Jumat, 25 Oktober 2019

Artikel PTK


PENERAPAN MEMBACA SINTOPIKAL UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL READING GUIDE
(PTK Pada SiswaKelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan)

Muhammad Yusron, S. Pd

SMP Negeri 16 Pekalongan

Abstrak

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengembangkan ketrampilan proses pembelajaran yang menuntut siswa mandiri dengan menumbuhkan karakter melalui kegiatan membaca pada matapelajaran IPS. Analisis data secara diskriptif dengan mengkomparatifkan nilai tes antar siklus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan karakter baik berkorelasi terhadap kenaikan hasil belajar siswa. Sejumlah 32 anak kelas IX Cyang terdiri dari 14 putra dan 18 putri mengalami peningkatan dalam karakter dari siklus I kesiklus II data penelitian menunjukkan adanya kenaikan sebesar 77,21%. Sedangkan untuk hasil belajar siswa dari data penelitian menunjukkan peningkatan dengan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 87,5% dan rata-rata 78,26. Kesimpulan bahwa pemilihan model pembelajaran disesuaikan karakteristik materi dan kondisi siswa, dengan fasilitasi untuk terus membaca sintopikal gunamembentuk karakter, sehingga prestasi hasil belajar menjadi maksimal.

Kata Kunci: hasil belajar, karakter, ketuntasan kriteria minimal, membaca sintopikal

PENDAHULUAN
Makna membaca secara luas tidak hanya membaca buku saja, melainkan juga membaca situasi,kondisi, alam, bahkan antar pribadi (Nugroho, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa membaca harus dijadikan sebagai suatu budaya, khususnya dikalangan siswa. Sekolah dituntut mampu menumbuhkan budaya tersebut agar dapat menciptakan SDM yang berkarakter dengan pengetahuan yang luas.
Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berkenaan dengan fenomena dinamika sosial, budaya, dan ekonomi yang menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, baik dalam skala kelompok masyarakat, lokal, nasional, regional dan global. Untuk itu diperlukan adanya inovasi pembelajaran yang mampu menumbuhkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi masalah sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun masyarakat.
Upaya untuk menumbuhkan karakter dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IXC SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS dilakukan dengan berbagai macam cara, namun demikian, hasil pembelajaran pada evaluasi awal di semester I tahun 2012/2013 dengan KKM 75 untuk kelas IX C (pra siklus) diperoleh nilai, bahwa 87,5% masih dibawah KKM, sedangkan sisanya 12,5% memperoleh nilai diatas KKM, dengan nilai rata-rata 54,1 serta rata-rata tingkat karakter siswa dari masing-masing aspek baru mencapai 6,9 dengan kategori baik sekali. Hal ini perlu ditingkatkan menjadi sebaliknya atau bahkan lebih tinggi lagi. Adapun faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah:(1) pembelajaran lebih ditekankan pada pengumpulan pengetahuan tanpa mempertimbangkan ketrampilan dan pembentukan sikap dalam pembelajaran, (2) kurangnya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan bernalarnya melalui diskusi kelompok, (3) sasaran belajar ditentukan oleh guru sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa.
Penyempurnaan PBM IPS dicobakan dengan mengimplementasikan penerapan membaca sintopikal dengan model pembelajaran Reading Guide. Dalam hal ini pembelajaran didesain dengan mengkonfrontasikan siswa dengan masalah-masalah kontektual yang berhubungan dengan materi IPS sehingga siswa mengetahui mengapa mereka belajar kemudian mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi dengan membaca dari buku sumber, diskusi dengan teman untuk dapat mencarikan solusi masalah yang dihadapinya.
Penerapan membaca sintopikal dengan model pembelajaran Reading Guide dimaksudkan untuk menumbuhkan karakter dan meningkatkan hasil belajar siswa, karena melalui pembelajaran ini siswa belajar bagaimana menggunakan konsep dari hasil membaca dan proses interaksi untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Kondisi ini tentunya perlu menjadi perhatian bagi semua pihak sekolah khususnya guru mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan siswa.
Membaca sintopikal atau disebut membaca komparatif merupakan tingkatan dalam membaca buku yang dilakukan dengan cara membandingkan beberapa buku. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi dari berbagai penulis dalam menjawab satu pertanyaan atau permasalahan tertentu, sehingga setelah melakukan kegiatan ini diharapkan tumbuh suatu karakter yang disebut dengan karakter sintopikal. Karakter sintopikal adalah karakter yang terbentuk ketika atau setelah seseorang melakukan kegiatan membaca. Sedangkan hal ini diungkapkan oleh Adler dan Doren(1972) yang menggolongkan membaca menjadi tiga besar hirarki tingkatan yang benar, yaitu:(1) Tingkat membaca inspeksional, yaitu membaca sekilas atau pra membaca. Dalam tingkatan ini seseorang baru memeriksa dengan membolak-balik buku bertujuan mengetahui isi buku sehingga perlu dibaca atau tidak.(2) Tingkat membaca analitis, yaitu membaca dengan menganalisa seluruh isi buku.(3) Tingkat membaca sintopikal atau tingkat membaca perbandingan. Tingkatan ini pembaca bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai penulis untuk menjawab satu pertanyaan atau permasalahan tertentu. Membaca sintopikal merupakan jenis membaca yang paling kritis diantara jenis lainnya. Pembaca harus mampu menelaah informasi berdasarkan tulisan dan menggunakan kekuatan imajinatif sangat kritis untuk mencari kebenaran yang diinginkannya. Dalamhal ini, pembaca tidak mudah menerima sebuah fakta yang disuguhkan tidak malas merentangkan wawasan berpikirnya untuk mencari tambah akan ilmu pengetahuannya.
Tahap-tahap Membaca Sintopikal
1)   Tahap Pertama : Mengelola Keperluan Diri
2)   Tahap Kedua : Penguasaan Istilah
3)   Tahap Ketiga : Menyediakan dalil-dalil untuk suatu permasalahan
4)   Tahap Keempat : Menjelaskan Permasalahannya
5)   Tahap Kelima : Menganalisa Pembahasannya
Sasaran yang akan dicapai dari berbagai tahapan yang dilakukan adalah pemahaman. Pembaca sintopikal harus obyektif pada waktu mempelajari permasalahan dan mempertimbangkan semua pendapat secara jujur.
Penerapan Karakter Sintopikal
Hubungan membaca sintopikal perilaku sehari-hari dapat dianalogikan dengan membangun karakter-karakter subyek dalam beraktivitas. Harus diketahui makna membaca secara luas tidak hanya membaca buku saja, melainkan juga membaca situasi, kondisi, alam, bahkan antar pribadi. Karakter sintopikal berorientasi lintas batas, artinya seseorang tidak terkukung dalam kesempitan wawasannya, juga tidak takut akan berbuat kesalahan dalam mengeluarkan pendapatnya guna menanggapi suatu permasalahan atau menawarkan inovasi dalam kehidupan.
Langkah Membangun Sintopikal
Pertama, penciptaan lingkungan berpikir yang kritis dan cerdas. Hal ini berarti bahwa peserta didik harus senantiasa memperhatikan fakta-fakta yang ada lalu menarik kesimpulan akan kebenaran. Mereka harus memiliki sifat terbuka dalam menanggapi suatu permasalahan (open system problem) dan selalu menerima informasi-informasi yang datang dari luar pemikiran yang mungkin mengubah kesimpulannya. Untuk itu diperlukan cara berpikir nalar, yaitu: mengkritisi dan skeptis sebelum membuktikan; berpikir dahulu sebelum bertindak; memperluas pandangan dan menepis prasangka jelek; menghindari keabsolutan kebenaran tanpa reserve; bersifat terbuka dan dewasa dalam menerima kritikan; berorientasi jangka panjang dalam mengambil keputusan; kritis terhadap pendapat orang lainmelalui cek dan ricek terhadap diri sendiri; optimis, positif, suka bermusyawaroh dan simpati terhadap orang lain; jujur; dan berpikir dan bertindak secara sistematis (Nugroho, 2005).Kedua, pembinaan keberanian mengeluarkan pendapat. Cara membina masyarakat didik sangat relatif, situasional dan kondisional.Ketiga, pendidikan keahlian berdiplomasi, yakni pelatihan berbicara dan kepiawaian menggunakan bahasa non verbal. Kemampuan ini sangat menentukan keefektifan dan keefisienan seseorang untuk mencapai kesuksesan.
Karakter sintopikal yang diharapkan dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki cara berpikir nalar, kritis terhadap pendapat orang lain melalui cek dan ricek terhadap diri sendiri, suka bermusyawaroh dan simpati terhadap orang lain dan berani berpendapat di muka umum.
Gunter, et al (1990) mendefinisikanan instructional model is a step-bystepprocedure that leads to specific learning outcomes. Joyce dan Weil (1980),mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung deskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. An instructionalstrategy is a method for delivering instruction that is intended to help students achieve alearning objective (Burden & Byrd, 1999). Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil, 1980), yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturanteffects)  (Santyasa, 2007).
Reading Guide adalah suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk materi mata pelajaran yang membutuhkan waktu banyak dan tidak mungkin semuanya dijelaskan dalam kelas. Untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi tugas membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi-kisi untuk dikerjakan. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam strategi model pembelajaran inisebagai berikut:1) menentukan topik materi; 2) memberikan materi bacaan; 3) siswa disuruh membaca materi bacaan yang telah disediakan; 4) memberikan guide atau daftar pertanyaan yang harus diselesaikan sesuai dengan bacaan materi yang diberikan; 5) siswa mengisi guide atau daftar pertanyaan berdasarkan teks bacaan; 6) siswa mempresentasikan hasil pengisisan atau hasil pekerjaannya dan 7) klarifikasi tugas yang sudah dikerjakan siswa atau materi pokok pembelajaran.
IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmusosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmusosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).
IPS atau studisosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Karateristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain sebagaiberikut:
a.       Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidanghumaniora, pendidikan dan agama (Soemantri, 2001).
b.      Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi,hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c.       Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa danperubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,  struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
e.       Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensipeserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampilmengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik (Depdiknas,2005).
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Merekaharus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu. Mata pelajaran IPS di SMP berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Depdiknas, 2003).
Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.
Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapain hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik serta proporsional. Kingsley(1951) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu:

