya bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie dan daging ayam.
Formalin termasuk kelompok senyawa disinfektan kuat yang dapat membasmi berbagai bakteri pembusuk dan biasanya digunakan sebagai pengawet mayat. Penggunaan formalin dalam bahan makanan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gejala langsung, seperti rasa panas pada mulut; kerongkongan; isophagus dan lambung. Selain itu, gejala lain yang ditimbulkan adalah rasa sakit yang sangat, pingsan mendadak, diare, kerusakan hati, bahkan kematian.
Bahaya memunculkan larangan penggunaan formalin pada bahan makanan. Namun pada kenyataannya, di pasaran masih banyak ditemukan berbagai makanan yang masih menggandung formalin. Oleh sebab itu, berbagai upaya pengujian banyak dilakukan untuk mengurangi peredaran makanan berformalin di masyarakat. Pengujian formalin yang dilakukan diantaranya dengan analisis spektrofotometer visibel, maupun dengan menggunakan reagensia seperti Fuchsin, Reagen Tollens, Fehling, KMnO4 0,1 N + NaHSO3 0,1 N dan KMnO4 0,1 N. Pengujian tersebut masih terbatas skala laboratorium, sehingga masyarakat umum sulit untuk menguji secara mandiri, terutama di masyarakat sekitar Kelurahan Duwet Pekalongan Selatan yang mayoritas tingkat pendidikan penduduknya masih rendah.
Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya pengujian sederhana terhadap formalin yang dapat dilakukan oleh masyarakat umum, dengan cara yang mudah dan biaya yang murah. Adapun inovasi yang ditawarkan adalah dengan menggunakan ekstrak bunga dari tanaman Pacar Air (Impatiens basalmina) yang berpotensi sebagai indikator sederhana uji formalin pada makanan. Bunga pacar air mengandung antosianin yang dapat digunakan dalam pengujian asam basa. Sehingga diharapkan inovasi tersebut dapat mempermudah masyarakat untuk membedakan antara makanan berformalin dan non formalin.

1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1)        Deskripsi proses dan hasil pengujian formalin dengan menggunakan ekstrak bunga pacar air.
2)        Kendala dan cara mengatasi yang dihadapi dalam proses pengujian formalin dengan menggunakan ekstrak bunga pacar air.

1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1)        Bagaimanakah proses dan hasil pengujian formalin dengan menggunakan ekstrak bunga pacar air?
2)        Kendala apakah yang dihadapi dalam proses pengujian formalin dengan menggunakan ekstrak bunga pacar air dan bagaimanakah cara mengatasi kendala tersebut?

1.4  Gagasan Kreatif dan Inovatif
Tanaman Pacar air berasal dari India. Di Indonesia ditanam sebagai tanaman hias, kadang-kadang ditemukan tumbuh liar bahkan hanya menjadi semak belukar.
Tanaman ini mengandung berbagai senyawa yang sangat bermanfaat terutama ekstrak bunga yang mengandung antosianin, untuk pengujian asam-basa. Hal inilah yang mendasari ide untuk memanfaatkan bunga pacar air sebagai bahan penguji formalin pada makanan.
Salah satu kemajuan yang memiliki dampak positif dan negatif adalah kemajuan di bidang pengolahan makanan yang biasanya menggunakan zat pengawet, baik alami maupun sintetis. Penggunaan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan mulai berkurang. Hal ini disebabkan harga pengawet tersebut cukup tinggi dibandingkan jenis formalin. Senyawa ini termasuk disinfektan kuat yang dapat membasmi berbagai bakteri pembusuk, namun berbahaya bagi kesehatan jika digunakan dalam bahan makanan. Oleh sebab itu pengujian sederhana terhadap formalin sangat diperlukan.

1.5  Tujuan dan Manfaat
1)   Tujuan
·      Untuk mengetahui potensi Ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens basalmina) sebagai indikator sederhana pengujian formalin pada makanan.
·      Untuk mengetahui hasil proses pengujian kandungan formalin pada makanan dengan ekstrak bunga pacar air.
·      Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam cara dan proses pengujian kandungan formalin pada makanan dengan ekstrak bunga pacar air.
2)   Manfaat
·      Memberikan informasi mengenai cara dan proses pengujian kandungan formalin pada makanan dengan ekstrak bunga pacar air.
·      Memberikan informasi mengenai dan kendala yang dihadapi dalam cara dan proses pengujian kandungan formalin pada makanan dengan ekstrak bunga pacar air.









BAB II
TELAAH PUSTAKA


2.1    Formalin
Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% – 40%. Formalin atau senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO, yang biasanya ditambahkan 10-15% metanol sebagai stabilisator. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon yang terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Larutan formaldehid mempunyai nama dagang formalin, formol, atau mikrobisida. Formalin merupakan cairan jernih tidak berwarna dengan bau yang menusuk, uap dapat merangsang selaput lendir hidung, tenggorokan dan mempunyai rasa yang membakar. Bobot tiap milliliter adalah 1,08 gram dan dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter.
H
C                     O
H

Gambar 1. Struktur Kimia Formalin
Formalin merupakan larutan yang digunakan sebagai desinfektan. Selain itu juga digunakan dalam industri tekstil untuk mencegah bahan menjadi kusut dan meningkatkan ketahanan bahan tenunan. Besarnya manfaat formalin di bidang industri ternyata disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM.
Beberapa makanan yang biasanya ditambahkan dengan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie dan daging ayam. Formalin sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, tidak hanya dikonsumsi melainkan kontak terhadap formalin. Gangguan kesehatan yang terjadi akibat kontak dengan formalin tergantung pada cara masuk zat tersebut dalam tubuh. Kontak dengan formalin dapat menyebabkan luka bakar jika mengenai kulit, iritasi pada saluran pernafasan bila terhirup uapnya dalam konsentrasi yang tinggi, maupun reaksi alergi dan bahaya kanker. Sedangkan penggunaan formalin dalam bahan makanan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gejala langsung, seperti rasa panas pada mulut; kerongkongan; isophagus dan lambung. Selain itu, gejala lain yang ditimbulkan adalah rasa sakit yang sangat, pingsan mendadak, diare, kerusakan hati dan gangguan pada saluran pencernaan. Penggunaan formalin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian dalam waktu 3 jam.

2.2    Antosianin
Antosianin adalah suatu kelas dari senyawa flavonoid yang secara luas terbagi dalam polifenol tumbuhan. Flavonoid, flavan-3-ol, flavon, flavanon dan flavanonol adalah kelas tambahan flavonoid yang berbeda dalam oksidasi dari antosianin.
Gambar 2. Struktur Kimia Antosianin
Secara kimia, antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga flavonoid dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih besar yaitu polifenol. Beberapa senyawa antosianin yang banyak ditemukan adalah pelargonidin, peonidin, sianidin, malvidin, petunidin dan delfinidin. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan primer, chelator dan scavenger terhadap superoksida anion.
Aktivitas antioksidan antosianin dipengaruhi oleh sistem yang digunakan sebagai substrat dan kondisi yang dipergunakan untuk mengkatalisis reaksi oksidasi. Antosianin bersifat amfoter yang memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam mau pun dalam basa. Dalam media asam, antosianin berwarna merah seperti halnya saat dalam vakuola sel dan berubah menjadi ungu dan biru jika media bertambah basa. Perubahan warna karena perubahan kondisi lingkungan ini tergantung dari gugus yang terikat pada struktur dasar dari posisi ikatannya.
Kadar keasaman (pH) suatu sistem akan sangat mempengaruhi aktivitas antioksidan antosianin. pH juga akan mempengaruhi stabilitas dari antosianin disamping berpengaruh terhadap warna dari antosianin tersebut. Senyawa tersebut lebih stabil pada pH asam dibanding dalam pH netral atau basa. Warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari tingkat keasaman (pH) lingkungan sekitar sehingga pigmen ini dapat dijadikan sebagai indikator pH melalui uji titrasi asam basa. Warna yang ditimbulkan adalah merah (pH 1), biru kemerahan (pH 4), ungu (pH 6), biru (pH 8), hijau (pH 12), dan kuning (pH 13). Dalam suasana asam, antosianin berwarna merah-oranye sedangkan dalam suasana basa antosianin berwarna merah muda/pink, merah, merah tua hingga ke arah jingga.
Antosianin adalah pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Sesuai namanya (bahasa inggris: anthocyanin, dari gabungan kata Yunani: anthos: bunga dan cyanos: biru), pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah dan daun tumbuhan hijau. Antosianin telah banyak digunakan sebagai pewarna, khususnya minuman, karena banyak pewarna sintetis diketahui bersifat toksik dan karsinogenik. Menurut JEFCA (Join FAO/WHO Expert ommitte on Food Additives) telah menyatakan bahwa ekstrak yang mengandung antosianin efek toksisitasnya rendah. Antosianin juga bermanfaat bagi kesehatan manusia, termasuk mengurangi resiko penyakit jantung koroner, resiko stroke, aktifitas antikarsinogen, efek anti-inflammatory, memperbaiki ketajaman mata dan memperbaiki perilaku kognitif.
Antosianin banyak ditemukan pada pangan nabati yang berwarna merah, ungu, merah gelap seperti pada beberapa buah, sayur maupun umbi. Beberapa sumber antosianin telah dilaporkan seperti buah mulberry, blueberry, cherry, blackberry, rosela, kulit dan sari buah anggur. Antosianin juga terdapat pada beberapa jenis bunga seperti bunga kana, bunga mawar, bunga kembang sepatu dan mahkota bunga pacar air. Pigmen antosianin bunga pacar air merah efektif diekstrak dengan pelarut air (aquades) dan asam sitrat dengan perbandingan 9:1.

2.3    Pacar Air (Impatiens Basalmina)
Pacar air (Impatiens basalmina) adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini termasuk herba dengan batang basah dan tergolong dalam famili Balsaminaceae. Pacar air bersinonim dengan I. Corcuta L., I. Mutila Dc., I. Trifora Blanco, Basalmina mutila Dc. Nama daerah pacar air antara lain : Kimhong (Jakarta), Lahine dan Parunai (Sumatera), Pacar cai, Pacar Air, Pacar Banyu (Jawa), Pacar Foya, Pacar Aik (Nusa Tenggara), Tilanggele Duluku dan Kolending Ungga-Ayu (Sulawesi), Bunga Jebelu, Glabebe, Gofu, Laka dan Bunga Tahoianai Anyer (Maluku).
Tanaman ini adalah tanaman tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang berwarna putih, merah, ungu atau merah jambu. Bentuk bunganya menyerupai bunga anggrek kecil dengan batang yang tebal dan daun yang bergerigi di bagian tepinya. Adapun klasifikasi Pacar Air (Impatiens basalmina) :
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)
Super Divisi     : Spermatophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (Berkeping Dua)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Geraniales
Famili              : Balsaminaceae
Genus              : Impatiens
Speses              : Impatiens basalmina L.
Di Indonesia, tanaman ini sangat mudah ditemukan dan sering dipakai sebagai tanaman hias maupun dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Bagian tanaman pacar air yang dapat digunakan sebagai obat adalah bagian biji, bunga, daun dan akar karena memiliki kandungan kimia yang berkhasiat.
Gambar 3. Tanaman Pacar Air (Impatiens basalmina)
Biji bermanfaat sebagai peluruh haid (emenagog), terlambat datang haid (amenorrhea), mempermudah persalinan (parturifasien) dan kanker saluran pencernaan bagian atas. Bunga berkhasiat untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan akibat terpukul (hematoma), bisul (furunculosis), rematik sendi, gigitan ular berbisa, radang kulit. Bagian daun untuk mengobati keputihan (leucorrhoea), nyeri haid (dysmenorrhoea), radang usus buntu kronis (cronic appendicitis), tulang patah / retak (fraktur) dan radang kulit (dermatitis). Sedangkan akar digunakan sebagai peluruh haid, antiinflamasi (antiradang), kaku leher dan sakit pinggang (lumbago).
Biji terdapat kandungan kimia berupa saponin dan fixed oil. Bunga mengandung anthocyanins (antosianin), cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaemphenol, quercetin. Daun mengandung minyak atsiri, alkaloid, damar, garam mineral dan tanin. Sedangkan akar mengandung cynadin mono- glicoside.













BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN


3.1    Alat dan Bahan
a.    Alat
·      Mortar dan Pastle, untuk menghaluskan bahan
·      Pipet tetes, untuk mengambil larutan
·      Cawan petri, untuk menempatkan bahan yang akan diuji
·      Kertas saring, untuk mempermudah pengamatan warna
·      Perasan, untuk memeras jeruk nipis
·      Gunting, untuk memotong kertas saring
·      Kamera digital, untuk mendokumentasi kegiatan penelitian
·      Alat tulis, untuk mempermudah dalam pengumpulan data

b.    Bahan
·      Bunga Pacar Air (Impatiens basalmina), untuk bahan ekstraksi
·      Air, untuk pelarut ekstraksi
·      Tahu, untuk bahan pengujian formalin
·      Formalin, untuk membedakan tahu berformalin dan non formalin
·      Jeruk nipis, untuk diperas dan diambil sarinya sebagai pengganti asam sitrat.

3.2    Metode Penelitian
Metode penelitian secara eksperimental, meliputi: variable, analisis, dan cara kerja disertai studi literatur.
a.    Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni Mei sampai Juni 2014, dan berlokasi di laboratorium SMP Negeri 16 Pekalongan.

b.   Variabel dan analisis
Variabel yang digunakan antara membandingkan perlakuan dan ulangan, dengan analisis deskriptif.
c.    Cara Kerja
·      Tahu sebanyak 9 buah disiapkan dalam praktikum ini, dengan 6 buah tahu direndam dalam formalin dan 3 tahu tidak direndam.
·      Tahu direndam dalam formalin selama 10 menit.
·      Bunga pacar air dihaluskan dengan menggunakan mortar dan pastle, kemudian ditambahkan air sebanyak 6 ml sebagai pelarut.
·      Ekstrak bunga pacar air diambil sebanyak 4,5 ml; kemudian dicampur dengan air perasan jeruk nipis sebanyak 0,5 ml.
·      Kertas saring yang telah dipotong persegi, direndam dalam campuran ekstrak pacar air dan perasan jeruk nipis selama 5 menit. Hingga kertas saring barwarna ungu merata.
·      Letakan 9 tahu yang telah disiapkan ke masing-masing cawan petri untuk pengamatan.
·      Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian, antara lain :
Cawan A:   Tahu non formalin yang diberi kertas saring yang tidak
direndam dalam ekstrak pacar air.
Cawan B:   Tahu non formalin yang diberi kertas saring dengan
ekstrak pacar air.
Cawan C:   Tahu berformalin yang diberi kertas saring dengan
ekstrak pacar air.
·      Penelitian dilakukan 3 kali ulangan pada masing-masing perlakuan
·      Amati perubahan kertas warna setelah 15 menit.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1    Hasil
4.1.1        Proses dan Hasil Pengujian Formalin dengan Ekstrak Bunga Pacar Air
4.1.1.1 Proses Pengujian Formalin dengan Ekstrak Bunga Pacar Air
Proses pengujian formalin dengan ekstrak bunga pacar air yang pertama kali dilakukan adalah menyediakan alat dan bahan sesuai pada bab III Bahan dan Metode Penelitian.
Bahan yang disiapkan, meliputi: bunga pacar air yang kita temukan disekitar lingkungan Kelurahan Duwet, tahu yang berasal dari industri rumah tangga Kelurahan Duwet, jeruk nipis, air, dan formalin. Formalin ini disiapkan untuk pengujian apabila dalam pengujian tahu dari industri rumah tangga tidak mengandung formalin, sehingga harus diberi formalin agar bisa diketahui hasilnya setelah pemberian bahan pengawet berupa formalin.
Alat yang diperlukan dalam pengujian ini, meliputi : Mortar dan Pastle untuk menghaluskan bahan apabila tidak ada bisa digunakan alat penumbuk lain, agar bunga pacar air bisa kita ambil ekstraknya. Pipet tetes atau bila tidak ada bisa menggunakan sendok, untuk mengambil larutan atau ekstrak bunga pacar air yang telah dicampur dengan air perasan jeruk nipis. Cawan petri atau wadah untuk menempatkan bahan yang akan diuji. Kertas saring, untuk mempermudah pengamatan warna, kertas ini dapat direoleh di apotek. Perasan yan digunakan untuk memeras jeruk nipis. Gunting, untuk memotong kertas saring. Kamera digital, untuk mendokumentasi kegiatan penelitian. Alat tulis, untuk mempermudah dalam pengumpulan data.
Bila semua bahan dan alat sudah tersedia, maka tahapan pertama adalah menumbuk bunga pacar air sampai halus dengan diberi air sebanyak 6 ml serta memeras jeruk nipis, kemudian campurkan kedua bahan tersebut dengan pipet tetes sesuai komposisi, yaitu: larutan ekstrak bunga pacar air sebanyak 4,5 ml dan air perasan jeruk nipis sebanyak 0,5 ml. Apabila tidak ada pipet dapat pula digunakan sendok, dengan takaran 1: ¼.
Langkah selanjutnya potong kertas saring sesuai dengan ukuran cawan atau wadah. Selanjutnya masukkan tahu atau makanan yang akan diuji dalam wadah yang telah diberi larutan ekstrak bunga pacar air dicampur air perasan jeruk nipis dan kertas saring sebagai indikator ada tidaknya formalin. Dalam waktu tertentu ± 15 menit maka kertas saring sebagai indikator akan menunjukkan warna yang berbeda. Warna ungu tua sampai biru bila tidak mengandung formalin dan warna ungu muda sampai merah muda, bila mengandung formalin.    
4.1.1.2  Hasil Proses Pengujian Formalin dengan Ekstrak Bunga Pacar Air
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, didapat data sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Warna Kertas dari Berbagai Perlakuan dan
Ulangan
Perlakuan
A
B
C
Ulangan 1
Putih
Ungu kebiruan
Ungu muda
Ulangan 2
Putih
Ungu tua
Ungu muda
Ulangan 3
Putih
Ungu kebiruan
Merah muda

Data penelitian menunjukan pada perlakuan A dengan tahu non formalin dan kertas saring tanpa ekstrak, menghasilkan warna putih atau tetap tanpa perubahan. Perlakuan B dengan tahu non formalin dan kertas saring dengan ekstrak, menghasilkan warna ungu tua hingga ungu kebiruan. Sedangkan perlakuan C dengan tahu berformalin dan kertas saring dengan ekstrak, menghasilkan warna ungu muda hingga merah muda.

4.1.2        Kendala dan Cara Mengatasinya dalam Proses Pengujian Formalin dengan Ekstrak Bunga Pacar Air
Setiap daerah di Indonesia memiliki nama lain untuk tanaman yang ini. Di Sumatera, tanaman ini dikenal dengan nama lahine atau paruinai. Di Jawa, lebih dikenal dengan pacar cai (Sunda), pacar banyu (Jawa) atau kimhong (Jakarta).  Sedangkan di Bali dan Nusa Tenggara disebut pacar foya, pacar aik dan di daerah Sulawesi di kenal dengan bunga taho, bunga jebulu (Halmahera Selatan)  atau inai anyer di Maluku.
Kendala yang ditemui dalam penelitian ini adalah sulitnya dalam pengadaan bunga pacar air, karena banyak masyarakat yang menganggap tanaman ini adalah gulma atau semak belukar atau tanaman tidak bermanfaat, sehingga hanya dibiarkan atau bahkan malah dibersihkan. Untuk itu perlunya budidaya tanaman tersebut. Hanya saja, dalam pemeliharaannya pun membutuhkan ketekunan karena yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air dan kelembapan. Tanaman ini merupakan salah satu bunga yang tidak dapat tumbuh jika kekurangan air dan sangat peka terhadap hama. Apabila  kondisi lingkungan tumbuhnya optimal (tanah dengan kandungan liat tinggi, lembap, drainase baik dan kaya akan humus), akan membuat tanaman ini rajin berbunga, sehingga pantas lah kalau tanaman ini mendapat julukan Bussy Lizzie (Lizzie yang sibuk) (http://efarming.info/2013/03/pacar-air-impatiens-balsamina-l/).

4.2    Pembahasan
Warna yang ditimbulkan dari perlakuan berbeda-beda karena adanya antosianin dalam ekstrak pacar air. Warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari tingkat keasaman (pH) lingkungan sekitar sehingga pigmen ini dapat dijadikan sebagai indikator pH melalui uji titrasi asam basa. Warna yang ditimbulkan adalah merah (pH 1), biru kemerahan (pH 4), ungu (pH 6), biru (pH 8), hijau (pH 12), dan kuning (pH 13).
Berdasarkan hasil dapat dibahas bahwa pada kertas saring yang berwarna putih merupakan kontrol warna, dalam pH netral. Kertas saring yang berwarna ungu kebiruan menandakan tahu bersifat basa, sedangkan warna kertas saring yang berwarna merah muda menandakan tahu bersifat asam. Dapat diketahui bahwa tahu non formalin bersifat asam, sedangkan tahu berformalin bersifat basa. Formalin sendiri bersifat asam karena mengandung asam formiat akibat oksidasi formaldehida.





























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrak bunga Pacar Air (Impatiens basalmina) memiliki potensi sebagai indikator sederhana pengujian formalin pada makanan.

5.2    Saran
Pengembangan dan pemanfaatan ekstrak bunga pacar air sebagai bahan pengujian formalin pada makanan, perlu adanya perhatian dari pemerintah atau instansi terkait. Khususnya masyarakat, perlunya informasi dan penyuluhan menganai manfaat bunga pacar air dan cara pembudidayaannya serta tata cara pengujian formalin pada makanan dengan ekstrak bunga pacar air. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha preventif kepada masyarakat untuk mengetahui makanan yang mengandung formalin, karena dapat berdampak pada kesehatan masyarakat. 













DAFTAR PUSTAKA

Adfa, M. 2007. “Senyawa Antibakteri Dari Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina Linn.)”. Jurnal Gradien Vol.4 No.1 Januari 2008 : 318-322

Arifin, Anshoril ,2012, Pengawet Makanan Sintetis, http://avicenna91.blogspot.com/2012/08/pengawet-makanan- sintesis.html.

Arifin, Zainal, Tri Budhi Murdiati dan R. Firmansyah, 2005, Deteksi Formalin dalam Ayam Broiler di Pasaran. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005.

Ariviani, Setyaningrum, 2010, Kapasitas Anti Radikal Ekstrak Antosianin Buah Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp) Segar dengan Variasi Proporsi Pelarut, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan UNS. Caraka Tani XXV No.1 Maret 2010.

Cahyadi, Wisnu, 2009, Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Bumi Aksara, Jakarta.

Davletshina, T.A., Shul gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G. and Pivnentoko, T.N., (2003), Inhibitory Effect of an Antimicrobial Preparation from Lipids Of Marine Fishes on Tissue and Microbial Enzimes, Applied Biochemistry and Microbiology, 39 ( 6 ): 596-598.

Dolaria, Nanik dan Helena Manik, 2007, Uji Validasi pada Analisis Formalin Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS, Buletin Tek. Lit. Akuakultur Vol. 6 No 1 Tahun 2007.

Endrikat, S., Gallagher, G., Pouillot, R. G., Quesenberry, H.H., Labarre, D., Schroeder, C.M., and Kause, J., 2010, A Comparative Risk Assesment for Listeria monocytogenes in Prepackaged versus Retail- Sliced Deli Meat, Journal of Food Protection, 73 ( 4 ): 612- 619.

Hamdani, 2012, Formalin, http://catatankimia.com/formalin.html.

Marsitta, Utary, 2012, Antosianin. http://utarymarsitta.blogspot.com

Susanto, I. 2009. “Pacar Air”.(online) http://www.ibnususanto.wordpress.com diakses 07 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar