Minggu, 08 Agustus 2021

PTK: UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER SINTOPIKAL DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL READING PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 16 PEKALONGAN

 BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.   Latar Belakang Masalah

Sebuah ungkapan mengatakan “You are what you read”, ini berarti bahwa sosok manusia dibangun dari informasi-informasi yang diserapnya. Apapun jenis informasi yang terdiri dari rangkaian data-data dan fakta-fakta yang masuk ke dalam jiwa manusia, maka hasilnya tidak menyimpang dari perilaku manusia yang bersangkutan. Dengan kata lain bahwa untuk membangun karakter, dapat dianalogikan dengan jenis fase membaca. Makna membaca secara luas tidak hanya membaca buku saja, melainkan juga membaca situasi, kondisi, alam, bahkan antar pribadi ( Barkah Nogroho dalam Gerbang edisi 4, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa membaca harus dijadikan sebagai suatu budaya, khususnya dikalangan siswa. Sekolah dituntut mampu menumbuhkan budaya tersebut agar dapat menciptakan SDM yang berkarakter dengan pengetahuan yang luas.

Mata pelajaran IPS sesuai kurikulum 2004 merupakan keterpaduan materi Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi dan Humaniora. Materi ini berkenaan dengan fenomena dinamika sosial, budaya dan ekonomi yang menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, baik dalam skala kelompok masyarakat, lokal, nasional, regional dan global. Untuk itu diperlukan adanya inovasi pembelajaran yang mampu menumbuhkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi masalah sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun masyarakat.

Metode ceramah yang dipergunakan dalam pembelajaran IPS  selama ini menyebabkan siswa terpaku mendengarkan cerita dan betul-betul membosankan, situasi pembelajaran diarahkan pada learning to know, dan permasalahan yang disampaikan cenderung bersifat akademik ( book oriented ) tidak mengaju pada masalah-masalah kontektual yang dekat dengan kehidupan siswa sehingga pembelajaran IPS menjadi kurang bermakna bagi siswa. Kondisi seperti ini  tidak akan menumbuhkembangakan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan.  Hal ini tampak pada rendahnya aktivitas  siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan hasil  belajar IPS juga kurang memuaskan.

Berdasarkan studi pendahuluan ataupun pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di  SMP Negeri 16 Pekalongan  diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Upaya untuk menumbuhkan aktivitas dan karakter  siswa kelas IX C  SMP Negeri 16 Pekalongan  dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru Mata pelajaran  dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran IPS pada   Ulangan Harian I di Semester I Tahun 2011/2012 Kelas VI E ( pra siklus ) diperoleh nilai, bahwa 70,59 %  masih dibawah KKM  yaitu 73, sedangkan sisanya                           29,41  %    memperoleh  nilai           diatas   KKM,  dengan   nilai   rata-rata  61,21 serta tingkat aktivitas  siswa  baru  mencapai  42,34. Hal  ini  perlu     ditingkatkan menjadi sebaliknya atau bahkan lebih tinggi lagi.Adapun faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah: (1). pembelajaran lebih ditekankan pada pengumpulan   pengetahuan   tanpa  mempertimbangkan   ketrampilan           dan pembentukan sikap dalam pembelajaran, (2). kurangnya kesempatan                  bagi siswa untuk  mengembangkan kemampuan bernalarnya melalui                              diskusi kelompok, (3). sasaran belajar ditentukan oleh guru                                      sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa.

Rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPS yang diperoleh siswa SMP Negeri 16 Pekalongan dengan rata-rata 5,8 setiap akhir semester dan munculnya karakter perilaku keseharian siswa di lingkungan sekolah yang cenderung pasif,  acuh dan kurang peka terhadap permasalahan yang terjadi. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian pihak sekolah pembentukkan karakter siswa dan kurangnya inovasi guru dalam proses pembelajaran.

Kondisi ini tentunya perlu menjadi perhatian bagi semua pihak sekolah khususnya guru mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan siswa. Alasan inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan karakter sintopikal dengan model pembelajaran Reading Guide.

 

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1)    Bagaimanakah tingkat perkembangan aktivitas minat membaca siswa kelas  IX C SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran dengan model Reading Guide?

2)    Bagaimanakah tingkat karakter sintopikal siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran dengan model Reading Guide?

3)    Bagaimanakah  tingkat hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran dengan pendekatan karakter sintopikal melalui model Reading Guide?

4)    Bagaimanakah respon siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan karakter sintopikal melalui model Reading Guide?

 

C.   Tujuan

1)    Tujuan Umum :   Penelitian   ini   bertujuan   untuk   mengetahui  hasil   belajar 

siswa   dalam   pembelajaran   dengan  pendekatan  karakter

sintopikal melalui model Reading Guide.

2)    Tujuan Khusus :

·         Mendesain model rencana pembelajaran dan model lembar kerja siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS.

·         Mendeskripsikan tingkat perkembangan aktivitas minat membaca siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan.

·         Mendeskripsikan tingkat karakter sintopikal siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran IPS.

·         Mendeskripsikan tingkat hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran dengan pendekatan sintopikal melalui model Reading Guide.

·         Mendeskripsikan respon siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan dalam pembelajaran dengan pendekatan sintopikal melalui model Reading Guide.

·         Seluruh siswa menguasai pelajaran secara tuntas.

 

D.   Manfaat

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi perorangan maupun institusi atau lembaga :

1)    Bagi Guru :  dengan dilakukannya  penelitian tindakan kelas ini guru akan mengetahui segala kekurangan yang ada dalam dirinya sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan koreksi dan perbaikan untuk proses pembelajaran berikutnya dengan menggunakan strategi pembelajaran  yang tepat.

2)    Bagi Guru lain : dengan membaca laporan penelitian tindakan kelas ini akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang bagaimana meningkatkan kemampuan meneliti dan memperbaiki proses pembelajarannya.

3)    Bagi Siswa : hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah, baik dalam pembelajaran IPS maupun kehidupan sosial, sehingga memperoleh peningkatan dalam hasil belajarnya dan menjadi lebih berkarakter serta bersikap mental yang positif.

4)    Bagi Sekolah : hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berguna untuk perbaikan proses pembelajaran di sekolah itu sendiri khususnya dan sekolah lain pada umumnya.

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS TINDAKAN

 

 

A.   Kerangka Teoritis

1.    Karakter Sintopikal

Karakter sintopikal adalah karakter yang terbentuk ketika atau setelah seseorang melakukan kegiatan membaca. Sedangkan membaca sintopikal atau disebut membaca komparatif merupakan tingkatan dalam membaca buku yang dilakukan dengan cara membandingkan beberapa buku. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi dari berbagai penulis dalam menjawab satu pertanyaan atau permasalahan tertentu. Hal ini diungkapkan oleh Mortimer J Adler dan Charles Van Doren yang menggolongkan membaca menjadi tiga besar hirarki tingkatan yang benar, yaitu :

(1)  Tingkat membaca inspeksional, yaitu membaca sekilas atau pra membaca. Dalam tingkatan ini seseorang baru memeriksa dengan membolak-balik buku bertujuan mengetahui isi buku sehingga perlu dibaca atau tidak.

(2)  Tingkat membaca analitis, yaitu membaca dengan menganalisa seluruh isi buku.

(3)  Tingkat membaca sintopikal atau tingkat membaca perbandingan. Tingkatan ini pembaca bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai penulis untuk menjawab satu pertanyaan atau permasalahan tertentu. Membaca sintopikal merupakan jenis membaca yang paling kritis diantara jenis lainnya. Karena si pembaca harus mampu menelaah informasi berdasarkan tulisan dan menggunakan kekuatan imajinatif sangat kritis untuk mencari kebenaran yang diinginkannya. Dalam hal ini, pembaca tidak mudah menerima sebuah fakta yang disuguhkan tidak malas merentangkan wawasan berpikirnya untuk mencari tambah akan ilmu pengetahuannya.

Bahasa yang memiliki empat kompetensi, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam membaca Anderson (1969) melukiskan sebagai berikut “Reading is verycomplex it requires a concentration’.  Apapun jenis informasi yang terdiri dari rangkaian data-data dan fakta-fakta yang masuk ke dalam jiwa manusia, maka hasilnya tidak menyimpang dari perilaku manusia yang bersangkutan. Ini berarti untuk membangun perilaku, dapat dianalogikan dengan jenis fase membaca buku ( Barkah Nogroho dalam Gerbang edisi V, 2005).

Para ahli pendidikan nasional dalam diskusi panel Hardiknas 2 Mei 1998 di TVRI berkesimpulan bahwa “kemampuan berpikir para siswa rendah karena pembelajaran bahasa kurang melatih siswa untuk berpikir”. Hubungan ini tampak jelas dalam konteks pada otak manusia, karena terdapat 5 (lima) pusat, yaitu : (1) pusat organisasi berpikir, (2) pusat pembentukan kalimat, (3) pusat berpikir abstrak dan jastifikasi, (4) pusat memori kata, dan (5) pusat pengenalan dan asosiasi. Kelima pusat ini dihubungkan oleh saraf sensorik dengan berbagai reseptor pada tubuh manusia yang kesemuanya menyampaikan informasi ke otak. Di otak, informasi ini diolah melalui proses traserdensi di pusat bahasa dan berpikir pada konteks menjadi gagasan (pikiran) yang dikembalikan dalam bentuk perintah (bahasa) untuk dilaksanakan oleh berbagai bagian tubuh tertentu (Ensi Amerika dalam Daan T, 2005).

a.    Tahap-tahap Membaca Sintopikal

·         Tahap Pertama : Mengelola Keperluan Diri

·         Tahap Kedua : Penguasaan Istilah

·         Tahap Ketiga : Menyediakan dalil-dalil untuk suatu permasalahan

·         Tahap Keempat : Menjelaskan Permasalahannya

·         Tahap Kelima : Menganalisa Pembahasannya

Sasaran yang akan dicapai dari berbagai tahapan yang dilakukan adalah pemahaman. Pembaca sintopikal harus obyektif pada waktu mempelajari permasalahan dan mempertimbangkan semua pendapat secara jujur.

 

 

 

b.    Penerapan Karakter Sintopikal

Hubungan membaca sintopikal perilaku sehari-hari dapat dianalogikan dengan membangun karakter-karakter subyek dalam beraktivitas. Harus diketahui makna membaca secara luas tidak hanya membaca buku saja, melainkan juga membaca situasi, kondisi, alam, bahkan antar pribadi. Karakter sintopikal berorientasi lintas batas, artinya seseorang tidak terkukung dalam kesempitan wawasannya, juga tidak takut akan berbuat kesalahan dalam mengeluarkan pendapatnya guna menanggapi suatu permasalahan atau menawarkan inovasi dalam kehidupan.

c.    Langkah Membangun Sintopikal

(1)  Pertama, penciptaan lingkungan berpikir yang kritis dan cerdas. Hal ini berarti bahwa peserta didik harus senantiasa memperhatikan fakta-fakta yang ada lalu menarik kesimpulan akan kebenaran. Mereka harus memiliki sifat terbuka dalam menanggapi suatu permasalahan (open system problem) dan selalu menerima informasi-informasi yang datang dari luar pemikiran yang mungkin mengubah kesimpulannya. Untuk itu diperlukan cara berpikir nalar, yaitu : mengkritisi dan skeptis sebelum membuktikan; berpikir dahulu sebelum bertindak; memperluas pandangan dan menepis prasangka jelek; menghindari keabsolutan kebenaran tanpa reserve; bersifat terbuka dan dewasa dalam menerima kritikan; berorientasi jangka panjang dalam mengambil keputusan; kritis terhadap pendapat orang lain melalui cek dan ricek terhadap diri sendiri; optimis, positif, suka bermusyawaroh dan simpati terhadap orang lain; jujur; dan berpikir dan bertindak secara sistematis (Bambang Marhiyanto dalam Barkah Nugroho, 2005).

(2)  Pembinaan keberanian mengeluarkan pendapat. Cara membina masyarakat didik sangat relatif, situasional dan kondisional.

(3)  Pendidikan keahlian berdiplomasi, yakni pelatihan berbicara dan kepiawaian menggunakan bahasa non verbal. Kemampuan ini sangat menentukan keefektifan dan keefisienan seseorang untuk mencapai kesuksesan. 

Karakter sintopikal yang diharapkan dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki cara berpikir nalar, kritis terhadap pendapat orang lain melalui cek dan ricek terhadap diri sendiri, suka bermusyawaroh dan simpati terhadap orang lain dan berani berpendapat di muka umum.

 

2.    Model Pembelajaran

Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-stepprocedure that leads to specific learning outcomes. Joyce dan  Weil (1980), mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung dreskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.

An instructionalstrategy is a method for delivering instruction that is intended to help students achieve alearning objective (Burden & Byrd, 1999:85). Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system ,segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturanteffects) (I Wayan Santyasa, 2007).

 

3.    Model Reading Guide

Reading Guide adalah suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk materi mata pelajaran yang membutuhkan waktu banyak dan tidak mungkin semuanya dijelaskan dalam kelas. Untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi tugas membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi-kisi untuk dikerjakan. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam strategi model pembelajaran Reading Guide adalah sebagai berikut :

1)    Menentukan topik materi.

2)    Memberikan materi bacaan.

3)    Siswa disuruh membaca materi bacaan yang telah disediakan.

4)    Memberikan guide atau daftar pertanyaan yang harus diselesaikan sesuai dengan bacaan materi yang diberikan.

5)    Siswa mengisi guide atau daftar pertanyaan berdasarkan teks bacaan.

6)    Siswa mempresentasikan hasil pengisisan atau hasil pekerjaannya.

7)    Klarifikasi tugas yang sudah dikerjakan siswa atau materi pokok pembelajaran.

 

4.    Hakekat dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.  Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum  sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Karateristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs antara lain sebagai berikut.

a.    Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001).

b.    Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi  pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c.    Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d.    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).

e.    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi  peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi   sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998).

a.    Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b.    Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c.    Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d.    Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

e.    Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. ( Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2005 )

 

5.    Hakekat Hasil Belajar Siswa

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lesan maupun perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan suatu upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukanuntuk menjamin terciptanya ualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan ( Cullen dalam Fathul Himam, 2004).

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dimaksud prestasi hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPS. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan pokok bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang dibahas. Ulangan dilakukan minimal tiga kali dalam setiap semester. Tujuannya untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.

 

B.   Kerangka Berpikir

1.    Hubungan Karakter Sintopikal dengan Pembelajaran Model Reading Guide

Upaya untuk menumbuhkan karakter sintopikal siswa adalah dengan mengharuskan dan membiasakan siswa untuk membaca materi pelajaran, baik buku panduan, LKS, maupun buku penunjang atau referensi yang lain. Tujuannya adalah untuk membandingkan isi materi yang ada dalam bacaannya. Salah satu model yang digunakan  dalam pembelajaran adalah model Reading Guide, karena model ini menuntut siswa untuk selalu membaca sebelum memecahkan persoalan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Semakin besar minat dalam membaca, maka diharapkan muncul karakter sintopikal dari diri siswa yang sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kebiasaan membaca dapat menggali bakat dan potensi diri, memacu daya nalar (intelektual) serta berkonsentrasi yang menjadikan pikiran dan emosi terkendali, sehingga mudah untuk berpikir positif dalam menyikapi berbagai masalah.

 

2.    Hubungan Karakter Sintopikal melalui Pembelajaran Model Reading Guide dengan Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Salah satu tahapan dalam model pembelajaran Reading Guide adalah siswa diberi tugas untuk membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi-kisi untuk dikerjakan. Penugasan membaca dalam proses pembelajaran inilah yang diharapkan dapat memunculkan karakter dari diri siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

 

C.   Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hubungan pada kerangka berpikir, maka dapat ditarik hipotesis tindakan, yaitu bahwa : “ Penerapan pembelajaran dengan pendekatan karakter sintopikal melalui model Reading Guide dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar