PENERAPAN MEMBACA
SINTOPIKAL UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL READING
GUIDE
(PTK Pada SiswaKelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan)
Muhammad Yusron, S. Pd
SMP
Negeri 16 Pekalongan
Abstrak
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
mengembangkan ketrampilan proses pembelajaran yang menuntut siswa mandiri
dengan menumbuhkan karakter melalui
kegiatan membaca pada matapelajaran IPS. Analisis data secara diskriptif dengan
mengkomparatifkan nilai tes antar siklus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan karakter baik berkorelasi terhadap kenaikan hasil belajar
siswa. Sejumlah 32 anak kelas IX Cyang terdiri dari 14 putra dan 18 putri
mengalami peningkatan dalam karakter dari siklus I kesiklus II data penelitian
menunjukkan adanya kenaikan sebesar 77,21%. Sedangkan untuk hasil belajar siswa
dari data penelitian menunjukkan peningkatan dengan tingkat ketuntasan klasikal
sebesar 87,5% dan rata-rata 78,26. Kesimpulan bahwa pemilihan model
pembelajaran disesuaikan karakteristik materi dan kondisi siswa, dengan
fasilitasi untuk terus membaca sintopikal gunamembentuk karakter, sehingga prestasi
hasil belajar menjadi maksimal.
Kata Kunci:
hasil belajar, karakter, ketuntasan kriteria minimal, membaca sintopikal
PENDAHULUAN
Makna membaca secara luas tidak hanya membaca buku saja,
melainkan juga membaca situasi,kondisi, alam, bahkan antar pribadi (Nugroho,
2005). Hal ini menunjukkan bahwa membaca harus dijadikan sebagai suatu budaya,
khususnya dikalangan siswa. Sekolah dituntut mampu menumbuhkan budaya tersebut
agar dapat menciptakan SDM yang berkarakter dengan pengetahuan yang luas.
Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berkenaan
dengan fenomena dinamika sosial, budaya, dan ekonomi yang menjadi bagian integral dalam kehidupan
masyarakat dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, baik dalam skala
kelompok masyarakat, lokal, nasional, regional dan global. Untuk itu diperlukan
adanya inovasi pembelajaran yang mampu menumbuhkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental
yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil
mengatasi masalah sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun masyarakat.
Upaya untuk menumbuhkan karakter dan meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IXC SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS
dilakukan dengan berbagai macam cara, namun demikian, hasil pembelajaran pada
evaluasi awal di semester I tahun 2012/2013 dengan KKM 75 untuk kelas IX C (pra
siklus) diperoleh nilai, bahwa 87,5% masih dibawah KKM, sedangkan sisanya 12,5%
memperoleh nilai diatas KKM, dengan nilai rata-rata 54,1 serta rata-rata
tingkat karakter siswa dari masing-masing aspek baru mencapai 6,9 dengan
kategori baik sekali. Hal ini perlu ditingkatkan menjadi sebaliknya atau bahkan
lebih tinggi lagi. Adapun faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah:(1)
pembelajaran lebih ditekankan pada pengumpulan pengetahuan tanpa
mempertimbangkan ketrampilan dan pembentukan sikap dalam pembelajaran, (2)
kurangnya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan bernalarnya
melalui diskusi kelompok, (3) sasaran belajar ditentukan oleh guru sehingga
pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa.
Penyempurnaan PBM IPS dicobakan dengan mengimplementasikan
penerapan membaca sintopikal dengan model pembelajaran Reading Guide. Dalam hal ini pembelajaran didesain dengan
mengkonfrontasikan siswa dengan masalah-masalah kontektual yang berhubungan
dengan materi IPS sehingga siswa mengetahui mengapa mereka belajar kemudian
mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi dengan membaca dari buku sumber,
diskusi dengan teman untuk dapat mencarikan solusi masalah yang dihadapinya.
Penerapan membaca sintopikal dengan model pembelajaran Reading Guide dimaksudkan untuk
menumbuhkan karakter dan meningkatkan hasil belajar siswa, karena melalui
pembelajaran ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dari hasil membaca
dan proses interaksi untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi
apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi
mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kondisi ini
tentunya perlu menjadi perhatian bagi semua pihak sekolah khususnya guru mata
pelajaran yang berhubungan langsung dengan siswa.
Membaca sintopikal atau disebut membaca komparatif
merupakan tingkatan dalam membaca buku yang dilakukan dengan cara membandingkan
beberapa buku. Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan informasi dari berbagai penulis dalam menjawab satu pertanyaan
atau permasalahan tertentu, sehingga setelah melakukan kegiatan ini diharapkan
tumbuh suatu karakter yang disebut dengan karakter sintopikal. Karakter
sintopikal adalah karakter yang terbentuk ketika atau setelah seseorang
melakukan kegiatan membaca. Sedangkan hal ini diungkapkan oleh Adler dan Doren(1972) yang menggolongkan membaca menjadi tiga besar
hirarki tingkatan yang benar, yaitu:(1) Tingkat membaca inspeksional, yaitu
membaca sekilas atau pra membaca. Dalam tingkatan ini seseorang baru memeriksa
dengan membolak-balik buku bertujuan mengetahui isi buku sehingga perlu dibaca
atau tidak.(2) Tingkat membaca analitis, yaitu membaca dengan menganalisa
seluruh isi buku.(3) Tingkat membaca sintopikal atau tingkat membaca
perbandingan. Tingkatan ini pembaca bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari
berbagai penulis untuk menjawab satu pertanyaan atau permasalahan tertentu.
Membaca sintopikal merupakan jenis membaca yang paling kritis diantara jenis
lainnya. Pembaca harus mampu menelaah informasi berdasarkan tulisan dan
menggunakan kekuatan imajinatif sangat kritis untuk mencari kebenaran yang
diinginkannya. Dalamhal ini, pembaca tidak mudah menerima sebuah fakta yang
disuguhkan tidak malas merentangkan wawasan berpikirnya untuk mencari tambah
akan ilmu pengetahuannya.
Tahap-tahap Membaca Sintopikal
1) Tahap
Pertama : Mengelola Keperluan Diri
2) Tahap
Kedua : Penguasaan Istilah
3) Tahap
Ketiga : Menyediakan dalil-dalil untuk suatu permasalahan
4) Tahap
Keempat : Menjelaskan Permasalahannya
5) Tahap
Kelima : Menganalisa Pembahasannya
Sasaran yang akan dicapai dari berbagai tahapan yang
dilakukan adalah pemahaman. Pembaca sintopikal harus obyektif pada waktu
mempelajari permasalahan dan mempertimbangkan semua pendapat secara jujur.
Penerapan Karakter Sintopikal
Hubungan membaca sintopikal perilaku sehari-hari dapat
dianalogikan dengan membangun karakter-karakter subyek dalam beraktivitas.
Harus diketahui makna membaca secara luas tidak hanya membaca buku saja,
melainkan juga membaca situasi, kondisi, alam, bahkan antar pribadi. Karakter
sintopikal berorientasi lintas batas, artinya seseorang tidak terkukung dalam
kesempitan wawasannya, juga tidak takut akan berbuat kesalahan dalam
mengeluarkan pendapatnya guna menanggapi suatu permasalahan atau menawarkan
inovasi dalam kehidupan.
Langkah Membangun Sintopikal
Pertama, penciptaan lingkungan berpikir yang kritis dan
cerdas. Hal ini berarti bahwa peserta didik harus senantiasa memperhatikan
fakta-fakta yang ada lalu menarik kesimpulan akan kebenaran. Mereka harus
memiliki sifat terbuka dalam menanggapi suatu permasalahan (open system problem) dan selalu menerima
informasi-informasi yang datang dari luar pemikiran yang mungkin mengubah
kesimpulannya. Untuk itu diperlukan cara berpikir nalar, yaitu: mengkritisi dan
skeptis sebelum membuktikan; berpikir dahulu sebelum bertindak; memperluas
pandangan dan menepis prasangka jelek; menghindari keabsolutan kebenaran tanpa
reserve; bersifat terbuka dan dewasa dalam menerima kritikan; berorientasi
jangka panjang dalam mengambil keputusan; kritis terhadap pendapat orang
lainmelalui cek dan ricek terhadap diri sendiri; optimis, positif, suka bermusyawaroh
dan simpati terhadap orang lain; jujur; dan berpikir dan bertindak secara
sistematis (Nugroho, 2005).Kedua,
pembinaan keberanian mengeluarkan pendapat. Cara membina masyarakat
didik sangat relatif, situasional dan kondisional.Ketiga, pendidikan keahlian
berdiplomasi, yakni pelatihan berbicara dan kepiawaian menggunakan bahasa non
verbal. Kemampuan ini sangat menentukan keefektifan dan keefisienan seseorang
untuk mencapai kesuksesan.
Karakter sintopikal yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah siswa yang memiliki cara berpikir nalar, kritis terhadap pendapat orang
lain melalui cek dan ricek terhadap diri sendiri, suka bermusyawaroh dan
simpati terhadap orang lain dan berani berpendapat di muka umum.
Gunter, et al (1990) mendefinisikan “an instructional model is a
step-bystepprocedure that leads to specific learning outcomes”. Joyce dan Weil (1980),mendefinisikan
model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model
pembelajaran cenderung deskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi
pembelajaran. An instructionalstrategy is
a method for delivering instruction that is intended to help students achieve
alearning objective (Burden
& Byrd, 1999). Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan
hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce
& Weil, 1980), yaitu (1) syntax,
yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam
pembelajaran, (3) principles of reaction,
menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon
siswa, (4) support system, segala
sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
(5) instructional dan nurturant effects, hasil belajar yang
diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturanteffects) (Santyasa, 2007).
Reading Guide
adalah suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk materi mata pelajaran
yang membutuhkan waktu banyak dan tidak mungkin semuanya dijelaskan dalam
kelas. Untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi tugas membaca dan menjawab
pertanyaan atau kisi-kisi untuk dikerjakan. Dalam pembelajaran ini siswa
dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Adapun
langkah-langkah dalam strategi model pembelajaran inisebagai berikut:1)
menentukan topik materi; 2) memberikan materi bacaan; 3) siswa disuruh membaca
materi bacaan yang telah disediakan; 4) memberikan guide atau daftar pertanyaan
yang harus diselesaikan sesuai dengan bacaan materi yang diberikan; 5) siswa
mengisi guide atau daftar pertanyaan berdasarkan teks bacaan; 6) siswa
mempresentasikan hasil pengisisan atau hasil pekerjaannya dan 7) klarifikasi
tugas yang sudah dikerjakan siswa atau materi pokok pembelajaran.
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmusosial seperti: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu
pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmusosial
(sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).
IPS atau studisosial itu merupakan bagian dari kurikulum
sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial:
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan
psikologi sosial. Karateristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain
sebagaiberikut:
a. Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,
sejarah,ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga
bidanghumaniora, pendidikan dan agama (Soemantri, 2001).
b. Kompetensi
Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi,hukum dan
politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan
atau topik (tema) tertentu.
c. Kompetensi
Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
d. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa danperubahan
kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan
pengelolaan lingkungan, struktur, proses
dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti
pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni,
1981).
e. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan
memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk
mengembangkan potensipeserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampilmengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik
(Depdiknas,2005).
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran
kepada siswa. Merekaharus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah,
disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada
siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah
dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu. Mata pelajaran IPS di
SMP berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan
siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2003).
Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian
fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam
upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.
Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar
yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapain hasil belajar siswa, guru dituntut
untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik serta proporsional.
Kingsley(1951) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu:
1. Ketrampilan
dan kebiasaan
2. Pengetahuan
dan pengertian
3. Sikap
dan cita-cita.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Bloomdalam (Sudjana, 2002) yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis sintensis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian
organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris,
yaitu: 1). Gerakan refleks, 2). Keterampilan gerakan dasar, 3). Kemampuan perseptual,
4). Keharmonisan, 5). Gerakan keterampilan, dan 6). Gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu
pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Derajat kemampuan yang yang diperoleh siswa diwujudkan dalam
bentuk nilai hasil belajar IPS.
Upaya untuk menumbuhkan karakter siswa adalah dengan
mengharuskan dan membiasakan siswa untuk membaca dengan membandingkan beberapa
buku bacaan materi pelajaran, baik buku panduan, LKS, maupun buku penunjang
atau referensi yang lain atau membaca sintopikal. Tujuannya adalah untuk
membandingkan isi materi yang ada dalam bacaannya.
Model yang digunakan dalam pembelajaran adalah model Reading Guide, karena model ini menuntut
siswa untuk selalu membaca sebelum memecahkan persoalan atau menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Semakin tekun siswa dalam membaca, maka
diharapkan muncul karakter sintopikal dari diri siswa yang sesuai dengan tujuan
dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kebiasaan membaca dapat menggali
bakat dan potensi diri, memacu daya nalar (intelektual) serta berkonsentrasi
yang menjadikan pikiran dan emosi terkendali, sehingga mudah untuk berpikir
positif dalam menyikapi berbagai masalah.
Salah satu tahapan dalam model pembelajaran ini adalah
siswa diberi tugas untuk membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi kisi untuk
dikerjakan. Penugasan membaca dalam proses pembelajaran inilah yang diharapkan
dapat memunculkan karakter dari diri siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajarnya.
Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus,masing-masing
siklus terdiri dari 4tahap,yaitu planing
atau replanning (perencanaan atau
perencanaan ulang), tindakan,pengamatan, dan reflecting.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas
IX C SMPN 16 Pekalongan untuk mata pelajaran IPS dengan jumlah siswa 32 orang.
Upaya untuk menumbuhkan karakter siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan
dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru mata pelajaran dengan berbagai
macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan
gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun
demikian, hasil pembelajaran IPS pada Pre-test untuk menguji kompetensi siswa
di Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 kelas IX C SMPNegeri 16 belum
memuaskan, yakni belum tuntas 28 siswa (87,5%). Tingkat Karakter Siswa Kelas IX
C pada Pra Siklus yang Baik (B) sebesar 40,64% dan yang Baik Sekali (BS)
sebesar 34,3%
Pada hasil Pre-test
di Semester I Tahun 2012/2013 dengan KKM 75 untuk Kelas IX C diperoleh nilai,
bahwa sebanyak 28 atau 87,5% siswa masih di bawah KKM, sedangkan sisanya
sebanyak 4 atau 12,5% siswa sudah mampu memperoleh nilai di atas KKM, dengan
nilai rata-rata 54,13 sementara untuk tingkat karakter siswa dari 5 (lima)
komponen baru dengan klasifikasi baik
sekali rata-rata baru mencapai 6,86 % .
Siklus Pertama. Pokok bahasan yang disajikan pada
siklus I adalah: “Menginterpretasikan peta tentang pola dan
bentuk-bentuk muka bumi”. Hasil pengamatan karakter siswa dan hasil belajar selama siklus I siswa yang tidak tuntas
sebesar 59,38% (19 orang).
Tabel 1. Tingkat Karakter Siswa Kelas IX C
SMP Negeri 16 Pada Siklus I
No
|
Komponen
|
Klasifikasi dalam (%)
|
|||
K
|
C
|
B
|
BS
|
||
1.
|
Ketekunan
membaca materi dan disiplin
|
12,5
|
37,5
|
37,5
|
12,5
|
2.
|
Menunjukkan
rasa hormat dan perhatian
|
18,8
|
46,9
|
21,9
|
12,5
|
3.
|
Kerjasama
dengan teman dalam satu kelompok
|
0
|
6,3
|
34,4
|
59,4
|
4.
|
Kemampuan
dalam mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman
|
0
|
6,3
|
56,3
|
37,5
|
5.
|
Kemampuan daya
nalar dalam merumuskan hasil diskusi
|
46,9
|
21,9
|
25
|
6,3
|
Jumlah
|
78,2
|
118,9
|
175,1
|
128,2
|
|
Rata-rata
|
15,6
|
23,8
|
35
|
25,6
|
Hasil tindakan pada siklus I,
menunjukkan bahwa: a) Ketekunan membaca dan disiplin dalam belajar cukup
meningkat dengan kategori baik sekali terlihat dari 3,1% menjadi 12,5% atau
naik 9,4% namun siswa masih perlu pengawasan dan bimbingan guru dalam kegiatannya.
b) Dalam rasa hormat dan perhatian dalam mengikuti pembelajaran mengalami
peningkatan dari 3,1% menjadi 12,5% atau meningkat 9,4%, hal ini menjadikan
suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. c) Sikap individual siswa masih
dominan, karena siswa belum terbiasa melakukan kerjasama terutama dalam
kelompok, hal ini ditunjukkan dari kategori baik sekali hanya mengalami
peningkatan 34,4% d) siswa belum terbiasa mengemukakan pendapat dan menghargai
pendapat teman dan cenderung bertahan walau belum tentu benar jawabannya e)
Kemampuan bernalar siswa belum cukup meningkat, hal ini dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam menginterprestasikan dan mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalaman belajar siswa yang telah dimiliki ( 6,25 % ).
Walaupun belum optimal, berdasarkan
data diatas bahwa pembelajaran dengan penerapan karakter sintopikal melalui
model reading guide telah
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa
dari nilai rata-rata sebelumnya yaitu 54,13 menjadi 75,73 (pada akhir siklus
I), terjadi peningkatan sekitar 21,6,
dengan tingkat ketuntasan mencapai 40,63
%.
Oleh karena itu berdasarkan hasil belajar siswa dan observasi tindakan
pada siklus I dilakukan refleksi yang difokuskan pada upaya meningkatkan
karakter siswa untuk tekun membaca, mampu dan berani, serta aktif mengemukakan
ide, pendapat, rekomendasi berdasarkan teori-teori yang telah dipahami dalam
KBM secara merata (keseluruhan). Adanya pembagian tugas dalam kelompok diskusi
yang terdiri dari ketua, sekertaris, moderator dan anggota serta permasalahan
yang dibahas dilengkapi dengan referensi
bacaan, dimana untuk setiap kelompok mendapatkan permasalahan dan referensi
bacaan yang berbeda. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
berargumentasi dengan hipotesa-hipotesa dan asumsi-asumsi tertentu. Peran guru
sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan bila proses pemecahan masalah
mendapat hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Siklus Kedua. Pelaksanaan tindakan pada siklus
kedua ini difokuskaan pada upaya untuk meningkatkan karakter siswa dalam
kegiatan belajar dan mengajar secara keseluruhan. Adapun topik-topik
permasalahan yang dibahas pada siklus kedua adalah: Keterkaitan Unsur-unsur
geografis dan penduduk Asia Tenggara .
Dari hasil data pengamatan hasil
belajar yang tidak tuntas sebesar 12,5% dan karakter siswa selama siklus
II nampak pada table 2 berikut:
Tabel 2. Tingkat Karakter Siswa Kelas IX C
Pada Siklus II
No
|
Komponen
|
Klasifikasi dalam (%)
|
Jumlah
|
|||
K
|
C
|
B
|
BS
|
|||
1.
|
Ketekunan membaca materi dan
disiplin
|
6,3
|
15,6
|
50
|
28,1
|
100
|
2.
|
Menunjukkan rasa hormat dan
perhatian
|
9,4
|
37,5
|
34,4
|
18,8
|
100
|
3.
|
Kerjasama dengan teman dalam
satu kelompok
|
0
|
0
|
21,9
|
78,1
|
100
|
4.
|
Kemampuan dalam mengemukakan
pendapat dan menghargai pendapat teman
|
0
|
0
|
25
|
75
|
100
|
5.
|
Kemampuan daya nalar dalam
merumuskan hasil diskusi
|
12,5
|
43,8
|
31,3
|
12,5
|
100
|
Jumlah
|
28,2
|
96,9
|
162,3
|
212,5
|
|
|
Rata-rata
|
5,64
|
19,4
|
32,5
|
42,5
|
|
Sumber: Data Primer, 2011
Kondisi kegiatan belajar mengajar
pada siklus kedua ini menunjukkan bahwa: a) Siswa telah lebih tekun membaca
materi dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran
menjadi kondusif dan siswa mampu menggali informasi serta memiliki pengetahuan
yang banyak sesuai dengan materi yang dibahas. Walaupun masih ada 6,25% atau 2
siswa yang masih malas membaca tetapi menunjukkan peningkatan yang lebih baik
dengan kategori baik sekali mencapai 28,1%
b) Siswa telah mampu menunjukkan rasa hormat dan perhatian dalam
pembelajaran baik dengan guru maupun antar teman. menggali contoh-contoh riil
dalam mengungkapkan fenomena aktual dalam
masyarakat sehubungan dengan permasalahan yang dibahas c) Siswa telah menunjukkan
kerjasama yang baik sehingga terjadi komunikasi antar teman dengan menjadi
tutor sebaya sebesar 78,1%. d) Upaya pengungkapan ide dan dan simpulan
permasalahan terurai secara sistematis dan operasional sehingga proses
pembelajaran berlangsung dalam suasana yang kondusif (75%), siswa telah banyak
yang berani berpendapat serta guru telah
mengurangi perannya dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
berargumentasi memanfaatkan waktu, ruang, dan fasilitas baik secara individu
maupun kelompok e) Siswa telah mampu membuat
kesimpulan dan merumuskan hasil diskusi berdasarkan informasi yang
dibaca (12,5%).
Sementara itu dilihat dari hasil
belajar siswa tersebut di siklus II telah terjadi peningkatan yang sangat
signifikan yaitu dari nilai rata-rata sebelumnya 75,7 (Siklus I) menjadi 80 (Siklus II), terjadi peningkatan sekitar 4,3 %, dengan
tingkat ketuntasan mencapai 87,5%.
Hasil observasi
karakter siswa antara
siklus pertama dan siklus kedua tersebut dapat dilihat pada
tabel 3
berikut:
Tabel 3. Data Pengamatan karakter siswa dalam siklus I
dan II
No.
|
Indikator
|
Persentase
|
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
||
1.
|
Ketekunan membaca materi dan
disiplin
|
12,5
|
28,1
|
2.
|
Menunjukkan rasa hormat dan
perhatian
|
12,5
|
18,8
|
3.
|
Kerjasama dengan teman dalam
satu kelompok
|
59,4
|
78,1
|
4.
|
Kemampuan dalam mengemukakan
pendapat dan menghargai pendapat teman
|
37,5
|
75
|
5.
|
Kemampuan daya nalar dalam
merumuskan hasil diskusi
|
6,3
|
12,5
|
|
Jumlah
|
128,2
|
212,5
|
|
Rata-Rata
|
25,6
|
42,5
|
Sumber: Data Primer, 2011
Berdasarkan tabel diatas, terlihat
bahwa karakter siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus kedua mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus pertama, yaitu sebesar 16,9 %.
Hasil observasi kegiatan belajar
mengajar menunjukkan bahwa hasil belajar terdahulu membantu siswa dalam
menumbuhkan karakter, membuat suatu asumsi-asumsi dan solusi-solusi
permasalahan yang diberikan tetapi hal ini belum optimal. Hambatannya terletak
pada rendahnya karakter siswa dalam pembelajaran, kurangnya pengetahuan materi
karena kurang tekun dalam membaca berbagai materi dan kemampuan siswa untuk
mengintegrasikan serta menerapkan berbagai pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. Siswa masih memandang bahwa dalam PBM siswa dapat bertindak atau
bersikap dengan seenaknya sendiri, setiap mata pelajaran mempunyai otoritasnya
sendiri-sendiri, materi hanya sebagai penghapalan dan hambatan lain yang terjadi dalam pelaksanaan tindakan
adalah kurangnya kebiasaan membaca materi, kurangnya kemampuan berkomunikasi
mengeluarkan pendapat dan menghargai pendapat teman dan cenderung bertahan
walau belum tentu benar jawabannya dikarenkan siswa belum terbiasa, dan juga
hambatan lainnya adalah kurangnnya kemampuan nalar siswa dalam memberikan
argumentasi-argumentasi yang disertai dengan contoh-contoh konkrit maupun
analisis berdasarkan pengetahuan prasyarat yang telah dipahaminya sehingga hal
ini merupakan refleksi untuk memperbaiki kondisi kegiatan belajar mengajar pada
siklus kedua.
Pada siklus kedua rencana tindakan
diarahkan pada upaya menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk membaca berbagai materi bahan bacaan,
menciptakan suasana kondusif dalam pembelajaran dengan meningkatkan karakter,
mengeluarkan pendapat, ide, saran dalam merumuskan jawaban dan kesimpulan
bersama, serta dengan memperluas topik permasalahan disertai dengan menampilkan
peta dan juga adanya pembagian tugas dalam setiap kelompok sebagai ketua, sekretaris, moderator dan anggota. Dengan
cara ini ternyata siswa lebih aktif, variatif
dan berani mengemukakan pendapatnya baik secara individual maupun
kelompok sementara guru memberikan
layanan terhadap terjadinya miskonsepsi dalam pembahasan maupun perumusan
kesimpulan. Pada siklus ini tampak bahwa makin aktif dan antusiasnya siswa dalam belajar, suasana
pembelajaran lebih demokratis dengan tingkat karakter siswa mencapai
42,5%, dan ini terbukti juga dari
meningkatnya prestasi belajar siswa yang mencapai tingkat ketuntasan 87,5% dengan
nilai rata-rata mencapai 80. Karakter siswa dalam pembelajaran dengan penerapan membaca sintopikal
melalui model Reading Guide dari pra
siklus sampai pada siklus kedua sangat signifikan.
Penerapan
model tersebut telah mampu meningkatkan karakter dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran mata pelajaran IPS. Penerapan model pembelajaran ini juga mendapat
respon yang positif dari siswa karena siswa mendapat kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mencari informasi sendiri dengan membaca referensi dan
mengembangkan kemampuan nalar.
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan kondisi pelaksanaan tindakan maka dapat
diformulasikan beberapa simpulan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran dengan penerapan membaca sintopikal
melalui model reading guide dapat meningkatkan karakter belajar siswa dalam
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS yang ditunjukkan dengan
tingkat karakter siswa mencapai 77,21 %.
2.
Pembelajaran dengan penerapan membaca sintopikal
melalui model reading guide dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata 53,13 meningkat setelah
selesainya pelaksanaan tindakan menjadi rata-rata 78,26 dan mencapai tingkat
ketuntasan klasikal 87,5%.
Dari kesimpulan di atas, dapat
disarankan bahwa Pembelajaran IPS yang selama ini hanya menggunakan cara-cara
konvensional (Teacher Center Learned)
sudah waktunya dikembangkan dengan
teknik pembelajaran yang inovatif dengan melibatkan siswa secara aktif (Student Center Learned) dan menumbuhkan
karakter siswa, seperti model Reading
Guide .
DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni.N.1981.Dasar-dasarIlmuPengetahuanSosial,
Bandung: Alumni.
Depdiknas, 2003. Model
Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS
Terpadu, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Depdiknas.
2005.Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran IPS Terpadu, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Gunter, M. A.,
Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990.Instruction A models approach,
Boston: Allyn and Bacon.
Howard Kingsley. 1951. The Nature and Conditions of Lerning,
Prentice-Hall Inc.
Joyce, B., &
Weil, M. 1980.Model of teaching, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Mortimer J. Adler and Charles
Van Doren.
1972.How to Read A Book, The Classic Giude to Intelligent Reading. New York, NY 10020, A Division of Simon
and Schusfer, Inc.
Nugroho,
Barkah. 2005. Membangun Karakter
Sintopikal dalam Gerbang Edisi 4 th.
V – 2005.
Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar
Proses BelajarMengajar, Bandung: SinarBaru.
Santyasa, I Wayan. 2007. Makalah
Disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP
dan SMA di Nusa Penida,tanggal 29
Juni s.d 1 Juli 2007.