1.      Ketrampilan dan kebiasaan
2.      Pengetahuan dan pengertian
3.      Sikap dan cita-cita.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloomdalam (Sudjana, 2002) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu: 1). Gerakan refleks, 2). Keterampilan gerakan dasar,                     3). Kemampuan perseptual, 4). Keharmonisan, 5). Gerakan keterampilan, dan 6). Gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Derajat kemampuan yang yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
Upaya untuk menumbuhkan karakter siswa adalah dengan mengharuskan dan membiasakan siswa untuk membaca dengan membandingkan beberapa buku bacaan materi pelajaran, baik buku panduan, LKS, maupun buku penunjang atau referensi yang lain atau membaca sintopikal. Tujuannya adalah untuk membandingkan isi materi yang ada dalam bacaannya.
Model yang digunakan dalam pembelajaran adalah model Reading Guide, karena model ini menuntut siswa untuk selalu membaca sebelum memecahkan persoalan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Semakin tekun siswa dalam membaca, maka diharapkan muncul karakter sintopikal dari diri siswa yang sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kebiasaan membaca dapat menggali bakat dan potensi diri, memacu daya nalar (intelektual) serta berkonsentrasi yang menjadikan pikiran dan emosi terkendali, sehingga mudah untuk berpikir positif dalam menyikapi berbagai masalah.
Salah satu tahapan dalam model pembelajaran ini adalah siswa diberi tugas untuk membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi kisi untuk dikerjakan. Penugasan membaca dalam proses pembelajaran inilah yang diharapkan dapat memunculkan karakter dari diri siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus,masing-masing siklus terdiri dari 4tahap,yaitu planing atau replanning (perencanaan atau perencanaan ulang), tindakan,pengamatan, dan reflecting.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas IX C SMPN 16 Pekalongan untuk mata pelajaran IPS dengan jumlah siswa 32 orang. Upaya untuk menumbuhkan karakter siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru mata pelajaran dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran IPS pada Pre-test untuk menguji kompetensi siswa di Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 kelas IX C SMPNegeri 16 belum memuaskan, yakni belum tuntas 28 siswa (87,5%). Tingkat Karakter Siswa Kelas IX C pada Pra Siklus yang Baik (B) sebesar 40,64% dan yang Baik Sekali (BS) sebesar 34,3%
Pada hasil  Pre-test di Semester I Tahun 2012/2013 dengan KKM 75 untuk Kelas IX C diperoleh nilai, bahwa sebanyak 28 atau 87,5% siswa masih di bawah KKM, sedangkan sisanya sebanyak 4 atau 12,5% siswa sudah mampu memperoleh nilai di atas KKM, dengan nilai rata-rata 54,13 sementara untuk tingkat karakter siswa dari 5 (lima) komponen baru dengan  klasifikasi baik sekali rata-rata baru mencapai 6,86 % .
Siklus Pertama. Pokok bahasan yang disajikan pada siklus I adalah: “Menginterpretasikan peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi”. Hasil pengamatan karakter siswa dan hasil belajar  selama siklus I siswa yang tidak tuntas sebesar 59,38% (19 orang).

Tabel 1. Tingkat Karakter Siswa Kelas IX C SMP Negeri 16 Pada Siklus I
No
Komponen
Klasifikasi dalam (%)
K
C
B
BS
1.
Ketekunan membaca materi dan disiplin
12,5
37,5
37,5
12,5
2.
Menunjukkan rasa hormat dan perhatian
18,8
46,9
21,9
12,5
3.
Kerjasama dengan teman dalam satu kelompok
0
6,3
34,4
59,4
4.
Kemampuan dalam mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman
0
6,3
56,3
37,5
5.
Kemampuan daya nalar dalam merumuskan hasil diskusi
46,9
21,9
25
6,3
Jumlah
78,2
118,9
175,1
128,2
Rata-rata
15,6
23,8
35
25,6

Hasil tindakan pada siklus I, menunjukkan bahwa: a) Ketekunan membaca dan disiplin dalam belajar cukup meningkat dengan kategori baik sekali terlihat dari 3,1% menjadi 12,5% atau naik 9,4% namun siswa masih perlu pengawasan dan bimbingan guru dalam kegiatannya. b) Dalam rasa hormat dan perhatian dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan dari 3,1% menjadi 12,5% atau meningkat 9,4%, hal ini menjadikan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. c) Sikap individual siswa masih dominan, karena siswa belum terbiasa melakukan kerjasama terutama dalam kelompok, hal ini ditunjukkan dari kategori baik sekali hanya mengalami peningkatan 34,4% d) siswa belum terbiasa mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman dan cenderung bertahan walau belum tentu benar jawabannya e) Kemampuan bernalar siswa belum cukup meningkat, hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menginterprestasikan dan mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman belajar siswa yang telah dimiliki ( 6,25 % ).
Walaupun belum optimal, berdasarkan data diatas bahwa pembelajaran dengan penerapan karakter sintopikal melalui model reading guide  telah menunjukkan  peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata sebelumnya yaitu 54,13 menjadi 75,73 (pada akhir siklus I), terjadi peningkatan sekitar 21,6, dengan tingkat ketuntasan mencapai  40,63 %.
Oleh karena itu berdasarkan  hasil belajar siswa dan observasi tindakan pada siklus I dilakukan refleksi yang difokuskan pada upaya meningkatkan karakter siswa untuk tekun membaca, mampu dan berani, serta aktif mengemukakan ide, pendapat, rekomendasi berdasarkan teori-teori yang telah dipahami dalam KBM secara merata (keseluruhan). Adanya pembagian tugas dalam kelompok diskusi yang terdiri dari ketua, sekertaris, moderator dan anggota serta permasalahan yang dibahas dilengkapi  dengan referensi bacaan, dimana untuk setiap kelompok mendapatkan permasalahan dan referensi bacaan yang berbeda. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berargumentasi dengan hipotesa-hipotesa dan asumsi-asumsi tertentu. Peran guru sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan bila proses pemecahan masalah mendapat hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Siklus  Kedua. Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua ini difokuskaan pada upaya untuk meningkatkan karakter siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar secara keseluruhan. Adapun topik-topik permasalahan yang dibahas pada siklus kedua adalah: Keterkaitan Unsur-unsur geografis dan penduduk Asia Tenggara .
Dari hasil data pengamatan hasil belajar yang tidak tuntas sebesar 12,5% dan karakter siswa selama siklus II  nampak pada table 2 berikut:

Tabel 2. Tingkat Karakter Siswa Kelas IX C Pada Siklus II
No
Komponen
Klasifikasi dalam (%)
Jumlah
K
C
B
BS
1.
Ketekunan membaca materi dan disiplin
6,3
15,6
50
28,1
100
2.
Menunjukkan rasa hormat dan perhatian
9,4
37,5
34,4
18,8
100
3.
Kerjasama dengan teman dalam satu kelompok
0
0
21,9
78,1
100
4.
Kemampuan dalam mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman
0
0
25
75
100
5.
Kemampuan daya nalar dalam merumuskan hasil diskusi
12,5
43,8
31,3
12,5
100
Jumlah
28,2
96,9
162,3
212,5

Rata-rata
5,64
19,4
32,5
42,5

Sumber: Data Primer, 2011

Kondisi kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua ini menunjukkan bahwa: a) Siswa telah lebih tekun membaca materi dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran menjadi kondusif dan siswa mampu menggali informasi serta memiliki pengetahuan yang banyak sesuai dengan materi yang dibahas. Walaupun masih ada 6,25% atau 2 siswa yang masih malas membaca tetapi menunjukkan peningkatan yang lebih baik dengan kategori baik sekali mencapai 28,1%  b) Siswa telah mampu menunjukkan rasa hormat dan perhatian dalam pembelajaran baik dengan guru maupun antar teman. menggali contoh-contoh riil dalam mengungkapkan fenomena aktual dalam  masyarakat sehubungan dengan permasalahan yang dibahas c) Siswa telah menunjukkan kerjasama yang baik sehingga terjadi komunikasi antar teman dengan menjadi tutor sebaya sebesar 78,1%. d) Upaya pengungkapan ide dan dan simpulan permasalahan terurai secara sistematis dan operasional sehingga proses pembelajaran berlangsung dalam suasana yang kondusif (75%), siswa telah banyak yang berani berpendapat serta  guru telah mengurangi perannya dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berargumentasi memanfaatkan waktu, ruang, dan fasilitas baik secara individu maupun kelompok e) Siswa telah mampu membuat  kesimpulan dan merumuskan hasil diskusi berdasarkan informasi yang dibaca (12,5%).
Sementara itu dilihat dari hasil belajar siswa tersebut di siklus II telah terjadi peningkatan yang sangat signifikan yaitu dari nilai rata-rata sebelumnya 75,7 (Siklus I)  menjadi 80 (Siklus II), terjadi peningkatan sekitar 4,3 %, dengan tingkat ketuntasan mencapai 87,5%.
Hasil   observasi   karakter   siswa   antara   siklus  pertama  dan siklus kedua tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Data Pengamatan karakter siswa dalam siklus I dan II

No.

Indikator
Persentase
Siklus I
Siklus II
1.
Ketekunan membaca materi dan disiplin
12,5
28,1
2.
Menunjukkan rasa hormat dan perhatian
12,5
18,8
3.
Kerjasama dengan teman dalam satu kelompok
59,4
78,1
4.
Kemampuan dalam mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman
37,5
75
5.
Kemampuan daya nalar dalam merumuskan hasil diskusi
6,3
12,5

Jumlah
128,2
212,5

Rata-Rata
25,6
42,5
Sumber: Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa karakter siswa dalam kegiatan pembelajaran pada  siklus kedua mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus pertama, yaitu sebesar 16,9 %.
Hasil observasi kegiatan belajar mengajar menunjukkan bahwa hasil belajar terdahulu membantu siswa dalam menumbuhkan karakter, membuat suatu asumsi-asumsi dan solusi-solusi permasalahan yang diberikan tetapi hal ini belum optimal. Hambatannya terletak pada rendahnya karakter siswa dalam pembelajaran, kurangnya pengetahuan materi karena kurang tekun dalam membaca berbagai materi dan kemampuan siswa untuk mengintegrasikan serta menerapkan berbagai pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Siswa masih memandang bahwa dalam PBM siswa dapat bertindak atau bersikap dengan seenaknya sendiri, setiap mata pelajaran mempunyai otoritasnya sendiri-sendiri, materi hanya sebagai penghapalan dan hambatan lain  yang terjadi dalam pelaksanaan tindakan adalah kurangnya kebiasaan membaca materi, kurangnya kemampuan berkomunikasi mengeluarkan pendapat dan menghargai pendapat teman dan cenderung bertahan walau belum tentu benar jawabannya dikarenkan siswa belum terbiasa, dan juga hambatan lainnya adalah kurangnnya kemampuan nalar siswa dalam memberikan argumentasi-argumentasi yang disertai dengan contoh-contoh konkrit maupun analisis berdasarkan pengetahuan prasyarat yang telah dipahaminya sehingga hal ini merupakan refleksi untuk memperbaiki kondisi kegiatan belajar mengajar pada siklus kedua.
Pada siklus kedua rencana tindakan diarahkan pada upaya menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk membaca berbagai materi bahan bacaan, menciptakan suasana kondusif dalam pembelajaran dengan meningkatkan karakter, mengeluarkan pendapat, ide, saran dalam merumuskan jawaban dan kesimpulan bersama, serta dengan memperluas topik permasalahan disertai dengan menampilkan peta dan juga adanya pembagian tugas dalam setiap kelompok sebagai ketua,  sekretaris, moderator dan anggota. Dengan cara ini ternyata siswa lebih aktif, variatif  dan berani mengemukakan pendapatnya baik secara individual maupun kelompok  sementara guru memberikan layanan terhadap terjadinya miskonsepsi dalam pembahasan maupun perumusan kesimpulan. Pada siklus ini tampak bahwa makin aktif dan  antusiasnya siswa dalam belajar, suasana pembelajaran lebih demokratis dengan tingkat karakter siswa mencapai 42,5%,  dan ini terbukti juga dari meningkatnya prestasi belajar siswa yang mencapai tingkat ketuntasan 87,5%  dengan   nilai rata-rata mencapai 80. Karakter siswa dalam pembelajaran dengan penerapan membaca sintopikal melalui model Reading Guide dari pra siklus sampai pada siklus kedua sangat signifikan.
Penerapan model tersebut telah mampu meningkatkan karakter dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran IPS. Penerapan model pembelajaran ini juga mendapat respon yang positif dari siswa karena siswa mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari informasi sendiri dengan membaca referensi dan mengembangkan kemampuan nalar.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan kondisi pelaksanaan tindakan maka dapat diformulasikan beberapa simpulan sebagai berikut:
1.    Pembelajaran dengan penerapan membaca sintopikal melalui model reading guide dapat meningkatkan karakter belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS yang ditunjukkan dengan tingkat  karakter siswa mencapai 77,21 %.
2.    Pembelajaran dengan penerapan membaca sintopikal melalui model reading guide dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata 53,13 meningkat setelah selesainya pelaksanaan tindakan menjadi rata-rata 78,26 dan mencapai tingkat ketuntasan klasikal 87,5%.
Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa Pembelajaran IPS yang selama ini hanya menggunakan cara-cara konvensional (Teacher Center Learned) sudah waktunya dikembangkan  dengan teknik pembelajaran yang inovatif dengan melibatkan siswa secara aktif (Student Center Learned) dan menumbuhkan karakter siswa, seperti model Reading Guide .

DAFTAR PUSTAKA

Daldjoeni.N.1981.Dasar-dasarIlmuPengetahuanSosial, Bandung: Alumni.

Depdiknas, 2003. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Depdiknas. 2005.Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990.Instruction A models approach, Boston: Allyn and Bacon.

Howard Kingsley. 1951. The Nature and Conditions of Lerning, Prentice-Hall Inc.

Joyce, B., & Weil, M. 1980.Model of teaching, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Mortimer J. Adler and Charles Van Doren. 1972.How to Read A Book, The Classic Giude to Intelligent Reading. New York, NY 10020, A Division of Simon and Schusfer, Inc.

Nugroho, Barkah. 2005. Membangun Karakter Sintopikal dalam Gerbang Edisi 4 th.  V – 2005.

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses BelajarMengajar, Bandung: SinarBaru.

Santyasa, I Wayan. 2007. Makalah Disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di Nusa Penida,tanggal 29 Juni s.d 1 Juli 2007.

Soemantri, Numan. 2001. MenggagasPembaharuanPendidikan IPS, Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar